Gubernur Laiskodat dan Anton Doni Dihen Ziarah ke Makam Frans Lebu Raya

580
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Penjabat Bupati Flotim Drosi Alexander Rihi dan tokoh muda Nasional asal Adonara Anton Doni Dihen melakukan ziarah ke makam mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Desa Watoone, Kecamatan Witihama, Jumat (28/4/2023). Foto: Meldo/BiroAdpim

ADONARA,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Penjabat Bupati Flotim Drosi Alexander Rihi dan tokoh muda Nasional asal Adonara Anton Doni Dihen melakukan ziarah ke makam mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Desa Watoone, Kecamatan Witihama, Jumat (28/4/2023).

Siarah itu dilakukan diselah-selah kunjungan kerja (kunker) Gubernur Laiskodat di Pulau Adonara sejak Kamis (27/4/2023) hingga Jumat (28/4/2023). Gubernur Laiskodat sempat membakar lilin di makan sahabatnya Frans Lebu Raya.

“Banyak orang tidak tahu kedekatan saya pada Pak Frans,” demikian ungkap Gubernur Laiskodat pada saat ziarah bakar lilin di makan mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya.

“Dia adalah guru SMP dan SMA saya. Di SMP mengajar Olahraga dan di SMA PGRI mengajar PMP. Kami kemudian bertemu pada putaran waktu berikut dalam urusan PDI. Kami merasa makin bersaudara. Keluarga saya dari Parkindo. Kami berjumpa beberapa kali pada saat mengurus PDI dibawah tekanan Orde Baru,” sebut Gubernur Laiskodat.

Ia mengaku semakin dekat dengan Frans Lebu Raya dalam dinamika politik 15 tahun belakangan. “Kami semakin dekat dalam persamaan dan perbedaan-perbedaan kepentingan politik yang wajar. Sebagai pemimpin politik di wilayah ini, kita ingin menunjukkan bahwa saling menghormati dan memaafkan adalah bagian penting dalam budaya politik,” ujarnya.

Di Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Gubernur Viktor memohon doa dan dukungan agar rencana pembangunan bandara yang pernah ada dihidupkan dan ditindaklanjuti dengan upaya-upaya yang lebih serius.

Camat Witihama, Lorens Lebu Raya menyatakan siap untuk menindaklanjuti gagasan Gubernur Laiskodat dengan mengkonsolidasikan keluarga agar tanah ulayat yang mau dihibahkan dapat dilakukan dengan mulus.

Anton Doni mengapresiasi jiwa besar dan keteladanan Gubernur Laiskodat. “Sebagai orang Adonara,  rasa hormat pada seniornya ditunjukkan pula melalui acara bakar lilin tersebut, yang dilakukannya untuk kedua kalinya setelah pertama kali dilakukannya pada peringatan satu tahun meninggalkan tokoh nomor satu NTT tersebut,” ujar Anton Doni.

Gubernur Laiskodat mengenang almarhum Frans Lebu Raya sebagai sosok yang rendah hati, bersahaja dan sangat sederhana. “Saya mau sampaikan di sini bahwa, saya dan Pak Frans adalah sahabat yang tidak semua orang tahu. Dan dia merupakan tokoh yang sangat bersahaja, sederhana, dan tidak mau menonjolkan kelebihannya,” ujar Gubernur Laskodat ketika menghadiri acara 100 hari wafatnya Gubernur NTT periode 2008-2018 Frans Lebu Raya, di Aula Gereja Santa Maria Assumpta Kupang, Senin (4/4/2022) dilansir dari KoranNTT.com.

Menurut Gubernur Laiskodat, almarhum Frans Lebu Raya, merupakan anak petani dari Desa Watoone, Adonara, Kabupaten Flores Timur, yang memiliki cita cita dan perjuangan besar, untuk menjadi orang yang dihormati dan disegani di Provinsi NTT. “Pak Frans itu memulai karirnya dari bawah. Mulai dari Sekretaris Partai PDIP, hingga menjadi Gubernur NTT dua periode. Bahkan, dia pernah menjadi guru olahraga di SMP.  Perjuangan beliau sangat luar biasa,” kisah Gubernur Laiskodat.

Mantan Ketua Fraksi NasDem DPR RI ini menjelaskan, selama menjabat sebagai Gubernur NTT dua periode, alamarhum Frans Lebu Raya mendapatkan penghargaan Bintang Maha Putra langsung dari Presiden Joko Widodo. Penghargaan yang diraih almarhum Frans Lebu Raya tidak gampang didapatkan oleh siapapun di negeri ini.

“Sebagai sesama kader dan sahabat dari Pak Frans, saya tahu persis bahwa untuk mendapatkan penghargaan Bintang Maha Putra itu sangat-sangat tidak gampang,” katanya.

Ketika almarhum Frans Lebu Raya menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS), Gubernur Viktor mengaku selalu memantau keadaan dan kondisi terakhir almarhum melalui dokter yang merawatnya. “Saya selalu memantau keadaanya. Tetapi, pada akhirnya kita harus kehilangan seorang tokoh yang bersahaja dan sederahana itu. Karena, kalau dia marah itu tidak terlihat,” terangnya.

Gubernur Laiskodat mengaku kecewa karena almarhum Frans Lebu Raya tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dharmaloka. “Pak Frans memilki kesempatan yang tidak dimiliki orang lain. Tetapi keluarga lebih memilih untuk jazadnya dimakamkan di tanah kelahirannya. Dan sebagai sahabat, tentu saya sangat kecewa dengan keputusan itu. Kita telah kehilangan dia, tetapi jasa baiknya tetap dikenang,” pungkasnya.***Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap