TJPS PK Bebaskan Warga dari Belenggu Kemiskinan, Wiman Untung Jutaan Rupiah Masuk Rekening Bank NTT

174
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Dirut Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dan Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Lucky F. Koli ketika melakukan panen jagung program TJPS Pola Kemitraan milik masyarakat di Desa Toineke, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sabtu (15/4/2023). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KUALIN,SELATANINDONESIA.COM – Salah satu program unggulan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef A. Nae Soi, Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) Pola Kemitraan mampu membawa kesejahteraan bagi wirausahawan mandiri (wiman) di NTT, termasuk di pedalam Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Para wiman di Desa Toineke, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sukses meraup untung puluhan jutaan rupiah dari hasil tanam jagung yang merupakan program TJPS Pola Kemitraan.

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Lucky F. Koli, Kadis Pendidikan Provinsi NTT Linus Lusi, Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah NTT, Paulus Seran Tahuk, Karo Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT Prisila Parera, serta para staf khusus Gubernur NTT Bersama masyarakat melakukan panen raya di desa Toineke, Kecamatan Kualin, Kabupaten TTS, Sabtu (15/4/2023).

Hasil panen jagung di lokasi tersebut sekitar 10 ton dari para petani. Menariknya, hasil panen tersebut langsung dibeli oleh offtaker dengan harga Rp 4.500 per kilogram, dan langsung dibayar di lokasi.

Para petani pun langsung bertransaksi dengan offtaker dan menerima uang yang jumlahnya variatif, mulai dari Rp 8 Juta hingga Rp 22 Juta dalam bentuk buku tabungan Bank NTT. Buku tabungan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho ketik kunjungan tersebut.

Ketua Kelompok Tani Sonmesi, Markus Nesimnasi mengaku sangat puas dengan program TJPS Pola Kemitraan yang dikembangkan oleh pemerintah Provinsi NTT bersama Bank NTT dan Offtaker. “Karena kami didampingi, sehingga sebelumnya dalam setahun kami hanya panen 2 atau 3 ton, tapi kali ini kami bisa panen 6 hingga 7 ton. Kami juga tidak ragu lagi dengan hail yang melimpah ini mau jual kemana, karena langsung dibeli oleh offtaker di kebun,” ujar Nesimnasi.

Disebutkan Nesminasi, para wiman di wilayah itu terutama para anggota kelompoknya sangat membutuhkan traktor untuk pengelolaan lahan. “Dengan bantuan traktor, kami lebih mudah mengolah lahan, dan hasilnya pun lebih maksimal. Total anggota kelompok saya sebanyak 11 orang, dan mereka mengelolah 10 hektar lahan tanaman jagung. Dari 10 hektar lahan, saya sendiri baru menjual jagung hasil panen dari 0,5 hektar, sehingga keuntungan bersih saya Rp 8 Juta, setelah dipotong pinjaman Kredit Merdeka Bank NTT,” katanya.

Dikataknnya, uang hasil keuntungan akan digunakan untuk membeli dan mengembangkan ternak Sapi. “Uang yang ada akan kami gunakan untuk membeli 2 ekor Sapi, sehingga kami bisa kembangkan dengan memanfaatkan batang jagung,” tandasnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Nixon Balukh dalam laporannya mengatakan, Realisasi Tanam Jagung NTT Tahun 2022 seluas 289.970 hektar. Untuk Kabupaten TTS sendiri yang terealisasi adalah seluas 74.281 hektar.

Untuk TJPS Pola Kemitraan Tahun 2022 dari target 105.000 hektar, realisasi tanamnya seluas 101.356 hektar melalui TJPS Pola Kemitraan berbasis Kredit Mikro Merdeka (KMM) Bank NTT dan yang berbasis non kredit dan Kabupaten TTS seluas 23.547 hektar

“Hari ini Pak Gubernur panen simbolis 5 Ha TJPS Non Kredit dan Pelepasan pembelian dan pengiriman jagung TJPS sebanyak 10 ton yang dibeli dari 3 orang petani atau wirausahawan mandiri yaitu, Athoneta Nesimnasi dengan luas tanam 1 hektar, Ferdinan Nesimnasi dengan luas tanam 0,5 hektar dan Markus Nesimnasi dengan luas tanam 0,5 hektar dengan harga pembelian masing-masing dengan harga  Rp4.500 per kilogram,” jelas Nixon.

Besaran kredit yang dipinjam petani atas nama Athoneta Nesimnasi dari Bank NTT adalah Rp6.100.000 untuk luas lahan 1 hektar, petani Ferdinan Nesimnasi mendapat pinjaman Rp3.100.000 untuk luas lahan 0,5 hektar, dan petani Markus Nesimnasi mendapat pinjaman Rp3.100.000 untuk luas lahan 0,5 hektar.

Keuntungan yang diperoleh ketiga wiman ini pun berbeda. Antoneta Nesimnasi Rp22.500.000 dikurangi jumlah pinjaman Rp6.100.000, maka keuntungan bersih mencapai Rp16.400.000. Kemudian, Ferdinan Nesimnasi mendapat keuntungan Rp11.250.000 dikurangi jumlah pinjaman Rp3.100.000, sehingga keuntungan bersih yang diterima Rp8.150.00.

Wiman lainnya Markus Nesimnasi memperoleh keuntungan Rp11.250.000  dikurangi jumlah pinjaman 3.100.000, maka ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp8.150.000.

Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan, TJPS Pola Kemitraan yang diterapkan oleh Pemprov NTT, Bank NTT dan Offtaker telah memberikan hasil yang sangat luar biasa. “Ini menjadi motivasi selanjutnya untuk pengembangan TJPS di Kabupaten TTS dan di seluruh NTT,” ujar Dirut Alex Riwu Kaho.

Ia menjelaskan, TJPS Pola Kemitraan memberikan kepastian kepada para petani, baik dari sisi modal, pendampingan, hasil, hingga pembeli dan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. “Total pembiayaan TJPS lewat Kredit Merdeka yang disalurkan ke seluruh NTT oleh Bank NTT pada musim tanam Oktober-Maret mencapai Rp 26 Miliar. Semuanya clear, tidak ada yang macet,” tegas Dirut Bank NTT.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap