Kebalai, Te’o Renda dan Foti Rote Tarian Adat dari Selatan NKRI Getarkan Panggung Festival Bale Nagi

975
Atas: Paguyuban Sasando (Rote) di Kabupaten Flores Timur ketika tampil dengan tarian Kebalai di panggung Festival Bale Nagi yang digelar di Taman Kota Felix Fernandez Larantuka, Jumat (14/4/2023). Bawah: Plt. Kadis Pariwisata Kabupaten Flotim Katarina Riberu pose bersama usai para penari Kebali tampil di panggung Festival Bale Nagi. Foto: Dok.Dasper Adu

LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Paguyuban Sasando yang merupakan wadah berhimpunya orang Rote Ndao di Kabupaten Flores Timur terlibat sangat aktif dalam berbagai aspek pembangunan di ujung Timur pulau Flores itu. Di momentum Festival Bale Nagi, Paguyuban Sasando tampil memukau sejak carnaval budaya sebagai tanda dimulainya Festival bertema “Kita Lamaholot, Engko Lamaholot, Torang Hatu Lamaholot”.

Pada malam keempat Festival Bale Nagi, Jumat (14/4/2023) Paguyuban Sasando dari wilayah paling Selatan di NKRI ini menampilakn tarian Kebalai. Sebelum tarian Kebalai dipentas, para peserta Kebalai diantar dengan tarian Te’o Renda oleh gemulai pinggul gadis-gadis Rote Ndao ke bibir panggung. Bahkan, usai penampilan Kebalai, ditutup dengan Foti Rote.

Salah satu pengurus Paguyuban Sasando di Larantuka, Dasper Adu yang dihubungi SelatanIndonesia.com usai tampil di panggung Festival Bale Nagi menyebutkan, tarian Kebalai digolongkan sebagai permainan oleh orang Rote yang dalam bahasa Rote disebut Nekeminak Kebak atau bermain Kebalai.

Dijelaskan, Kebalai merupakan tarian lingkaran dengan saling bergandengan tangan sampai siku tangan masing-masing pesertanya, dan bergerak dengan gerak tari ke arah kanan. “Tarian Kebalai diiringi dengan syair atau lagu yang mengajak semua  nusak atau wilayah yang ada di Pulau Rote untuk sama-sama bergandengan tangan membangun Pulau Rote,” sebut dasper Adu.

Ia menjelaskan, tujuan dari tarian Kebalai adalah memberikan penghiburan bagi kerabat yang  sedang mengalami kesedihan. “Namun seiring dengan perkembangan zaman maka, tarian  Kebalai juga dilakukan untuk menyambut tamu dan juga upacara perayaan lainnya. Bahkan tarian kebalai juga tampil dalam festival budaya internasional,” ujar Dasper Adu.

Busana yang dikenakan oleh para penari tarian Kebalai adalah pakaian adat Rote Ndao. “Bagi perempuan mengenakan kain sarung, selampang, pendi, bula molik dan habas. Sedangkan penari laki-laki menggunakan selimut selampang, selimut hafa, habas dan topi khas Rote yang disebut Ti’I Langga,” katanya.

Sedangkan Tarian Te’o Renda biasa ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan dan pada kegiatan-kegiatan sukacita dikalangan masyarakat “Tarian ini dilakukan secara kelompok maupun masal,” ujarnya.

Tentang Foti Rote, Dasper Adu menambahkan, biasanya ditampilkan sebagai tarian selamat datang atau tarian pebyambutan di berbagai acara.  “Dan Foti ini juga menggambarkan rasa gembira dalam menyambut kedatangan para tamu. Tarian ini mengandalkan keterampilan kaki laki-laki Rote Ndao yang diiringi dengan gong,” jelasnya.

Ketika tampil di Festival Bae Nagi, para penari Kebali mengajak seluruh panitia penyelenggara untuk sama-sama menari, termasuk Plt. Kadis Pariwisata Kabupaten Flotim, Katarina Rin Riberu. Penampilan Paguyuban Sasando dengan tarian Kebalai memantik perhatian khusus para Panitia dan penonton Festival Bale Nagi, sehingga tarian masal itu dilakukan berkali-kali atas permintaan panitia. ***Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap