Gereja Tak Biarkan Pemerintah Jalan Sendiri Atasi Stunting

134
Ketua Majelis Klasis Kota Kupang, Pdt. Samuel Pandie ketika menerima penghargaan penanganan dan pencegahan stunting dari Penjabat Walikota Kupang, George M. Hadjoh, Selasa (4/4/2023). Foto: SelatanIndonesia.com/AditAdu

KOTAKUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Ketua Majelis Klasis Kota Kupang, Pdt. Samuel Pandie menyebut, stunting adalah masalah dunia, masalah nasional, dan masalah lokal. Itu pasalnya, Gereja tidak bisa membiarkan pemerintah sendiri.

“Bagaimanapun stunting ini soal kemanusiaan. Ini ancaman bagi generasi kita dan juga generasi Gereja. Karena data-data yang dipunya oleh pihak Puskesmas maupun Pemerintah itu, penyumbang 80% stunting itu justru di gereja-gereja GMIT,” sebut Pdt. Samuel Pandie kepada wartawan di Kupang, Selasa (4/4/2023).

Disebutkan Pdt, Samuel, pihaknya melalui kegiatan Paskah Bahari menggagas untuk peduli stunting. “Keputusan Sidang Majelis Klasis kelima di GMIT Efata itu mau memutuskan untuk pelatihan terhadap pencegahan dan penanganan stunting. Jadi pendampingan edukasi ini yang paling penting karena mirisnya, stunting ini ada juga dari anak-anak dari keluarga mampu,” sebutnya.

Dikatakannya, stunting bisa terjadi pada keluarga mampu lantaran soal kemampuan tentang bagaimana edukasi anak dan orang tua tentang nilai gizi apa yang paling penting bagi anak. Pdt. Samuel mengatakan, pendampingan edukasi dilakukan pihaknya yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan terutama Puskesmas. “Kita juga menyiapkan dana untuk pemberian makanan tambahan selama 3 bulan. Kita bersyukur kita baru menangani dua minggu itu sudah ada  angka penurunan dari 518 anak itu ada penurunan 50%. Jadi kami sangat optimis, jika pihak Gereja terlibat langsung membantu Pemerintah,” katanya.

Kendati ia meyakini bahwa stunting tidak akan selesai tapi selama kepedulian dan perhatian terhadap generasi dengan tindakan sekecil apapun, itu bisa menolong mereka untuk keluar dari masalah stunting.

Berkat kepeduliannya terhadap penanganan stunting, pihaknya mendapat penghargaan. “Kami kaget juga karena terima penghargaan. Kami dapat informasi bahwa penghargaan ini berkat kerjasama Unicef dengan Pemerintah Kota Kupang dan kita menjadi satu-satunya Gereja yang memberi perhatian terhadap stunting,” katanya.

Pdt. Samuel mengatakan, sebenarnya dalam Gereja itu tidak diajarkan untuk menerima penghargaan untuk kebaikan. “Ini kan semacam simbolik saja. Justru penghargaan ini makin membuat kami harus bekerja keras karena penghargaan ini pengakuan dunia. Tapi Tuhan melihat jangan-jangan kita ini hanya hanya sekedar jadi program dan sensasi saja. Jadi dengan penghargaan ini memicu kami untuk menunjukkan perhatian Gereja ini lebih besar lagi,” sebutnya.

Ia memberikan apresiasi atas penghargaan yang diperolehnya. Namun bagi dia, penghargaan tertinggi itu ada dari Tuhan untuk semua hal yang baik. “Kami doakan Pemerintah Kota dan juga Pemerintah Provinsi serius menangani stunting. Dan juga kepada orang tua, mari kita bergandeng tangan untuk penanganan stunting ini,” katanya.

Pdt Samuel menambahkan, sudah saatnya semua elemen bekerja sama. “Ini juga sinyal bagi pemerintah bahwa selama Gereja terlibat dan diberi kesempatan untuk berkolaborasi Bersama, kita bisa melakukan banyak hal besar bagi masyarakat dan jemaat,” ujarnya.*/)AditAdu

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap