Kolaborasi Julie Laiskodat-Melki Laka Lena Jadikan Kelor NTT Bahan PMT Nasional

465
Ketua Dekranasda NTT yang juga Anggota Komisi IV DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat bersama Kepala Balai POM Kupang, Tamran Ismail serta manajemen Dapoer Kelor Kupang ketika launching Kapsul Kelor hasil produksi Dapoer Kelor, Sabtu (7/1/2023). Foto: SelatanIndonesia.com/Laurens Leba Tukan

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Dua politisi Senayan dari Nusa Tenggara Timur, Julie Sutrisno Laiskodat dan Emanuel Melkiades Laka Lena rupanya punya agenda besar untuk masyarakat NTT. Keduanya tengah memperjuangkan komiditi kelor dari NTT dijadikan sebagai bahan baku utama pembuatan makanan tambahan untuk perbaikan gizi secara Nasional.

Julie Sutrisno Laiskodat yang juga Ketua Dekranasda Provinsi NTT ketika bersama Kepala Balai POM Kupang, Tamran Ismail melakukan launching Kapsul Kelor hasil produksi Dapoer Kelor Kupang, Sabtu (7/1/2023) menyebut, melalui Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena, sedang diperjuangkan agar kelor menjadi bahan utama pembuatan makanan tambahan secara Nasional.

“Kalau saya di Komisi IV, dan Kaka Melki Laka Lena kebetulan di Wakil Ketua Komisi IX, sehingga saat ini sedang berjuang agar PMT (Pemberian Makanan Tambahan) itu jangan lagi dalam bentuk biskuit yang didatangkan dari luar. Tetapi bahan bakunya itu kelor dari NTT. Maka pelaku usaha dan masyarakat kita di NTT harus lebih banyak lagi menanam kelor,” sebut Julie Laiskodat.

Disebutkan, Komisi IX DPR RI selalu bicara soal kelor karena memang Dapoer Kelor Kupang selalu melakukan terobosan sampai Jakarta bahkan hingga ke manca negara. Itu pasalnya, Julie Laiskodat terus berkolaborasi dengen Komisi IX DPR RI. “Kebetulan Ketua Komisisnya dari NasDem dan Wakil Ketuanya Kaka Melki Laka Lena sehingga terus diperjuangkan agar ada alokasi anggarannya untuk membiayai pengembangan dan pengolahan kelor di NTT,” katanya.

Kendati masa jabatannya sebagai Ketua Dekranasda NTT tinggal beberapa bulan, ditambah dengan pernyataan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat bahwa tidak mencalonkan diri lagi, namun Julie Laiskodat selalu berobsesi agar program kelor yang selama ini digeolarakan agar terus dilanjutkan. “Saya ingin legacy ini berkelanjutan. Karena biar bagaimanapun, anak-anak muda kita tidak lagi pergi jadi TKI/TKW di luar negeri, lalau kembali dalam bentuk jenasah. Saat ini sudah lahir produk kelor, walaupun belum terlalu banyak yang terlibat. Dapoer Kelor sudah memulainya, meskipun dalam perjalananan ada banyak kesulitan,” katanya.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena yang dihubungi terpisah menyebut, pihaknya bersama seluruh jajaran anggota Komisi IX DPR RI terus mendorong agar kelor menjadi salah satu bahan makanan pokok dalam upaya menekan angka stunting di tanah air.

“Komitmen dari pihak-pihak yang terkait langsung dengan urusan ini dari BKKBN Pusat dan Kemenkes itu terus kami dorong agar betul-betul bahan baku kelor ini menjadi lini pertama dalam penggunaan makanan tambahan untuk membantu anak-anak stunting,” sebut Melki Laka Lena.

Ketua DPD I Partai Golkar NTT ini mengatakan, setelah pihanya melakukan pembahasan dengan anggota Komisi IX serta BKKBN, akan segera dilakukan launching bahan makanan bayi untuk mencegah stunting di tanah air yang menggunakan bahan baku kelor dari NTT.  “Segera ada launching dari BKKBN, dan kelor menjadi lini pertam dipakai untuk menjadi bahan makanan utama yang dipakai untuk membantu anak-anak agar tidak terkena stunting. Soal bagaimana olahannya nanti, itu akan menjadi wilayah teknis antara BKKBN dengan pihak yang akan membantu untuk menangani teknis penggunaan kelor,” ujarnya.

Dikatakan Melki Laka Lena, sudah ada komitmen yang tegas dari Kepala BKKBN dan jajarannya  serta Kementrian Kesehatan RI untuk menjadikan kelor sebagai bahan baku lini pertama dalam pemberian makan tambahan. “Khusus di Kemnkes, hasil dari ahli gizi yang direkomendasikan ke Kemenkes untuk diberikan proteinnya bersifat lokal. Namun dalam kontek Nasional, protein lokal ini, apa lagi yang penting atau yang mempunyai kandungan gizi terbaik yang digunakan secara Nasional akan digunakan,” ujarnya.

Melki Laka Lena menambahkan, pihaknya juga terus mendorong setelah ada komitmen tegas Kepala BKKBN dan jajarannya serta Kemenkes RI, jika ada lagi protein lokal lainnya yang bagus seperti kelor ini akan digunakan juga secara Nasional.

“Kami terus mendukung upaya dari Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Kesehatan, Dekranasda NTT serta PKK dan berbagai pihak yang terlibat dalam Tim Penanganan Stunting di NTT yang dipimpin oleh Pak Wagub NTT serta Pak Gubernur sebagai komandan tertinggi, beserta Ibu Julie Laiskodat terus kita dorong agar penggunaan bahan baku kelor akan dijadikan bahan makanan tambahan utama secara Nasional,” sebut Melki Laka Lena.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap