KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Inflasi menjadi persoalan serius yang kini menjadi focus perhatian pemerintah Provinsi NTT serta berbagai pihak terkait. Berbagai upaya pembenahan secara keseluruhan ditempuh dan strategi cepat dalam mengendalikan inflasi harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan.
“Setiap Kepala Daerah harus memanggil para kepala PD Pasar, Organisasi Distributor Barang pada Toko Kecil maupun Toko Besar, buat penegasan dan sampaikan bahwa semua harus bisa lakukan agar inflasi segera turun dalam waktu cepat. Selanjutkan perlu dirundingkan tentang harga pokok produksi berapa, harga jualnya harus dipatok batasannya berapa dan perlu diawasi dengan ketat oleh pemerintah,” tegas Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi ketika berbicara pada pertemuan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/Kota se Pulau Timor, Rote dan Sabu (HLM-TPID TIROSA), Kamis (15/12/2022) di Aula Nemberala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT.
Ditegaskan Wagub Nae Soi, perlu dilakukan pengawasan ketat agar jangan sampai disusupi oleh pihak ketiga. “Kalau sampai pihak ketiga masuk, maka dipastikan harga barang akan naik. Kita perlu buat WA Group yang didalamnya ada semua Kepala Daerah se NTT, agar lebih efisien dan efektif dalam mengatur strategi mengawasi pasar secara cepat dan tepat”, sebut Wagub Nae Soi.
Politisi senior Partai Golkar ini juga menegaskan bahwa semua kepala daerah harus bekerja sungguh-sugguh soal pengendalian inflasi pada setiap wilayahnya masing-masing. Ia meyakini bahwa hampir semua kepala daerah masih belum bekerja optimal di lapangan. Perlu upaya kolaboratif dari semua kepala daerah karena NTT sendiri berada pada urutan kelima teratas inflasi.
“Kita perlu saling koordinasi dengan cepat untuk dapat mengatasi kelangkaan bahan-bahan makanan di setiap daerah. Para kepala daerah harus proaktif bangun kerjasama antar daerah, tukar menukar informasi melalui grup wa, misalnya di Malaka punya bawang putih, punya cabe, bawang merah, dan sebagainya, maka dapat mengirim kepada Sabu Raijua atau daerah lainnya yang mungkin mengalami kekurangan bahan-bahan makanan seperti itu. Nah bentuk-bentuk kerjasama inilah yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi hal-hal ini. Apalagi Hari Raya Natal dan Tahun Baru sudah makin dekat. Nah ini harus kita lakukan upaya antisipasi lebih cepat. Tidak boleh ada penimbunan terhadap berbagai bahan-bahan pokok di gudang. Penentuan harga pokok harus ditentukan, harga jula juga kita berikan rangenya. Nah kita semua harus rajin melakukan operasi pasar”, jelas Wagub Nae Soi.
Ia yakin, jika semua bekerja sungguh-sungguh maka pasti inflasi NTT yang saat ini berada pada angka 6,7 akan turun. Pemerintah harus buat regulasi yang ketat soal untuk menekan inflasi pada setiap daerah. “Kita harus punya tekad inflasi turun dan angka kemiskinannya juga turun dengan kerja kolaboratif pentahelix,” sebutnya.
Pada pertemuan tersebut tampil sebagai narasumber, masing-masing Penjabat Walikota Kupang George M Hadjoh, yang memaparkan tentang Kondisi Terkini dan Upaya Pengendalian Inflasi di Kota Kupang. Perkembangan Inflasi November 2022 dipaparkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja. Tampil sebagai moderator pada sesi diskusi setelah pemaparan materi adalah Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Provinsi NTT, Dr. Lerry R. Rupidara.
Penjabat Walikota Kupang, George M. Hadjoh mengatakan, Pemerintah Kota Kupang telah melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi di Kota Kupang. “Kami juga telah melaksanakan High Level Meeting (HLM) TPID Kota Kupang, dimana rapat tingkat pimpinan lintas sektor yang dipimpin langsung oleh Walikota. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan pangan melalui strategi 4K, Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif,” sebutnya.
George Hadjoh menyebut, kegiatan Sidak Pasar juga rutin dilakukan karena pemantauan harga ini sangat perlu dilakukan oleh TPID Kota Kupang, dengan tujuan agar tidak dimanfaatkan oleh para oknum yang seenaknya menaikan harga pada komoditas pangan strategis sampai akhir tahun 2022. “Pemerintah Kota Kupang juga telah melakukan launching program Kampung Sadar Inflasi serta Sosialisasi Cinta Bangga Paham Rupiah di Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Oebobo”, papar Hadjoh yang pernah memimpin Biro Umum Setda Provinsi NTT.
Ia selalu mengajak masyarakat Kota Kupang untuk terus menanam komoditas penyumbang inflasi, terutama cabai sebanyak 3.000 anakan cabai. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan berkolaborasi antara Bagian Perekonomian Setda Kota Kupang, Camat Oebobo, Kelurahan Kayu Putih dengan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT.
“Kami terus melakukan Kegiatan Pasar Murah sampai akhir tahun 2022. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara Bagian Perekonomian Setda Kota Kupang, Dinas Perindutrian dan Perdagangan Kota Kupang, Perwakilan Bank Indonesia Propinsi NTT dan Perum Bulog Propinsi NTT. Juga aksi Penanaman Anakan Kelor dan Sorgum,” katanya.
Sebagai upaya antisipasi rawan pangan tahu depan, sebutnya, Pemkot juga melaksanakan gerakan menanam yang melibatkan ASN dan Masyarakat pada lahan kosong dan pekarangan rumah dengan jenis tanaman cabai, tomat ,sayur sayuran, anakan kelor 4 kali setiap minggu dari Oktober sampai Desember 2022 untuk menekan lajunya inflasi.
Disebutkan Goeorge Hadjoh, sidak ke pasar dan distributor gencar dilakukan agar tidak menahan barang. “Kegiatan ini melibatkan TPID, PT Pelindo III Tenau Kupang, BPS Kota Kupang, Satgas Polda NTT, Polresta Kupang Kota, Bulog NTT, Angkasa Pura I Kota Kupang, Kantor BI Provinsi NTT Dan Dinas Terkait”, ungkap Hadjoh penuh semangat.
Mantan Plt. Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT ini juga menyampaikan bahwa Pemerintah Kota Kupang terus melakukan kordinasi dengan daerah penghasil komoditi untuk kelancaran pasokan bahan pangan. Oleah karena itu, pada tanggal 9 Desember 2022 telah dilakukan kerja sama antara daerah dengan Bupati Bangli untuk komoditas telur.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, dalam materinya mengatakan bahwa pada November 2022, Provinsi NTT mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm), setelah bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,25% (mtm). Deflasi terutama didorong oleh penurunan beberapa komoditas makanan seperti ikan tembang, minyak goreng, daun singkong, dan ikan kembung.
“Tarif angkutan udara juga mengalami penurunan di bulan November seiring dengan masuknya beberapa maskapai yang membuka jadwal penerbangan baru di NTT. Secara tahunan, inflasi NTT pada November 2022 tercatat sebesar 6,74% (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional. Tekanan inflasi tahunan di NTT terutama didorong oleh kelompok administered prices yang mengalami kenaikan signifikan seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara serta penyesuaian harga BBM. Komoditas yang cenderung menjadi penyumbang inflasi antara lain Angkutan Udara, Tomat, Kangkung, Sawi Putih, Daging Ayam Ras, Bawang Merah, dan Telur Ayam Ras”, jelas Nyoman.
Di akhir paparannya, Putera Bali ini juga menyampaikan beberapa rekomendasi untuk menekan angka capaian inflasi, yaitu dengan optimalisasi NTT dan DTU adalah, Meningkatkan Program Pasar Murah, Tindak Lanjut Kerjasama Antar Daerah, Subsidi Ongkos Angkut dan Billborad Informasi Harga.
Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh Dr. Lerry R. Rupidara, para peserta HLM TPID TIROSA memberi tanggapan atas berbagai hal yang telah dipaparkan oleh para narasumber, diantaranya Bupati Malaka : Simon Nahak mengatakan agar sebaikanya untuk mengatasi masalah inflasi ini adalah perbanyak bekerja kolaboratif.
“Saya berharap kita semua sebagai kepala daerah harus memiliki kepekaan terhadap berbagai situasi yang berkembang dengan sangat cepat, oleh sebab itu yang dibutuhkan dari kita semua adalah bekerja cepat dan tepat, kurangi pertemuan-pertemuan dengan memperbanyak bekerja di lapangan”, ungkap Bupati Malaka, Simon Nahak.
Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke juga menyampaikan bahwa berbicara inflasi maka bicara soal produksi dan daya beli masyarakat.
“Jangan lupa bahwa bicara inflasi adalah bicara soal kekurangan bahan makanan, yang diakibatkan oleh rendahnya daya beli. Maka kita harus punya saving tidak saja uang tetapi juga bahan baku makanan alternatif. Seperti hal kurangnya atau langkanya minyak goreng, nah bagi kami di Sabu Raijua, kami merasa tidak merasakan dampak dari kelangkaan minyak goreng waktu itu, karena kami masyarakat Sabu Raijua memproduksi minyak kelapa, nah ini sangat membantu kami”, jelas Mantan Wakil Bupati Sabu Raijua.
Menanggapi hal – hal tersebut, Wagub Nae Soi menegaskan, sudah saatnya semua bergerak cepat tentunya melalui koordinasi lewat WA Group yang segera dibuat dan dikoordinir oleh Penjabat Walikota Kupang.
Diakhir dari pertemuan tersebut, dilanjutkan dengan kegiatan Panen 1000 anakan cabe, dari total 3000 anakan cabe yang diberikan kepada masyarakat setempat sebanyak 2000 anakan, dan 1000 anakan sebagai pilot project yang dipanen pada hari ini. Lokasi panen adalah di Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Oebobo Kota Kupang. Dan Bank Indonesia Perwakilan NTT juga menyerahkan 10.000 anakan cabe kepada Pemerintah Kota Kupang untuk dibudidaya oleh masyarakat Kota Kupang.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Staf Khusus Gubernur Bidang Energi dan Industri Esau Koene, Bupati TTS Egusem Pieter Tahun, Wakil Bupati TTU Eusabius Binsasi, Wakil Bupati Rote Ndao Stefanus Saek, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Lecky Frederik Koli, Kadis ESDM Provinsi NTT Jusuf Adoe, Kadis Perhubungan Provinsi NTT Isyak Nuka, Kadis Kominfo Provinsi NTT Abraham Maulaka, Kadis Perindag Provinsi NTT Muhammad Nasir Abdullah, Kadis Sosial Provinsi NTT Yos Rasi, Direktur Bank NTT Harry A. Riwu Kaho, dan sejumlah Pimpinan Perangkat Daerah Lingkup Pemerintah Kota Kupang.*/)France A. Tiran/BiroApim
Editor: Laurens Leba Tukan