457 Kasus HIV dan AIDS di TTS, 147 Meninggal Dunia

324
Simbol Stop HIV dan AIDS

 SOE,SELATANINDONESIA.COM –  Sejak tahun 2007 hingga Desember 2021, tercatat jumlah kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebanyak 457. Dari jumlah tersebut, 147 orang diantaranya telah meninggal dunia.

Data itu disajikan oleh Sekertaris Komisi Penanggulan AIDS (KPA) Kabupaten TTS, Okto Nabunome, kepada SelatanIndonesia.com, Rabu (30/11/2022) di Soe, Kabupaten TTS. Saat itu Okto menggelar kegiatan penggalangan dukungan dan pemberdayaan program kegiatan dalam rangka penanggulan HIV dan AIDS di Kabupaten TTS.

Dijelaskan, untuk wilayah sebarannya dengan kasus jumlah tertinggi adalah Kecamatan Kota Soe. Diikuti Kecamatan Mollo Selatan, Kecamatan Kuatnana dan Kecamatan Amanuban Barat dengan orang yang terinfeksi pada berbagai profesi.

“Kecamatan kota Soe adalah Kecamatan paling tinggi kasusnya. Ada yang berprofesi sebagai guru, ASN maupun pegawai swasta. Setelah itu ada Kecamatan Mollo Selatan, Kuatnana dan Amanuban Selatan dengan kasus HIV dan AIDS yang juga tinggi,” jelas Nabunome.

Hadir dalam kegiatan ini, Wakil Ketua Tim Penggerakan PKK Kabupaten TTS, Jennie Boboy, mewakili Puskesmas Kota, dr. Timy Tahun, mewakil Dinas Kesehatan, Stef Tupen dan beberapa undangan lainnya.

Sementara Stef Tupen yang mewakili Kadis Kesehatan menghimbau kepada  masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif terhadap orang dengan HIV dan AIDS. Masyarakat tidak perlu takut untuk berinteraksi dengan sesame kita yang terinfeksi karena virus HIV hanya menular lewat darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu. “Berjabatan tangan, duduk bersama, berbincang dan makan bersama tidak bisa menularkan virus tersebut. Kita tidak perlu takut berlebihan dengan sesame saudara kita yang terinfeksi. Justeru mereka butuh dukungan kita. Kita bisa tetap hidup berdampingan dengan mereka tanpa perlu mengucilkan atau menjauhi mereka,” ujar Stef.

Wakil ketua Tim Penggerak PKK, Jennie Boboy pada kesempatan itu mengatakan, program PKK akan mendukung KPA Kabupaten TTS dalam upaya meningkatkan pola hidup sehat agar tidak terinfeksi HIV dan AIDS. Selain itu, Tim Penggerak PKK juga akan mendorong pembentukan warga peduli HIV dan AIDS guna mencegah dan mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS.

“Kita akan mendorong pembentukan warga peduli HIV dan AIDS baik di tingkat kelurahan maupun desa,” tegas Jennie.

Sedangkan Dr. Timy Tahun mengatakan, penanganan kasus HIV dan AIDS gampang-gampang susah. Dimana kesulitannya, pasien HIV dan AIDS cenderung menyembunyikan diri dan tidak mau terbuka kepada petugas medis. Selain itu, stigma negatif masyarakat semakin membuat mereka yang terinfeksi terkucil dalam pergaulan.

Ia menyarankan kedepan pihak Puskesmas bisa diberikan kewenangan untuk menyalurkan obat untuk menekan perkembangan virus HIV dan AIDS) bagi yang terinfeksi. “Selama ini kita di Puskesmas hanya sebatas memberikan konseling atau sosialisasi dan memberikan rujukan. Kedepan, Puskesmas harus diberikan kewenangan untuk menyalurkan obat untuk teman-teman kita yang terinfeksi,” katanya.*/)Paul Papa Resi

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap