KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia yang selalu dirayakan tanggal 18-24 November setiap tahun merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kesehatan Dunia sejak tahun 2015.
Aksi itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah kekebalan global dan mendorong penggunaan antimikroba yang bijak oleh masyarakat, tenaga kesehatan, pengambil kebijakan dan mencegah penyebaran infeksi oleh bakteri yang telah kebal terhadap obat (drug-resistant organism).
Ketua Komunitas Mangarti Antimikroba (Makroba) NTT, Apoteker Thresia Maria Wonga,S.Farm,MHlthEcPol kepada SelatanIndonesia.com, Minggu (20/11/2022) mengatakan, setiap tahun dipilih tema untuk mengajak keterlibatan semua pihak dan menyesuaikan kegiatan dengan tema yang diusung. Tahun ini, tema yang dipilih adalah “Preventing antimicrobial resistance together”.
Disebutkan Ria Wonga, sapaan akrab Thresia Maria Wonga, kekebalan global terhadap antimikroba yang terjadi hanya bisa diatasi dengan peran serta multisektoral. Selain itu juga, terdapat beberapa kegiatan yang telah dibagikan oleh Badan Kesehatan Dunia untuk Indonesia dalam panduan perayaan kali ini.
“Beberapa kegiatan itu antara lain, menggunakan atribut biru untuk kesadaran akan kekebalan antimikroba (antimicrobial resistance/AMR). Membagikan cerita tentang kekebalan antimikroba, rayakan pahlawan antimikroba yang ada di masyarakat, buat surat ke pemerintah tentang isu ini, sebarkan aktifitas peningkatan kesadaran melalui media, nonton bareng webinar AMR. Dan, diskusikan bagaimana menerapkan di tingkat local, Juga menyebarkan pesan tentang penggunaan antimikroba yang bijak dan bahaya kekebalannya, dan mendorong anak muda untuk memahami isu ini,” sebutnya.
Disebutkan Ria Wonga, setiap tahun, Ikatan Apoteker Indonesia selalu aktif merayakan agenda ini, mulai dari Pengurus Pusat hingga ke pengurus cabang. Kali ini, perayaan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia 2022 di wilayah NTT ini melibatkan berbagai bagian, mulai dari pemerintah NTT yaitu Dinas Kesehatan dan Dukcapil Provinsi NTT, Balai POM Kupang, Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kupang, serta Organisasi Profesi Kesehatan (OP Kes), antara lain, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia, Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Ikatan Bidan Indonesia, serta Komunitas Mangarti Antimikroba (MAKROBA).
Ria Wonga mengharapkan, dengan keterlibatan semua pihak kali ini, dapat membangun kesadaran dan kolaborasi antar OP Kes tuntuk mengatasi isu AMR di NTT.
Ia menambahkan, berbagai agenda perayaan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia 2022 di wilayah NTT dilakukan pihaknya berkolaborasi dengan Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia NTT. “Kita mulai dengan jalan santai bersama, dilanjutkan dengan zumba bersama, edukasi dan kampanye kesadaran antimikroba disertai launching jingle AMR dari komunitas Makroba. Juga tanda tangan komitmen bersama dari Pemerintah NTT, dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dukcapil Provinsi NTT, bersama Balai POM Kupang, Jurusan farmasi Politeknik Kesehatan Kupang, serta Organisasi Profesi Kesehatan (OP Kes), antara lain, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia, Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Ikatan Bidan Indonesia, serta Komunitas Mangarti Antimikroba (MAKROBA),” kata Ria Wonga.
Selain itu, dilanjutkan dengan bagi-bagi gimmick shopping bag yang disponsori oleh PT.Dexa Medika saat edukasi pada masyarakat Kota Kupang yang melintasi arena kampanye serta dilanjutkan dengan tanda tangan petisi pengendalian AMR di wilayah NTT oleh masyarakat.
Disebutkan Ria Wonga, aksi itu berlanjut dengan Apoteker goes to school guna mengedukasi anak sekolah tentang cara menggunakan antimikroba dengan bijak dan tanda tangan komitmen apoteker pemilik sarana apotek bersama apoteker penanggung jawab apotek dan Puskesmas di wilayah Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Tentang Makroba
Makroba merupakan komunitas farmasi yang terdiri dari para apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di NTT yang peduli tentang isu kekebalan terhadap antimikroba. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan antimikroba bijak melalui advokasi, edukasi dan sosialisasi kepada pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat umum. Juga melalukan baseline study terpadu baik di fasilitas kesehatan dan komunitas tentang situasi kekebalan antimikroba di NTT.
Ria Wonga mengatakan, peningkatan kesadaran tentang penggunaan antimikroba bijak di masyarakat sangat penting dalam menurunkan demand masyarakat yang tinggi akan pengobatan mandiri menggunakan antimikroba, termasuk antibiotik.
Ditambahkan, masyarakat masih sering membeli antibiotik di warung-warung yang mana bukan sarana resmi membeli obat, apalagi obat keras seperti antibiotik. “Tentunya jaminan keaslian obat dan mutu obat tidak dapat dijamin, dan hal ini dapat menimbulkan kekebalan terhadap antibiotic,” katanya.
Isu global ini kata dia, tentunya sangat mengkhawatirkan karena penyakit infeksi akan tidak mampu lagi diobati jika hal ini terus dibiarkan. Sehingga kegiatan perayaan Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia 2022 yang dilakukan bersama-sama oleh Komunitas Makroba, Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan para stakeholder pada Sabtu (19/11/2022) merupakan perayaan kolaborasi pertama. “Kegiatan dimulai dengan jalan santai, launching jingle kekebalan antimikroba, kampanye dan penandatanganan komitmen bersama, edukasi dan zumba Bersama,” ujarnya.
Kepala Balai POM Kupang, Tamran Ismail,S.Si,MP mengatakan, saat ini banyak apotek di Kota Kupang sudah tidak menjual antibiotik secara bebas karena diawasi ketat oleh BPOM Kupang. Namun, ada beberapa masyarakat yang membuat pengaduan ke BPOM Kupang karena sudah tidak bisa lagi membeli secara bebas.
“Ini menunjukan perkembangan positif di Kota Kupang, maupun beberapa wilayah di NTT. Sehingga komitmen bersama para pemangku kepentingan terutama Dinas Kesehatan dan Dukcapil Provinsi NTT dan Balai POM di Kupang akan mampu mengendalikan masalah kekebalan terhadap antimikroba di NTT, dari hulu ke hilir, yaitu mulai dari pencegahan penyakit infeksi hingga pada penggunaan obat yang rasional dan sesuai regulasi,” sebut Tamran Ismail.
Dijelaskan, Antimikroba sesungguhnya merupakan golongan obat keras yang harus dibeli hanya dengan resep dokter. Sehingga dengan edukasi dan kampanye yang dilakukan tahun ini, diharapkan sisi demand akan penggunaan antimikroba dapat diturunkan dengan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang bahaya kekebalan terhadap antimikroba.
Demikian juga dari sisi supply yaitu penjualan antimikroba untuk pengobatan mandiri, termasuk antibiotik, maupun pelayanan resep antimikroba oleh apoteker yang dibantu tenaga teknis kefarmasian dapat lebih rasional dan sesuai pedoman pengobatan penyakit infeksi yang telah terbit tahun 2021 dari Kementerian Kesehatan RI.***Laurens Leba Tukan