KOTAKUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang menemukan kasus HIV dan AIDS di Kota Kupang sudah mencapai 1858 kasus. Keterbatasan anggaran dari pos APBD Kota Kupang yang hanya Rp 400 juta membuat lembaga ini tidak bisa berbuat banyak hal.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Theodora Ewalde Taek, meminta perhatian serius dari Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) agar memperhatikan anggaran untuk KPA Kota Kupang dan PMI. “Lembaga ini bekerja kemanusiaan jangan sampai luput dari perhatian,” sebut Walde Taek kepada SelatanIndonesia.com, Senin (14/11/2022).
Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Kupang ini mengatakan, anggaran yang diberikan kepada KPA dan PMI sangat minim karena tidak sampai Rp 500 juta. “Dana yang dialokasikan ini merupakan biaya operasional dan biaya honor para pegawai dimana mereka bukan ASN maupun PTT Pemkot,” sebutnya.
Disebutkan, untuk lingkup Kota Kupang, kerja-kerja kemanusiaan yang diemban KPA Kota Kupang dan PMI sangat membutuhkan anggaran yang memadai. “Selama covid 19 juga mereka terus melakukan kegiatan untuk edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga pendampingan kepada orang dengan HIV/AIDS,” katanya.
Dia berharap di tahun anggaran 2023 bisa diperhatikan agar bisa dinaikkan anggaran yang dibutuhkan dari KPA dan PMI bisa mencukupi karena kerja yang dilakukan adalah untuk kemanusiaan dan kesehatan. “Apalagi pemberlakuan aktifitas sudah 100% normal dan terakhir ada pemberlakuan baru pembatasan tentunya kerja KPA juga semakin tinggi dengan sasaran usaha-usaha yang sangat rentan dalam penyebaran HIV dan AIDS,” katanya.
Sekretaris KPA Kota Kupang, Yos Rera Beka mengatakan, meski dalam keterbatasan anggaran, pihaknya berusaha maksimal menjalankan sejumlah program KPA. Diantaranya, kegiatan rujukan untuk temuan pasangan / notifkasi pasangan 2 kasus. Dan kegiatan pemetaan populasi kunci di Kota Kupang bersama Dinas Kesehatan Kota Kupang dan LSM yang didanai oleh Global Fund melalui Kementrian Kesehatan.
“Kita juga melakukan kegiatan rujukan klien laki-laki untuk pemeriksaan IMS dan tes HIV 1 orang klien. Rujukan bersama pendamping orang HIV dari WPA Alak untuk 1 kasus ibu rumah tangga serta sudah mendapatkan ARV. Dan, sosialisasi Kesehatan Reproduksi dan HIV AIDS bagi kelompok remaja kelas 7 dan 8 di SMP N 11, SMPN 12 dan SMP Adisucipto. Serta terlaksananya kegiatan mobile VCT pada kelompok resiko tinggi di Bulan September 2022 diikuti sebanyak 352 orang dengan rincian temuan kasus HIV 11 kasus sipylis 23 kasus. Dari 11 kasus HIV dilakukan upaya untuk menjangkau ulang guna melakukan rujukan agar dapat di konfirmasi ulang dengan hasil 4 kasus yang terkonfirmasi positif dan mendapatkan langsung ARV pada Puskesmas rujukan yakni : Puskesmas Oebobo dan Puskesmas Alak,” jelas Rera Beka.
Ia menambahkan, KPA Kota Kupang juga melakukan sosialisasi “Musik dan HIV” untuk masyarakat umum di tanggul Nun baun Sabu Bersama mahasiswa magang dari FKM undana Kupang. Dan, sosialisasi bagi remaja dan pemuda di Kelurahan Naimata sebanyak 15 orang, serta berbagai kegiatan lain.
Rera Beka membeberkan sejumlah temuan kendala di lapangan diantaranya, Kurangnya kegiatan pertemuan koordinasi dengan stakeholder sehingga kendala di lapangan menjadi lambat untuk dikoordinasikan. “Temuan kasus melalui kegiatan mobile VCT terutama pada kelompok pelanggan dan pasangan pelanggan rendah karena ketiadaan dana untuk mendukung kegiatan tersebut. Dan, masih ada satu – dua Bar dan Karaoke di wilayah Alak yang tidak mengikuti kegiatan mobile VCT,” sebutnya.
Selain itu Kurangnya kegiatan sosialisasi baik oleh KPA Kota maupun WPA, Program swadaya belum dapat dilaksanakan oleh seluruh WPA. Serta, ketiadaan dana untuk pengobatan orang HIV dan dukungan untuk balita HIV membuat KPA Kota Kupang harus mencari dukungan lainnya.
Dikatakan Rera Beka, untuk mendukung program KPA Kota Kupang tahun 2023, diusulkan dana sebesar Rp. 750.000.000.- ( Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah). “dana itu untuk mendukung sejumlah program diantaranya untuk petugas Lab dan Petugas/Relawan Pengambil darah dalam kegiatan Mobile VCT, Dukungan pada OTH dan ODHA melalui Pemeriksaan kesehatan dan Obat Infeksi Opportunistik bagi ODHA tidak mampu, belanja cetak, monev dan kunjungan lapangan.***Laurens Leba Tukan