KOTAKUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Kupang menemukan kasus HIV dan AIDS di Kota Kupang sudah mencapai 1858 kasus. Meski demikian, KPA Kota Kupang yang kini diarsiteki Yos Rera Beka masih mengalami kendala pendanaan.
KPA Kota Kupang di tahun 2022 hanya dijatahi anggaran Rp 400 juta. Kendati dengan keterbatasan anggaran, sejumlah aksi besar sudah dilakukan. Kegiatan itu diantaranya koordinasi lintas sektor, sosialisasi dan monev serta kunjungan lapangan.
Kepada SelatanIndonesia.com, Senin (14/11/2022) Sekretaris KPA Kota Kupang Yos Rera Beka menjelaskan, temuan lapangan KPA Kota Kupang diantaranya terlaksananya kegiatan sosialisasi dan mobile VCT di WPA dengan dukungan swadaya disejumlah tempat diantaranya WPA Maulafa. “Disana kita lakukan kegiatan sosialisasi dan mobile VCT di 3 (tiga) Posyandu yang diikuti sebanyak 81 orang dengan temuan kasus HIV 1 kasus. Setelah itu dirujuk lebih lanjut ke VCT Seroja RST Wirasakti. Sosialisasi juga dilaksanakan bagi remaja SMA N 7 Kupang diikuti sebanyak 60 orang,” jelasnya.
Yos Rera Beka mengatakan, kegiatan juga dilakukan di WPA NunBaun Sabu yaitu sosialisasi bagi remaja SMP dan SMA di Gereja Bukit Hermon diikuti sebanyak 40 orang. “Kami juga lakukan di WPA Oesapa melalukan sosialisasi bagi mahasiswa yang magang sebanyak 30 orang. Dan, WPA Oesapa Barat, kegiatan sosialisasi dan mobile VCT di ibu hamil dan ibu menyusui sebanyak 15 orang. Juga WPA Nun Leu, kegiatan sosialisasi diikuti sebanyak 14 orang dan mobile VCT diikuti sebanyak 7 orang, dengan temuan 1 kasus,” sebut Rera Beka.
Ia menambahkan, KPA Kota Kupang juga melaksanakan Kegiatan Sero Survei bersama Dinas Kesehatan Kota Kupang, di Bar dan Karaoke, dengan target responden 250 orang. “Hasil pelaksnaan sero survey didapat 1 (satu) orang positif dan harus melakukan tes lanjutan ke VCT Seroja. Hasil tes lanjutan adalah Negatif, sehingga seluruh sampel Negatif artinya tidak ada temuan kasus baru,” katanya.
Rera Beka, mantan pejabat di sejumlah OPD Setda Kota Kupang ini menyebut, KPA Kota Kupang juga melakukan sejumlah kegiatan sosialisasi HIV dan AIDS di lokasi Pantai LLBK dan Pantai Kelapa Lima. “Strategi sosialisasi menggunakan badut sebagai media dengan menyampaikan pesan “LINDUNGI DIRI DAN KELUARGA DARI HIV DAN AIDS”. Strategi ini memberikan kesempatan pada warga untuk dekat dan foto bersama dengan pesan yang ada di badut, serta keluarga dapat menyebarkan kembali pesan ini melalui media sosial yang dimiliki,” katanya.
Tidak hanya itu, KPA Kota Kupang juga melaksanakan kegiatan Mobile VCT di Bar/Karaoke di 29 Bar di wilayah Alak, 4 Bar di wilayah Kelapa Lima, 1 Bar di wilayah Oebufu. “Seluruh mobile di Bar/Karaoke ditemukan 1 kasus yang sedang dilaksanakan koordinasi agar dapat mengikuti tes lanjutan,” kata Rera Beka.
Ia menambahkan, mobile VCT juga dilakukan di Pitrad dan Spa sebanyak 21 Spa dan Pitrad di wilayah Kelapa Lima, 5 Pitrad dan Spa di wilayah Kota Lama, 2 Pitrad di wilayah Kota Raja, 10 Pitrad dan Spa di wilayah Maulafa, 13 Pitrad dan Spa di wilayah Oebobo. “Hasil kegiatan mobile VCT di Spa dan Pitrad ditemukan 4 kasus dengan rincian Pitrad 1 kasus dan Spa 2 kasus. Dari 4 kasus; 1 kasus pulang kampung dan tidak mau dirujuk, 3 sudah dirujuk dan sudah pendapatkan terapi ARV,” sebutnya.
Rera Beka juga mengatakan, ada temuan kasus LFU atau Putus obat, sebanyak 3 kasus dan sudah kembali mengkonsumsi ARV. “Kita juga laksanakan kegiatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung kegiatan KPA Kota melalui WPA sehingga akan terlatihnya remaja dalam kegiatan peer counselor. Dan, kegiatan rujukan dan pendampingan oleh KPA Kota pada pasien HIV yang dirujuk dari Puskesmas terutama pada ibu hamil positif HIV. Selama bulan berjalan ada 4 orang ibu hamil. Dan, masih banyak kegiatan lain,” katanya.
Dikatakan Rera Beka, untuk mendukung program KPA Kota Kupang tahun 2023, diusulkan dana sebesar Rp. 750.000.000.- ( Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah). “dana itu untuk mendukung sejumlah program diantaranya untuk petugas Lab dan Petugas/Relawan Pengambil darah dalam kegiatan Mobile VCT, Dukungan pada OTH dan ODHA melalui Pemeriksaan kesehatan dan Obat Infeksi Opportunistik bagi ODHA tidak mampu, belanja cetak, monev dan kunjungan lapangan.***Laurens Leba Tukan