TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Stunting, kini menjadi perhatian serius Nasional dan NTT merupakan salah satu Provinsi dengan prevelensi stunting paling tinggi. Itu pasalnya, Presiden Joko Widodo punya perhatian serius. Kepala Negara punya impian agar Indonesia mampu melahirkan generasi emas di tahun 2024 mendatang.
Untuk mewujudkan impian Presiden, politisi NasDem asal Pulau Sumba yang kini anggota Komisi IX DPR RI, Ny. Ratu Ngadu Bonnu Wulla, ST terus melakukan aksi nyata mengajak semua elemen masyarakat di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) untuk bekerja serius mencegah stunting.
“Mimpi mewujudkan generasi emas tahun 2024 itu misi besar Presiden Jokowi. Mimpi ini harus diwujudkan, salah satunya dengan kerja penurunan stunting seperti sekarang,” sebut Ratu Wulla ketika lanjutan Gelaran Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di SMKN 2 Kota Tambolaka, Desa Weepangali, Kecamatan Kota Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Sabtu (8/10/2022). Kegiatan itu dilakukan Bersama mitra kerja Komisi IX DPR RI yaitu BKKBN Provinsi NTT.
Ratu Wulla mengatakan, stunting ternyata tidak hanya memicu pertumbuhan anak tapi juga otaknya. Dengan kata lain stunting adalah salah satu penghambat terwujudnya mimpi besar Indonesia itu. “Saya minta agar semua elemen termasuk para pelajar bisa jadi aktor utama memerangi stunting yang terbilang tinggi itu. Stunting ini masalah Nasional. Untuk itu harus diperangi sesegera mungkin,” katanya.
Anggota Komisi IX DPR RI mengatakan, pihaknya terus mendorong mitra BKKBN untuk bisa menyelesaikan persoalan ini baik lewat dukungan Legislasi, Anggaran dan Pengawasan.
Kepala BKKBN NTT: Penyumbang Stunting Tertinggi Datang dari Pelaja
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru membeberka data mengejutkan tentang stunting. Mau Kuru mengatakan, penyumbang stunting tertinggi ada pada pelajar.
“Penyumbang terbesar stunting itu ada pada remaja di bawah 21 tahun, yang usia pelajar,” sebut Marianus Mau Kuru ketika mendampingi Ratu Wulla dalam Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di SMKN 2 Tambolaka.
Ia mengatakan, para pelajar tidak disiapkan secara baik. Bahkan, masih rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh para pelajar tentang stunting. “Harus direncanakan dengan baik agar hasilnya pun bagus dengan pertama tidak boleh hamil saat SMA seperti ini. Karena itu akan rentan dengan stunting,” tambahnya.
Marianus menjelaskan, sejumlah hal lain yang juga bisa menyebabkan stunting mulai dari gizi buruk, ASI tidak sampai dua tahun, hamil terlalu muda, hamil terlalu tua, sanitasi buruk, dan saat ibu hamil belum mendapatkan imunisasi.
“Hal semacam ini harus dihindari. Sehingga sudah saat kita bersama perangi stunting ini agar bisa menciptakan kader pemimpin yang hebat buat Indonesia,” katanya lagi.
Tampak hadir bersama Ratu Wulla Talu, Mitra Komisi IX DPR RI, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru, Ketua DPD NasDem SBD, Markus Dairo talu dan sejumlah tamu lainnya.*/)RWTCenter/Ger
Editor: Laurens Leba Tukan