Rawan Pangan Mengancam, Solusinya Aplikasi B’Pung Petani Bank NTT

141
Dirut Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho dan mantan Rektor Undana Kupang, Prof Ir. Fredrik L. Benu, M.Si, PH.d, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Holtikultura NTT, Lecky Frederich Koli, serta peneliti BPIN Dr. Tonny Basuki, ketika tampil berbicara dalam acara Katong Baomong dengan thema Antisipasi Ancaman Krisis Pangan dipandu Jhon Hayon di TVRI Stasiun Kupang, Senin (19/9/2022).

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Dunia sedang dalam ancaman krisis pangan global. Krisis pangan yang terjadi lebih pada keterjangkauan, bukan pada ketersediaan. Bahkan, perang Risia dan Ukraina sangat mempengaruhi rantai pasok, selain lantaran perubahan iklim. Presiden RI, Joko Widod mendorong pemanfaatan lahan-lahan kosong untuk ditanami komoditi kebutuhan pangan keseharian. Di Nusa Tenggara Timur, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat menghimbau penanaman kelor, jagung dan sorgum untuk mengatasi ancaman krisis pangan.

Berbagai elemen dikerahkan untuk mengantisipasi ancaman tersebut. Bank NTT, sebagai Bank Kebanggan milik masyarakat NTT, punya terobosan menarik untuk memproteksi masyarakat dari ancaman krisis pangan dan energi yang diistilahkan sebagai tsunami yang hening atau silent tsunami. Terobosan tersebut adalah aplikasi B’Pung Petani dari Bank NTT.

Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menjelaskan bahwa krisis pangan ini bukan baru pertama kali di  dunia dan Indonesia. Itu pasalnya, menyikapi krisis pangan tentu dimulai dari babagaimana membangun ketahanan pangan di NTT. “Untuk komoditi tertentu, beras, saat ini Indonesia dalam posisi swasembada namun dalam keseharian dalam keperluan pangan, orang tidak hanya makan beras. Ada komoditi lainnya. Tentu menjadi sesuatu yang dibutuhkan,” sebut Dirut Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho ketika tampil berbicara dalam acara Katong Baomong dengan thema Antisipasi Ancaman Krisis Pangan, di TVRI Stasiun Kupang, Senin (19/9/2022).

Disebitkan Dirut Alex, krisis terjadi ketika permintaan pasar tinggi, sedangkan kerersediaan sedikit. Sehingga inflasi terjadi. Cabe rata-rata didatangkan dari Jawa, Bali dan NTB ke NTT. Karena itu langkah cepat yang harus dilakukan yakni memastikan ketahanan pangan. Didukung aspek keterjangkauan distribusi pangan.

“Inilah yang menyebabkan inflasi menjadi tinggi. Oleh karena itu Bank NTT sebagai agen of development harus ada di seluruh aspek ini. Bagaimana mendukung pemerintah dalam ketersediaan pangan. Oleh karena itu dalam ekosistem pembiayaan baik dalam komoditi jagung dan sebagainya. Kita mendesain skim dengan me-reenginering dan me-revocusing serta merevitalisasi unit kerja kita sehingga antara skim produk dan unit kerja kita itu ada keselarasan untuk memberikan akses yang mudah, murah dan cepat,” sebutnya.

Dirut Alex optimis, jika berkolaborasi dengan semua sumberdaya yang ada, dengan pola multihelix yakni melibatkan semua pihak seperti akademisi, asuransi, perbankan, lembaga penjaminan, dan sebagainya, bahkan pihak-pihak lainnya yang mempunyai stimulus kebijakan dalam ekosistem akan mampu memberikan daya dorong yang kuat untuk membangun dan mengakselerasi ketahanan pangan berbasis komoditi unggulan di NTT.

Alex pun menjelaskan alasan hadirnya aplikasi B’Pung Petani. Pihaknya mengidentifikasi bahwa krisis terjadi ketika ketiadaan akses sehingga dibuatlah aplikasi B’Pung Petani untuk nantinya tenaga-tenaga PPL Pertanian menginput data setelah diverifikasi by name by adress, lahan yang digarap, kemudian varian yang ditanam.

“Dengan data yang valid itu pada akhirnya dapat memacu dan memicu produktivitas yang juga pada manfaat ekonomisnya mendekatkan masyarakat untuk memiliki daya beli yang kuat. Sehingga dengan mengkonsumsi bahan-bahan pangan lokal yang bergizi dan tidak kalah dari bahan-bahan atau keutuhan pangan dari luar. Dengan aplikasi ini bisa memberikan informasi-informasi  kepada pemerintah bagaimana mengendalikan inflasi. Serta kita bisa identifikasi daerah mana yang over produksi dan mana yang devisit,” tambahnya.

Jika tak ada hambatan maka pada Selasa (20/9) hari ini akan dilakukannya evaluasi terhadap aplikasi ini. Alex merinci keuntungan dari aplikasi ini yakni  untuk mendekatkan akses pada sumber-sumber pangan dan mulai untuk mengedukasi bagaimana merubah pola konsumsi. “Konsumsi pada kekuatan tanaman pangan lokal, karena itu aplikasi ini akan memberikan informasi yang sangat penting dan strategis tidak saja dari pemerintah untuk mendesain program ketahanan pangan tetapi dari pemerintah bagaimana mennggarap sektor-sektor pendidikan dan kesehatan untuk berkampanye mengenai kekayaan potensi pangan lokal yang ada.”

Dalam dialog itu, hadir sebagai pembicara dalam acara yang dipandu John Hayon itu mantan Rektor Undana Kupang, Prof  Ir. Fredrik L. Benu, M.Si, PH.d, Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Holtikultura NTT, Lecky Frederich Koli, serta peneliti BPIN Dr. Tonny Basuki.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan NTT, Lecky F. Koli menegaskan bahwa berkaca pada kondisi dunia hari ini, maka pilihan kita tidak banyak yakni ketika kita tidak menanam maka kita tidak mungkin panen. “Karena itu satu-satunya cara yakni semua kita masing-masing menuju lahan kita, untuk memanfaatkan  musim hujan ini. Terutama kelompok-kelompok keluarga miskin, agar mereka pun bisa mampu memiliki akses ketersediaan pangan,”ujar Lecky Koli.

Disebutkan, pemerintah pusat sudah menyiapkan sabuk pengaman dengan beberapa bantuan sosial, namun tidak berarti semua berpangku tangan. Sehingga pihaknya mengajukan peoduk-produk unggulan seperti Padi, Jagung, Sorgum, dan Kelor.

“Benih sudah kita siapkan sedangkan pupuk subsidi memang ada keterbatasan tetapi dengan skema-skema pembiayaan ekosistem pertanian, kita menggunakan pupuk non subsidi. Yang secara ekonomi bisa dijangkau yang langsung dibiayai oleh teman-teman Bank NTT. Off taker-nya sudah kita siapkan,” tambah dia.

Tak hanya itu, Dr. Tony Basuki sebagai peneliti mereka menemukan bahwa jagung adalah track yang benar karena hampir 80 persen petani di NTT menanam jagung. “Cocok dengan apa yang didengungkan Pak Gub. Dalam TJPS ada banyak perubahan inovasi yang kita bisa lihat dari pelaksanaannya. Padi, luas tanamnya adalah 214.000 hektar sedangkan luas bahan bakunya, 155.000 hektar,”tegas Tonny menambahkan apa yang dicanangkan oleh pemerintah provinsi (TJPS) adalah sesuatu yang benar.

Lalu sorgum, presiden menggaungkan komoditas ini. Salah satu lahan harapannya NTT. Sementara Kelor, berpuluh tahun, kelor adaah food security bagi masyarakat NTT sehingga dia menjadi harapan baru namun syaratnya hilirnya harus diperbaiki.

Prof . Fred Benu saat itu menegaskan, pihaknya sepakat dengan sikap Pemprov NTT saat ini ini untuk menyiapkan ketahanan pangan. Dengan berkonsentrasi pada empat komoditi unggulan. Dia merinci NTT sangat kaya karena memiliki  57 jenis sumber karbohidrat, 55 jenis aneka sumber lemak dan minyak,  26 jenis aneka kacang-kacangan, 273 jenis buah-buahan, 178 jenis aneka sayuran, 94 jenis rempah bumbu, 32 jenis bahan minuman.

“Ini semua kita belum optimalkan. Karena itu saya setuju dengan pikiran bahwa harus disiapkan dari hulu sampai hilirnya. Karena itu kita harus mendukung program pemerintah yakni diversifikasi pangan. Dan tentu sesuai dengan program Bank NTT,”tegas Fred. Diakui bahwa memang ada banyak negara mengalami krisis pangan dan energi, dan kita belum bisa memprediksi Indonesia. Namun sejartinya apa yang dilaksanakan pemerintah provinsi saat ini benar, untuk ketahanan pangan. */)BOY/AditAdu

Center Align Buttons in Bootstrap