OELAMASI,SELATANINDONESIA.COM – “Puncak tertinggi seorang jurnalis, ketika tulisannya itu berguna bagi masyarakat,” sebut Frans Pati Herin, Jurnalis Kompas yang didaulat oleh Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo untuk berbicara. Pati Herin diberikan kesempatan di podium kehormatan oleh Doni Monardo dalam momentum pengresmian 16 sumur bor bagi warga eks Timor Timur di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang pada Senin (11/7/2022).
Doni Monardo, mantan Kepala BNPB mendaulatkan Pati Herin untuk menyampaikan testimoni tentang program air bersih yang kini dinikmati oleh masyarakat Kabupaten Kupang. Menurut Doni Monardo, jika tanpa bantuan Frans Pati Herin mungkin saja program 16 sumur bor itu tidak pernah ada di NTT.
“Beliaulah yang membuat artikel di Kompas pada bulan Agustus 2021 lalu. Pak Frans tolong ceritrakan,” sebut Doni Monardo yang turun dari podium lalu mempersilahkan mantan aktivis API Reinha Rosari itu untuk bersaksi tentang tulisannya yang berkaitan dengan krisis air bersih di NTT.
Frans Pati Heri mengatakan, selama 7 tahun ia bertugas sebagai jurnalis Kompas di Maluku lalu dimutasi ke Kupang pada Juni 2021. “Saya cukup konsen menulis tentang krisis air bersih di Kabupaten Kupang dan seluruh NTT. Dan waktu itu, saya menulis tentang warga eks Tim Tim yang kesulitan mengakses air bersih setelah 2 dekade lebih memilih tinggal di Kabupaten Kupang. Artikel itu lalau dibaca oleh Pak Doni Monardo dan disambut baik. Saya bersyukur berkat tulisan itu lalu memberikan efek bagi masyarakat. Disitulah puncak karya seorang jurnalis,” ujar Frans Pati Herin disambut sorak para tamu undagan dan masyarakat yang hadir.
Perlu Kolaborasi Atasi Krisis Air Bersih
Dilansir dari KOMPAS.Com, Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat, Kamar Dagang Industri, dan prajurit TNI AD telah membuktikan kerja kolaboratif untuk mengatasi krisis air bersih di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Kolaborasi semacam itu perlu dijadikan contoh untuk menangani berbagai persoalan dasar termasuk air bersih yang kini menghantui dunia.
Hasil dari kerja kolaboratif itu ditunjukkan dengan pengresmian 16 sumur bor bagi warga eks Timor Timur yang dibangun sejak November 2021 lalu. Secara simbolis, lokasi pengresmian dilakukan di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang pada Senin (11/7/2022) petang.
Pengresmian itu dihadiri oleh Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI AD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Arsjad Rasjid, Panglima Komando Cadangan Strategis AD Letnan Jenderal Maruli Simanjuntak, Bupati Kupang Korinus Masneno, dan sejumlah pejabat serta masyarakat setempat.
Doni mengatakan, kehadiran sumur bor itu digagas oleh dirinya dan Arsjad. Ide itu datang setelah pemberitaan media terkait persoalan krisis air di Pulau Timor. Untuk sementara, program tersebut masih fokus membantu warga eks Timor Timur dengan alasan mereka menjadi kelompok yang cukup terdampak. Banyak dari mereka masih sulit bangkit.
Program pembangunan itu dikerjakan oleh TNI AD di bawah Komando Daerah Militer IX/Udayana yang saat itu dipimpin oleh Letjen Maruli Simanjuntak. “Perlu kolaborasi berbagai pihak untuk menghadirkan solusi bagi persoalan rakyat. Semoga kolaborasi semacam ini dapat menginsiparasi banyak pihak untuk mau terlibat, ” kata Doni.
Kini, telah terbangun sumur bor serta bak penampung pada 16 permukiman. Sasaran penggunanya adalah 1.674 keluarga atau 10.522 jiwa warga eks Timor Timur. Mereka tersebar di lima kabupaten di Pulau Timor, mulai dari Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, dan Belu.
Ketua KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid berharap, kehadiran sumur bor itu dapat membantu mengatasi berbagai persoalan terutama mengenai kesehatan. Air menjadi elemen penting dalam mewujudkan sanitasi. Sementara sanitasi ikut berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Ia juga menyinggung kasus tengkes atau stunting di NTT yang tertinggi secara nasional.
Menurut Studi Status Gizi Indonesia 2021, NTT menjadi daerah dengan prevalensi tengkes tertinggi nasional. Dari 22 kabupaten/kota, 15 di antaranya berada pada zona merah (prevalensi di atas 30 persen) dan 7 lainnya berada pada zona kuning (20-30 persen). Daerah dengan prevalensi tengkes tertinggi adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan, yakni 48,3 persen. Artinya, 48 dari 100 anak balita di daerah itu mengalami tengkes. Daerah itu memuncaki nomor satu tertinggi dari 246 kabupaten/kota di 12 provinsi yang menjadi prioritas penanganan secara nasional. Angka itu lebih dua kali lipat dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menoleransi pada kisaran 20 persen.
Marcelino Lopez, warga Eks Timor Timur mengapresiasi hasil kerja kolaboratif yang kini mereka nikmati. “Selama lebih dari 20 tahun, banyak dari kami yang hidup masih susah, termasuk untuk akses air bersih. Kami mereka senang dengan perhatian yang luar biasa ini, ” kata Mercelino.
Warga eks Timor Timur adalah mereka yang memilih bergabung dengan Indonesia pada saat penentuan pendapat tahun 1999. Hasil penentuan pendapat itu dimenangkan oleh kubu pro kemerdekaan. Mereka yang menang mendirikan negara Timor Leste semantara yang kalah memilih eksodus ke Indonesia.***Laurens Leba Tukan