Gubernur Laiskodat Ajak GMIT Atasi Kemiskinan, Tiap Gereja Dipilih 100 Jemaat Sisihkan Dana Rp 350 Ribu/Bulan

490
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat didampingi Staf Khusus Prof. Daniel Kameo, mantan Rektor Undana Prof. Fred Benu, dan Dirut Bank TLM Robert Fanggidae.ketika menghadiri ibadah syukur Renovasi Gedung GMIT Imanuel Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Minggu (10/7/2022). Foto: TimMediaVBL

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat punya cara cerdas mengajak seluruh warga jemaat Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT) untuk berkontribusi mengatasi kemiskinan di NTT.

Ia meminta kebijakan GMIT agar setiap Gereja di wilayah GMIT dipilih 100 orang di setiap Gereja dan berkontribusi menyisihkan uang Rp 350.000/bulan. Dalam setahun, tersedia dana sebesar Rp 800 Miliar untuk mengatasi persoalan pendidikan dan kemiskinan di NTT.

“Kita serius sekali membangun rumah tapi kita meninggalkan manusia miskin yang begitu banyak di NTT, yang saya pastikan setengah bagian itu adalah anggota GMIT. Oleh karena itu, misalnya GMIT punya 2800 gereja, let say 2000 saja diperlukan, 1 gereja kita pilih 100 orang, yang masing – masing menyumbang 350 ribu/ bulan. Maka dalam setahun kita punya Rp. 800 Milyar uang GMIT untuk menyekolahkan anak-anak kita dan membangun orang miskin di NTT. Dan dalam 5 tahun kita bisa selesaikan masalah orang miskin di NTT,” sebut Gubernur Laiskodat ketika berbicara dalam acara ibadah syukur Renovasi Gedung GMIT Imanuel Oenesu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Minggu (10/7/2022).

Gubernur Laiskodat mengatakan, pada tahun 1530-an, seorang pemuda perkasa dan berani berbeda dengan semua gereja di Eropa saat itu. Akhirnya dia bisa membangun mimpinya di tahun 1536 dikota Jenewa Swiss.

“Pemuda itu bernama Yohanes Calvin, dan GMIT sekarang adalah pengikut beliau. Calvin tidak suka Gereja membangun gedungnya sementara membiarkan orang miskin hidup dalam kemiskinan. Calvin sangat keras menyatakan bahwa Gereja tidak boleh menjadi pusat pelayanan, harusnya MANUSIALAH PUSAT PELAYANAN. Karena itu tercatat bahwa Yohannes Calvin adalah salah satu tokoh besar yang membawa Eropa Barat mencapai kesuksesan dalam pembangunan peradaban dunia. Turunan Calvin hari ini adalah GMIT,” tegas Gubernur Laiskodat.

Dikatakannya, yang harus dibangun utama adalah manusia. “Nanti jika manusianya sejahtera, dia akan membangun Gerejanya. Karena kalau Gereja rusak bisa pindah ke rumah, tetapi kalau manusia rusak, tidak bisa pindah kemanapun. Kita selalu tertarik pada input, berdoa, rajin belajar, duduk dengan orang pintar, dan sebagainya. Lalu output apa? Outputnya, Pengikut Yesus yaitu membangun dirinya untuk cerdas, peduli, berani,” sebut Gubernur Laiskodat.

Ia menegaskan, mulai hari ini Gereja Imanuel Oenesu untuk mulai beritndak konkrit. “Gereja ini tempat saya dibaptis dulu. Catat berapa orang yang tidak bisa hidup di dalam Gereja ini, program pemerintah perlu apa supaya yang tercatat itu selamat. Dan partisipasi kita bersama berapa banyak disana? Berapa yang stunting di gereja? Perlu intervensi dimana saja? Supaya kita konkritkan semua,” ujarnya.

Gubernu Laiskodat mendorong semua pihak agar bergabung dalam sebuah gerakan besar yaitu Gerakan Penyelamatan Nusa Tenggara Timur lewat berbagai pekerjaan.

Ketua Panitia Pembangunan Gereja Imanuel Oenesu, Penatua Andreas mengatakan, selama 30 tahun lamanya jemaat setempat bergumul untuk memperbaiki Gereja yang dalam kondisi rusak. “Namun berkat partisipasi sejumlah tokoh Gereja akhrinya pekerjaan atap bisa selesai dengan dana sekitar Rp 262 juta. Namun ada beberapa pekerjaan yang belum kami bisa selesaikan, sehingga kami mohon dukungan dan partisipasi agar apa yang menjadi pergumulan kami bisa teratasi,” sebut Andereas.

Turut mendampingi Gubernur Laiskodat, Staf Khusus Prof. Daniel Kameo, mantan Rektor Undana Prof. Fred Benu, dan Dirut Bank TLM Robert Fanggidae.*/)TimMediaVBL

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap