KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat menerima kunjungan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Matamira B. Kale, S.Si, M.Si di ruang kerjanya, Kamis (23/6/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Kepala BPS NTT dan rombongan menyampaikan laporan terkait kegiatan sensus atau survei yang sedang berjalan seperti “Sensus Penduduk 2020 lanjutan” dan juga rencana pelaksanaan Program Desa Cantik yang rencananya akan dimulai dengan 25 Desa.
“Saya menganjurkan agar programnya dibuatkan saja, nanti pada saat evaluasi APBD di DPRD akan dimasukan. Yang penting dalam pelaksanaan kajian-kajian tersebut, alat ukur yang dipakai sebagai barometernya jangan menggunakan metode Jakartasentris. Metode Jakartasentris tidak boleh diberlakukan di NTT,” tegas Gubernur Laiskodat.
Menurut Gubernur Laiskodat, metode Jakartasentris yang diukur adalah tingkat konsumsi bayamnya saja. “Sedangkan tingkat konsumsi kelor di masyarakat justru tidak diperhitungkan. Padahal kandungan Zat Besi pada Daun Kelor justru 25 Kali lebih tinggi dari Bayam. Dan keadaan di NTT sebaliknya justru, tingkat konsumsi Daun Kelornya sangat tinggi,” sebut Gubernur Laiskodat.
Dijelaskan, menurut buku “Tanaman Kelor (Moringa Oleifera)” yang ditulis oleh F.G. Winarno, daun Kelor memiliki profil kandungan gizi yang tinggi, padat mengandung nutrisi, mineral, serta asam amino esensial.
Bahkan, setiap daun kelor kering mengandung senyawa-senyawa 2 kali lebih tinggi proteinnya dari yoghurt; 7 kali lebih tinggi vitamin A dibanding wortel; 3 kali lebih tinggi Kaliumnya dibanding pisang; 4 kali lebih tinggi Kalsiumnya dibanding susu; dan 7 kali lebih tinggi Vitamin C-nya dibanding jeruk, juga sangat kaya anti oksidan, serta berkhasiatnya terhadap berbagai penyakit.
“Jadi, ibu-ibu yang kekurangan darah bisa mengonsumsi ini tanpa harus membeli obat. Hasilnya pun bagus,” sebut Gubernur Laiskodat.*/)TimMediaVBL
Editor: Laurens Leba Tukan