ANAKALANG,SELATANINDONESIA.COM – Namanya harum diseantero Pulau Sumba dan Provinsi NTT. Dia tidak saja dikenang sebagai tokoh politik dan tokoh adat berpengaruh di Sumba. Ia juga dikenal sebagai pemain film berjudul Angin Rumput Savana yang dibintangi artis cantik Maudi Koesnaedy. Dia adalah Umbu Siwa.
Adik kandung mantan Bupati Sumba Barat dua periode, Umbu Jima ini merupakan Ketua DPD II Golkar Sumba Tengah pertama dan mantan anggota DPRD Sumba Barat dari Fraksi Golkar, sebelum pemekaran Kabupaten Sumba Tengah. Sosok kharismatik ini meninggal dunia pada Minggu (22/5/2022) diusianya yang ke 79 tahun. Sumba berduka, NTT Berkabung. Kabar tentang berpulangnya Umbu Siwa mengingatkan publik pada tokoh yang selalu membakar semangat generasi muda Sumba Tengah.
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu dan Wakilnya Daniel Landa didampingi Asisten Adminstrasi Umum Setda Sumba Tengah Ferdy Umbu Kabalu hadir memberikan penghormatan kepada Almahrum Umbu Siwa. “Bapak Umbu Siwa adalah tokoh Sumba yang selalu memberikan inspirasi dan semangat juang bagi generasi muda Sumba Tengah. Saya mengajak seluruh masyarakat Sumba Tengah untuk mendoakan Bapak Umbu Siwa agar arwahnya diterima dalam kerajaan Surga,” sebut Bupati Paulus di Rumah Duka, Desa Anakalang, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah, Selasa (24/5/2022).
Disebutkan Bupati Paulus, semangat juang dan jiwa kerja keras yang selama ini didedikasihkan Umbu Siwa semasa hidupnya akan terus menjadi pemicu bagi Pemimpin Sumba Tengah saat ini dan seluruh generasi penerus Sumba Tengah dalam membangun untuk Oli Mila Sumba Tengah.
Ketua DPD II Golkar Sumba Tengah Melki Umbu Hunggar bersama Ketua Wanhat Golkar Martehn Ngadu Oli serta jajaran Pengurus Golkar Sumba Tengah juga merasa kehilangan sosok Umbu Siwa. “Almahrum Bapa Umbu Siwa adalah peletak dasar Partai Golkar di Sumba Tengah. Beliau adalah Ketua Pertama DPD II Golkar Sumba Tengah, dan terkenal sebagai sosok yang sangat mencintai Partai Golkar,. Kita meneruskan seluruh perjuangan Almahrum Umbu Siwa membangun Sumba Tengah melalui Partai Golkar” sebut Melki Umbu Hunggar di Rumah Duka.
Rambu Bangi, putri Umbu Siwa kepada SelatanIndonesia.com mengatakan, mendiang ayahnya adalah sosok yang sangat patuh terhadap Partai Golkar. Meski demikian, ayahnya Umbu Siwa menghormati sikap politik anak-anaknya jika berbeda dengan pilihan politiknya. “Dulu Pilkada kami berbeda pilihan, beliau awalnya marah-marah kami tetapi juga menghargai pilihan kami. Pokonya beliau itu Golkar usung siapa berarti mati hidup dengan Golkar,” ujar Rambu Bangi mengenang ayahnya. Dijadwalkan, acara pemakaman Almahrum Umbu Siwa akan berlangusng pada Jumat 27 Mei 2022 mendatang.
Rambu Bengi mengisahkan, kabar berpulangnya ayahanya juga direspons oleh artis Maudy Koesnaedy. Bahkan dalam akun instgaramnya, Maudy Koesnaedy menyampaikan turut berdukacita atas berpulangnya ayahanda Umbu Siwa. “Maudy Koesnaedy biasa panggil beliau Paman Umbu Siwa. Dulu saat syuting film Angin Rumput Savana, Maudy Kosenaedy pernah tidur di rumah ini. Ketika itu Bapak Umbu Siwa berpean sebagai pamanya Maudy, sehingga panggilan Paman itu tetap terbawa sampai sekarang,” sebut Rambu Bengi.
Angin Rumput Savana adalah film karya Garin Nugroho yang berlatar kehidupan masyarakat Sumba, Nusa Tenggara Timur. “Film ini merupakan karya Garin Nugroho, salah satu sutradara terkemuka di Tanah Air,” kata Juwitta Katrina Lasut, staf Bentara Budaya Bali di sela pemutaran film tersebut, dikutip dari antaranews.com.
Film Angin Rumput Savana mengisahkan tentang Wulang, seorang gadis Sumba yang memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya setelah sekian waktu mengenyam pendidikan kedokteran di Jakarta.
Padang savana dengan rerumputan dan angin yang berhembus mengingatkannya pada masa kecilnya di Sumba. Akan tetapi, kontrasnya perbedaan kultur dan gaya hidup yang ia rasakan ketika hidup di Jawa dengan di Sumba membuat Wulang harus memutuskan pilihan berat untuk tetap tinggal di Sumba atau kembali ke Jawa.
Film ini dibintangi oleh beberapa artis berkarakter seperti Maudy Koesnaedi, Unique Priscilla, dan Renny Djayusman. Film yang dirilis pada tahun 1997 itu, pernah meraih penghargaan sebagai film televisi terbaik Festival Film Singapura ke-10, serta nominasi di ajang Piala Vidia FSI 1997.
“Garin Nugroho juga kita kenal sebagai sineas Indonesia yang cemerlang dan produktif, serta sering pula mengangkat tema-tema etnis dan budaya dalam karya filmnya,” kata Juwitta.
Ia menambahkan, film-film karya Garin telah banyak meraih penghargaan internasional, di antaranya FIPRESCI dari Festival Film Internasional Berlin 1996 untuk film Bulan Tertusuk Ilalang, Silver Leopard Video di Festival Film Internasional Locarno 2000 untuk film Puisi Tak Terkuburkan serta Special Jury Prize di Festival Film Internasional Tokyo 1998 untuk film Daun di Atas Bantal dan sebagainya.***Laurens Leba Tukan