WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Bupati Sumba Timur Drs. Khristofel Praing, M. Si sebut, permasalahan stunting merupakan permasalahan kemanusiaan yang mendasar dan perlu dilakukan upaya pencegahan dan penurunan secara serius.
“Pentingnya permasalahan stunting ditangani secara baik dan menjadi komitmen pemerintah ditingkat pusat sampai ke desa karena dampak yang akan timbul jika anak mengalami stunting sangat besar terhadap kualitas dirinya,” sebut Bupati Khristofel Praing ketika hadir dan membuka kegiatan Rembuk Stunting 2022 di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Selasa (5/4/2022).
Rembuk Stunting itu bertemakan Komitmen Sehati Cegah Stunting Menuju Generasi Emas Sumba Timur.
Camat Pahunga Lodu Yakub Mangu Yada, Spt, yang juga hadir dalam rembuk stunting 2022 menyebutkan bahwa dalam upaya pencegahan stunting pemerintah kecamatan bersama-sama instansi di sektor kecamatan untuk melakukan langkah-langkah intervensi.
“Langkah intervensi yang kami lakukan di Kecamatan Pahunga Lodu yaitu dengan memfasilitasi desa sehingga melalui anggaran dana desa terkait pencegahan stunting yaitu pemberian Bantuan Makanan Tambahan (BMT), terkait sanitasi harus adanya MCK, serta pola asuh anak,” sebutnya.
Ia menambahkan, sesuai rencana, pihaknya akan melakukan rapat dengan melibatkan lintas instansi di tingkat Kecamatan, tokoh agama maupun dunia usaha untuk mengambil bagian dalam mengintervensi sasaran stunting sehingga pada bulan Agustus 2022 angka stunting bisa menurun.
“Harapan saya, semoga kegiatan rembuk stunting ini tidak hanya sebatas sekali pertemuan tetapi ada pertemuan-pertemuan selanjutnya baik di tingkat kabupaten selaku pengambil kebijakan dan mellibatkan semua elemen dari lembaga lain,” katanya.
Data yang diperoleh SelatanIndonesia.com dari Ketua Pokja Penanganan Stunting Provinsi NTT, Ir. Sarah Lery Mobeik menyebutkan, seluruh Kota dan Kabupaten di NTT hanya Kabupaten Sumba Tengah yang saat ini (Februari 2022) berada pada prosentase terendah satu digit yaitu 8,8 persen. “Sumba Tengah total coverage (pencakupan)nya paling rendah seluruh NTT yaitu hanya 7.635 anak balita, dan posisi terakhir ada di 8,8 persen,” Sarah Lery Mboeik kepada SelatanIndonesia.com, Minggu (27/3/2022).
Dua Kabupaten lain yang total coverage terendah adalah Kabupaten Nagekeo dengan jumlah 11.376 anak balita dengan posisi terakhir 10,4 persen. Dan, Kabupaten Ngada dengan jumlah 10.918 anak balita dengan posisi terakhir ada pada 10,6 persen. Sedangkan Kabupaten denga total coverage tertinggi ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebanyak 41.707 anak balita dengan posisi stunting 29,8 persen (data Februari 2022).
Lery Mboeik menjelaskan, dari evaluasi hasil operasi timbang periode Februari 2022 yang dilakukan pada 18/3/2022 diperoleh sasaran balita tanhun 2022 sebanyak 548.249 balita. Dari data tersebut, balita ditimbang hingga priode Februari 2022 sebanyak 414.362 balita atau 75,6 persen. Sedangkan, sasaran balita yang telah diinput melalui ePPGBM periode Februari 2022 sebanyak 414.362 atau 100 persen.
“Hasil status gizi balita periode Februari 2022 adalah Stunting sebanyak 91.032 balita atau 22,0 persen, Wasting sebanyak 42.068 balita atau 10,2 persen dan Underweight sebanyak 95.179 balita atau 23,0 persen,” jelas Lerry Mboeik.*/Milia)
Editor: Laurens Leba Tukan