
JAKARTA,SELATANINDONESIA.COM-Realisasi produksi padi pada program Food Estate atau lumbung pangan Nasional di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur diapresiasi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Apresiasi Menko Marves Luhut diberikan atas kerja keras petani dan penyuluh di Kabupaten yang kini dipimpin oleh Bupati Paulus S. K. Limu dan wakilnya Daniel Landa itu.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan itu saat melakukan dialog interaktif dengan Ribka Buru, penyuluh pertanian di Kabupaten Sumba Tengah melalui Agriculture War Room Kementerian Pertanian (AWR Kementan), Sabtu (19/3/2022. Turut hadir Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran eselon satu Kementan, di antaranya Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi.
“Saya kira Mentan Syahrul sudah habis-habisan mendukung peningkatan produksi pertanian dan mensejahterakan petani, karena itu adalah keinginan dari pemerintah,” sebut Menko Marves Luhut dilansir dari Kontan.co.id.
Menko Luhut memberikan apresiasi atas kinerja Ribka Buru bersama petani, penyuluh dan stakeholders yang telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk Food Estate di Sumba Tengah demi peningkatan produksi padi dan jagung.
“Saya lihat sekarang produksi padi (Food Estate Sumba Tengah ) naik lima hingga enam ton per hektar, yang tadinya cuma 3 sampai 4 ton per hektar. Itu sebabnya kita dari laporan data BPS (Badan Pusat Statistik) masalah beras tidak kurang,” kata Menko Marves Luhut.
Dipandu Dedi Nursyamsi selaku host, Ribka Buru, menguraikan kondisi terkini pertanaman padi di Food Estate Sumba Tengah yang melaporkan pertanaman padi siap panen pada April 2022 kepada Menko LBP dan Mentan Syahrul. “Khusus wilayah binaan saya, varietas padi yang akan dipanen adalah Inpari 32 pada hamparan seluas 30 hektar,” kata Ribka secara virtual melalui AWR.
Ribka mengakui terjadi peningkatan produktivitas padi setelah adanya program Food Estate Sumba. “Produktivitas untuk tahun kemarin kita peroleh 4,5 hingga lima ton per hektar. Sebelum ada Food Estate, hanya di kisaran 2,5 hingga tiga ton per hektar,” sebutnya.
Menko Luhut menambahkan, pemerintah akan menyediakan bibit unggul agar pendapatan petani meningkat, sehingga tingkat kemiskinan turun dan petani tambah sejahtera. “Itu pesan Presiden Joko Widodo kepada saya, pokoknya pertanian harus didorong, makanya saya datang ke kantornya Mentan,” ujar Menko Luhut.
Mentan Syahrul mengatakan, produksi padi memang menjadi program prioritas selama dua tahun ini. Terbukti, meski Indonesia menerjang badai pandemi yang sangat dahsyat, sektor pertanian tetap tumbuh dengan baik. “Dalam dua tahun ini, kami konsentrasikan kerja kami pada ketahanan pangan, khususnya padi. Dua tahun ini yang lain turun, hanya pertanian yang tumbuh. Ekspor kita naik terus, bahkan sampai Rp625,04 triliun atau naik 38,68%,” kata Mentan.
Dia menambahkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia selama dua tahun ini juga tumbuh bahkan tembus 108,83. “Ini hanya terjadi jaman orde baru. Itulah kerja kita semua pakai data,” katanya.
Fungsi AWR
Sebelum menyapa petani dan penyuluh, Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan fungsi AWR Kementan. “Secara harfiah, AWR adalah ruangan peperangan pertanian, tapi maksud peperangan di sini adalah untuk membangun pertanian nasional,” kata Dedi kepada Menko Luhut.
Dedi mengatakan, AWR yang berpusat di Jakarta ini terhubung ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) yang saat ini tercatat 5.996 KostraTani pada setiap kecamatan di seluruh Indonesia.
Kemudian, Dedi Nursyamsi menguraikan tentang Lima Peran AWR. Pertama, sebagai pusat data dan informasi terkait luasan tanam komoditas pertanian dari level nasional hingga level yang paling rehdah yaitu desa. AWR ini, katanya lagi, juga sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian. “Gerakan pembangunan pertanian ini ada di kecamatan. Mentan Syahrul sering menyebutnya sebagai KostraTani,” ujarnya.
Peran ketiga, sebagai pusat pembelajaran, melalui AWR, Kementan melakukan pelatihan dan pendidikan penyuluhan secara virtual. “Akhir bulan lalu kami latih 1,6 juta petani dan penyuluh dari sini,” sebutnya.
Keempat, AWR berperan sebagai pusat konsultasi agribisnis pertanian terkait bagaimana menghubungkan petani dengan offtaker, dengan integrator, dan dengan bank untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). “Terakhir, peran AWR untuk membangun jejaring kerja sama dengan stakeholder yang lain, mulai dari penyedia sarana prasarana, pupuk, benih, Alsintan hingga eksportir,” kata Dedi Nursyamsi.*/)Noverius Laoli/Kontan.co.id
Editor: Laurens Leba Tukan