Panen Jagung 5000 Ha di Kodi, Bank NTT Jadi Pelopor Lahirnya Wirahusahawan Mandiri

415
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Dirut Bank NTT Harry Aleksander Riwu Kaho ketika melakukan panen padi di desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Selasa (15/2/2022) Foto Desain Humas Bank NTT

TAMBOLAKA,SELATANINDONESIA.COM – Sejauh mata memandang, tampak hamparan lahan jagung siap panen seluas 5000 Ha di desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Pagi itu, Selasa (15/2/2022) Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan rombongan mengunjungi lokasi itu.

Gubernur Laiskodat hari itu melakukan panen raya jagung yang dikemas dalam program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di Kabupaten Sumba Barat Daya. Ia didampingi Bupati SBD, dr. Kornelius Kodi Mete dan Direktur Utama Bank NTT, Harry Aleksander Riwu Kaho serta rombongan besar staf khsus dan jajaran Pimpinan OPD Provinsi NTT.

Dalam mewujudkan program TJPS di Provinsi NTT, Gubernur Laiskodat punya konsep keterlibatan kolaboratif dalam ekosistim mandiri. Bank NTT, menjadi jembatan bagi para wirausahawan mandiri yang menjadi pelaku utama pengembangan jagung. “Di musim hujan ini, kemampuan masyarakat kita yang masuk alam wirausahawan mandiri punya kemampuan dalam mengolah lahan dengan memanfaatkan alam, termasuk musim hujan saat ini sangat luar biasa. Kita saksikan langsung bagaimana dorongan Bupati SBD bersama masyarakat terlibat dalam langsung,” sebut Dirut Bank NTT, Harry Aleksander Riwu Kaho kepada SelatanIndonesia.com di lokasi panen jagung, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten SBD.

Dirut Aleks menyebutkan, dalam ekosisitim ini tinggal ditingkatkan pola keterampilan dan keahlian, serta intervensi banyak pihak terutama bibit yang bagus, pupuk yang bagus, serta mekanisasi dan offtaker, maka lompatan industri jagung di wilayah Kodi dan SBD akan memiliki pencapaian yang luar biasa.

Bank NTT, kata dia, hadir memberikan support dan dukungan dengan  memberikan kemudahan dan memfasilitasi kebutuhan pendanaan dalam ekosostim kepada wirausahawan mandiri yang terlibat dalam eksositim TJPS Mandiri. “Sesuai yang disetujui oleh Bapak Gubernur bahwa kita  menggantikan diksi petani menjadi wirausaha mandiri karena dalam kemandirian ada kemampuan yang bisa memitigasi resiko dan peluang serta memanfaatkan peluang tersebut untuk mendapatkan provit. Sedangkan kalua stigma petani, memiliki diksi yang tidak punya daya ungkit untuk menggelorakan ekosistim mandiri ini. Sehingga kita ganti diksi petani menjadi Wirausaha Mandiri agar mamu mempunyai daya dorong,” sebut Dirut Aleks.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi NTT, Lucky F. Koli mengatakan, program TJPS pola kemitraaan di Kabupaten SBD kini sedang berjalan pada lahan seluas 5-6 ribu Ha. “Kita punya lahan eksisiting di SBD seluas 48 ribu Ha, tetapi lahan itu belum dioptimalkan untuk memberikan introduksi inptut yang memadai untuk mendongkrak produksi. Kita baru masuk sekitar 5-6 ribu Ha,” sebutnya.

Dikatakan Kadis Lucky, saat ini tim yang dibentuknya sedang mempersiapkan segala seuatunya agar pada musim tanam (MT) 2 nanti akan menambah lagi sekitar 5 ribu Ha, kemudian menuju ke musim tanamn berikutrnya pada Oktober-Maret (Okmar), sesuai arahan Gubernur NTT, ditambahn lagi menjadi 15 ribu Ha.

“Nah itu semua, sudah kita persiapkan calon petani-calon lahan (CPCL) dan sekarang ini juga offtaker dan pembiayaan dari Bank NTT. Kita butuh dana sektar Rp 150 miliar  dan Bank NTT sudah menyanggupinya untuk mendukung, bersama offtaker untuk menyediakan benih unggul yang kapasitasnya mencapai 7 ton. Juga herbisida dan obata-pbatan serta alsintan yang nanti kita integrasikan menuju ke penanaman,” sebut Lucky Koli.

Disebutkan Kadis Lucky, pada periode tahun 2022 khsusu di kabupaten SBD, sudh bisa menghasilkan jagung seluas 25 ribu Ha. “Sekarang sudah 5 ribu Ha, selanjutnya di MT 2 10 ribu Ha dan tambah 15 ribu Ha lagi di Okmar maka akan menjadi 25 ribu Ha. Itu akan berada pada sekitar 225 ribu ton, yang setara dengan uang sebesar 700 miliar di tahun 2022,” jelasnya.

Itu pasalnya, Lucky Koli sangat membutuhkan dukungan semua pihak, terutama stakehlders terakait terutama dalam skema ini adalah pihak bank NTT, Offtaker serta Bupati, Camat, Kepala Desa, Tokoh Agama dan Tokoh Adat, serta semua penyuluh, pendamping lapangan agar berkolabrasi dengan para petani.

Tidak hanya itu, Lucky Koli menambahkan, pihaknya juga terus merapikan dari sisi pasca panen. “Karena hasilnya banyak sekali maka, jika tidak diatur pola distribusi dan psca panen maka akan bermasalah.  Sekarang sedang dipersiapkan sekaligus untuk mengamankan produksi, untuk tidak ada pengkhinatan, atau petani yang menjual diluar komeitmen bersama offtaker. Kalua itu ditemukan maka petani tersebut kita tidak akan berikan intervensi dalam program apapaun selama tiga tahun,” tegasnya.

Ia membutuhkan kesetiaan semau tim dalam skema ini  untuk bisa bekerja bersama mendorong kemajuan perekonomian untuk membawa Kabupaten SBD sebagai penggerak utama bagi kabupatan lain untuk bekeja sama kolaboratif menuju NTT bangkit menuju sejahtera.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap