
Kendati mendapat perlawanan dari berbagai pihak, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat tidak gentar untuk mewujudkan impiannya mempelopori pengembangan sapi wagyu. Ia dengan kepala tegak, punya tujuan mulia ingin mengangkat harkat dan martabat warga NTT yang selama ini diderah kemiskinan ekstrim.
Sejumlah sektor unggluan di NTT mulai digenjot, salah satunya adalah sektor peternakan. Untuk menghasilkan daging sapi wagyu kelas premium, Gubernur Laiskodat melalui dengan teknologi inseminasi buatan (IB) yang kini telah menghasilkan 72 ekor pada tahun 2021 dan pembukaan Rens Sapi Wagyu di Desa Kabaru, Kabupaten Sumba Timur.
Rencana besar Gubernur Laiskodat ini sempat menuai kritik dari publik lantaran gaya komunikasinya yang dinilai tidak elok ketika berdiskusi dengan warga Desa Kabaru yang bakal dijadikan pusat pembibitan dan pengembangan sapi wagyu. Meski demikian, niatnya untuk mengembangkan sapi wagyu tidak surut. Bahkan, saat ini pembangunan sementara berlangsung berupa penataan ulang lokasi pemeliharaan dan penanaman hijauan pakan ternak (HPT) serta renovasi pembangunan kandang.
Sesuai rencana, pada tahun 2022, akan dibangun reservoar untuk pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman pakan maupun untuk konsumsi 100 indukan sapi wagyu yang akan dikembangkan di kawasan tersebut. “Peternakan sapi Wagyu ini diharapkan mampu memenuhi 50 persen kebutuhan daging premium di Indonesia. Kita bangun peternakan ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumba dan NTT umummya,” sebut Gubernur Laiskodat ketika mengunjungi lahan milik Pemprov NTT di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kabaru, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (27/11/2021).
Untuk memastikan kawasan itu layak menjadi lokasi pengembangan ternak sapi wagyu, Pemprov NTT menggandeng PT Asiabeef yang sudah mulai mengembangkan peternakan sapi unggul di Desa Laijangga, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur sejak tahun 2015 lalu. “Pemerintah perlu kerja sama dengan pihak yang punya keahlian mengurus sapi wagyu ini sehingga kita gandeng PT Asiabeef untuk bantu pemerintah,” tegasnya.
Bahkan, menurut Gubernur Laiskodat, masyarakat setempat akan dilibatkan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan, termasuk dengan mengikutkan anak-anak muda di sekitar lokasi dalam pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan sehingga dapat berpartisipasi secara langsung dalam program pengembangan sapi wagio ini. “Kalau ada anak-anak muda yang mau dan siap ikut kerja disini, pemerintah kasih pelatihan untuk mampu bekerja sehingga ekonomi masyarakat di sekitar sini menjadi makin baik,” ungkapnya.
Pengembangan sapi wagyu yang direncanakan Pemprov NTT ini tidak akan dilakukan sepenuhnya di dalam lokasi UPT Kabaru semata. Namun juga dibuka ruang bagi masyarakat untuk ikut memelihara sapu wagio ini di mana saja yang memungkinkan. “Kita juga siap untuk berikan sapi wagio ini kepada masyarakat untuk bisa dikembangkan dimana saja. Namun tentu harus mendapatkan pelatihan khusus agar mampu memelihara dengan baik,” sebut Gubernur Laiskodat.
Sapi wagyu sudah dapat dijual atau dipotong pada usia dua tahun. Namun untuk kepentingan pengembangan peternakannya, pada saat sapinya berusia dua tahun akan dilakukan perkawinan untuk mendapatkan generasi baru sapinya, baru akan mulai dijual setelah sapinya berusia tiga tahun. Paling lambat 100 ekor sapi akan tiba di Sumba pada Februari 2022 mendatang sehingga kesiapan lahan dan rumput sudah harus dipersiapkan secara maksimal saat ini.
Data yang diperoleh SelatanIndonesia.com, rata-rata setiap tahun, Provinsi NTT mengirim 12 juta kg daging sapi untuk mencukupi kebutuhan daging sapi secara nasional. Itu pasalnya, pembangunan peternakan difokuskan pada peningkatan produksi dengan meningkatkan populasi 1,3 juta lebih dan saat ini populasi sapi sebanyak 1.176.317 ekor. Pemerintah terus menyiapkan pakan ternak ruminansia dan pengembangan sentra-sentra pembibitan sapi pada kawasan peternakan di Pulau Sumba, Kabupaten Kupang, TTS, Malaka, Manggarai, Manggarai Barat dan Ngada serta mengintegrasi pertanian dan peternakan dalam pola “Tanam Jagung 10.000 Ha, Panen Sapi 10.000 ekor di Pulau Sumba, Timor, Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, Flores Timur, Ende, Ngada dan Rote Ndao.
Saban tahun, populasi ternak sapi di NTT terus meningkat. Pada tahun 2019 populasi ternak sapi di NTT 1.087.761 ekor meningkat menjadi 1.176.317 ekor di akhir tahun 2020. Untuk mendukung peningkatan populasi ternak sapi di NTT, pemerintah pada tahun 2020 telah mengembangkan sentra pembibitan ternak sapi berbasis desa di lokasi destinasi wisata Liman Kecamatan Semau Kabupaten Kupang dan Fatumnasi Kabupaten TTS. Pemerintah juga sedang mengembangkan sapi wagyu persilangan dengan sapi lokal melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB). Pada tahun 2020 telah disediakan benih/bibit (semen) sapi wagyu sebanyak 1.300 strow yang disebar ke 3 kabupaten yakni TTS, TTU dan Kupang dan Instalasi Lili sebanyak 1.020 strow. Tahun 2021 disebar di Kota Kupang, Kabupaten Belu, Rote Ndao, Sumba Timur, Sumba Tengah, Ngada, Manggarai dan Manggarai Timur sebanyak 280 strow.
Tahun 2021 telah lahir anak sapi persilangan Wagyu dengan sapi lokal sebanyak 34 ekor yang tersebar di Instalasi Lili 2 ekor (Wagyu x Sapi Bali), Kabupaten Kupang 12 ekor dan TTS 20 ekor (wagyu Simental). Dalam rangka mendukung pengembangan destinasi kawasan pariwisata, pengembangan industri pengolahan produk peternakan dengan mengutamakan industri yang masif, berbasis budaya dan kearifan lokal seperti industri daging dalam hal ini berupa daging segar, daging beku dan pengolahan daging lainnya yang Aman, Sehat, Utuh dan Higienis (ASUH) melalui penyediaan sarana prasarana Rumah Potong Hewan (RPH),Tempat Pemotongan Hewan (TPH) dan unit –unit usaha produk asal ternak yang berstandar. Tahun 2020 pemerintah telah membina 25 unit usaha produk asal ternak dan ber-Nomor Kontrol Veteriner (NKV) untuk penyediaan produk asal ternak yang ASUH. Tahun 2021 pemerintah telah menganggarkan untuk penambahan 5 unit usaha ber NKV.
Dinas Peternakan Provinsi NTT telah menunjukan aksi nyata untuk pengembangan ternak ayam dengan memfasilitasi dalam bentuk pembinaan dan pendampingan perusahaan ayam di Kabupaten Belu dan Kabupaten TTU, yang memiliki potensi untuk disertifikasi sebagai Kompartemen bebas AI (Avian Influenza). Pada 17 Desember 2021 silam, untuk pertama kalinya terdapat dua perusahaan lokal peternak ayam di NTT yang mendapatkan sertifikasi Kompartemen bebas AI oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia sehingga bisa melakukan ekspor produk unggas ke Republik Demokratik Timor Leste.***Laurens Leba Tukan/Adv