“Deket” (Sang Pemberani)

621
Alm. Frans Lebu Raya

Oleh Tuang Kopong

Kata “deket” adalah sebutan masyarakat Adonara untuk para pemberani dalam medan perang. Deket pada zamannya memang lebih identik dengan perang yang hanya menggunakan parang, tombak maupun anak panah dan mampu menghadapi lawan yang jumlah lebih dari satu. Deket juga berarti orang yang tidak takut dengan siapapun dan apapun ketika sudah berada di medan perang dan selalu berada di garis terdepan. Deket juga berarti pahlawan.

Seiring perkembangan zaman kata “deket” bergeser bentuknya yaitu perjuangan dalam studi untuk mencapai cita-cita masa depan. Kondisi ekonomi keluarga tidak menjadi penghalang untuk mencapai cita-cita masa depan.

Sebagai kenangan dan penghargaan kepada bapak Frans Lebu Raya (Mantan Gubernur NTT), saya menyematkan kata “deket” untuk Beliau. Kata “deket” ini tidak berkaitan dengan posisinya sebagai seorang mantan anggota DPRD NTT (1999-2004) wakil gubernur NTT yang dipilih oleh DPRD NTT (2003-2008) dan gubernur NTT dua periode waktu itu (2008-2013 dan 2013-20018) tetapi lebih pada keberaniannya memasuki panggung politik hingga mencapai karir politik tertingga sebagai seorang Gubernur NTT.

Terlepas bahwa ia menjadi seorang Wakil Gubernur NTT karena dipilih oleh DPRD maupun menjadi seorang gubernur NTT dua periode karena sudah memiliki pijakan sebagai wakil gubernur, namun keberanian dan kecerdasan Beliau sebagai seorang “deket” Adonara dalam memainkan management politik yang pantas untuk dikenang dan dimaknai.

Saya menyematkan kata “deket” pada awal perjuangannya memasuki kancah politik hingga menjadi seorang gubernur NTT karena ada sebuah misteri inspirasi yang perlu untuk dipelajari dari Beliau dan dihidupi oleh masyarakat Adonara. Dalam pengalaman perpolitikan di Indonesia, minimal untuk menjadi seorang wakil gubernur hingga menjadi seorang gubernur sejatinya melawati sebuah pijakan awal menjadi seorang wakil bupati maupun bupati atau walikota.

Pak Frans tidak pernah menjadi seorang wakil bupati maupun wakil walikota dan juga tidak pernah menjadi seorang bupati maupun wakil bupati di wilayah NTT. Padahal dalam iklim politik Indonesia posisi ini menjadi pijakan untuk bisa menjadi seorang gubernur karena sudah dikenal banyak orang dengan segala prestasi kerja dan harapannya bisa dipilih ketika mencalonkan diri sebagai seorang wakil gubernur maupun gubernur. Namun hal ini tidak berlaku bagi seorang Frans Lebu Raya.

Tanpa memiliki pengalaman sebagai seorang bupati maupun walikota, Pak Frans mampu mengharumkan nama Adonara dengan menjadi wakil gubernur dan gubernur NTT dua periode kala itu. Ini merupakan sebuah kemenangan luar biasa, terlepas dari berbagai sorotan atas kepemimpinan Beliau saat menjadi gubernur NTT. Namun kemenangan Beliau menjadi orang nomor satu NTT itu yang pantas untuk disimak dan dipelajari.

Pak Frans orangnya tenang, tutur bahasanyapun tidak menggegelagar seperti kebanyakan politikus lainnya. Menurut pandangan pribadi saya, Pak Frans sebagai “deket” terletak pada hatinya. Hati yang mampu mengelolah tutur kata dan hati yang terbuka menjadi rumah bagi setiap orang adalah kekuatan “deket” Adonara ini.

Hati itu adalah iman Pak Frans yang tidak pernah meninggalkan misa di tengah kesibukannya sebagai seorang politikus. Sebagai seorang politikus menurut saya pak Frans tentunya sadar bahwa kemenangan hanya bisa dicapai dengan iman yang dalam konteks Adonara adalah Koda.

Iman yang ketika diterjemahkan dalam konteks Adonara sebaga Koda maka merupakan sebuah misteri namun menginspirasi keberanian untuk maju. Demikian juga dengan sepak terjak awal pak Frans sebagai seorang anggota DPRD Provinsi NTT, Wakil Gubernur dan Gubernur NTT adalah sebuah misteri seorang “deket” yang menginspirasi namun juga perlu dipelajari.

Sebuah pertanyaan besar dalam benak saya adalah; “Bagaimana pak Frans mengelolah percaturan politik sehingga mampu memenangkan pertandingan yang penuh dengan resiko di wilayah NTT.” Jawaban atas pertanyaan ini hanya bisa kita lihat dengan kembali kepada konteks Adonara yang bisa menginspirasi masyarakat Adonara.

Semoga “deket” seorang Frans Lebu Raya menginspirasi putera-puteri Adonara untuk tidak hanya berhenti menjadi seorang “deket” namun yang memiliki kecerdasan dan kemampuan managerial mengelolah sebuah “pertandingan” dengan hati dan iman atau dalam konteks Adonara adalah Koda.*) Manila 20/12/2021

Center Align Buttons in Bootstrap