
Oleh Frits O Fanggidae – Dosen FE UKAW Kupang
Saya membaca beberapa Baliho ukuran besar di tempat strategis: Promosi Calon Ketua KADIN NTT: sepintas saya baca ada tagline Transformasi….. Satu kata ini saja: Transformasi, sudah menjelaskan substansi problematik perekonomian NTT saat ini. Mudah-mudahan Ketua KADIN NTT yang baru dapat mewujudkan makna transformasi tersebut, bukan sekadar tagline untuk kampanye.
Transformasi ekonomi NTT sangat diperlukan, agar perekonomian NTT yang kurang menghasilkan nilai tambah dapat berubah menjadi perekonomian yang mampu menghasilkan nilai tambah besar. Saat ini, struktur ekonomi NTT didominasi sektor primer (pertanian) dan sektor tersier (jasa), utamanya perdagangan. Sektor pertanian menghasilkan bahan mentah, kemudian dijual keluar daerah melalui sektor perdagangan. Tentu saja berdagang bahan mentah tidak menguntungkan petani. Selisih harga ditingkat petani – offtaker – industri relatif besar. Berdagang bahan mentah juga tidak menciptakan multiplier effect di dalam daerah. Pengolah bahan mentah di luar NTT yang menikmati nilai tambah (keuntungan) besar. Kemudian sektor perdagangan mambawa bahan hasil olahan dari luar masuk ke NTT, dan kita membeli dengan harga yang relatif tinggi.
Akibatnya adalah kita harus menjual hasil pertanian (bahan mentah) dalam jumlah yang relatif besar untuk mendapatkan barang hasil olahan dalam jumlah yang relatif kecil. Terjadi perbedaan purchasing power parity yang relatif besar, dimana harga bahan mentah secara relatif menjadi sangat murah dibanding harga barang hasil olahan (manufaktur). Inilah penyebab utama mengapa sampai saat ini Nilai Tukar Petani (NTP) yang menerangkan tentang tingkat kesejahteraan petani relatif rendah (dibawah 100 poin), karena petani harus menghasilkan banyak untuk mendapatkan jumlah yang sedikit.
Mengapa perdagangan hanya menjual bahan mentah keluar NTT? Karena sektor industri kita loyo ! Dari dulu sampai sekarang sumbangan sektor industri terhadap perekonomian NTT kurang dari 2%. Karena itu frasa Transformasi yang diusung salah satu calon ketua KADIN NTT menjadi sangat penting. Titik kunci keberhasilan transformasi ekonomi, dari perekonomian yang kurang nilai tambah menjadi perekonomian penghasil nilai tambah besar, terletak pada sektor industri pengolahan. Karena basis perekonomian NTT adalah pertanian, maka percepatan perkembangan industri pengolahan hasil pertanian menjadi sangat penting. Hanya melalui industri pengohanan hasil pertanian dalam bentuk bahan mentah dapat dirubah bentuknya untuk menghasilkan nilai tambah yang relatif besar. Kehadiran industri pengolahan yang kuat memberi jaminan harga bahan mentah yang memadai bagi petani. Semua proses pengolahan terjadi didalam wilayah ekonomi NTT, menciptakan multiplier effect yang besar dalam kaitannya dengan penciptaan kesempatan kerja renumeratif, lapangan usaha produktif dan peningkatan pendapatan. Dampak akhirnya dapat menurunkan jumlah penduduk miskin di NTT.
Semuanya ini dapat terjadi kalau KADIN NTT sungguh-sungguh berperan sebagai operator, sebagai agen ekonomi untuk mendorong transformasi perekonomian. KADIN NTT sangat diperlukan untuk menciptakan sinergi sektor pertanian – industri pengolahan – perdagangan. Ke depan, sektor perdagangan tidak lagi menjual bahan mentah, tetapi menjual barang hasil industri pengolahan. Kepengurusan KADIN NTT yang sudah terus berganti tampaknya kurang sensitif terhadap indikator peranan sektor industri dalam perekonomian NTT. Sudah saatnya KADIN NTT memberi perhatian sungguh-sungguh untuk membangun industri pengolahan di NTT, bukan hanya berdagang bahan mentah saja.
Saat ini sumbangan sektor industri terhadap perekonomian NTT kurang dari 2%, jika sampai lima tahun mendatang Ketua KADIN NTT yang baru nanti mampu menarik gerbong industri NTT sehingga sektor industri mampu menyumbang terhadap perekonomian NTT (PDRB) 5% saja, itu sudah sangat hebat dan yang bersangkutan patut dipilih lagi. Inilah tantangan utama bagi Ketua KADIN NTT yang baru. Kontrak kinerja harus dibuat sebagai bagian dari akuntabilitas jabatannya.
Untuk itu Ketua KADIN NTT yang baru perlu mengenal dengan baik anatomi pelaku industri pengolahan di NTT. Profilnya seperti apa, permasalahan pokoknya seperti apa, kebutuhan percepatan mereka apa, sehingga dapat disusun roadmap transformasi ekonomi NTT: dari penghasil bahan mentah ke penghasil barang olahan.***