HujanMU,
Pada hujan aku jatuh cinta,
Kuikhlaskan basah kerudung yang kupakai karena airmu,
seperti saat aku menari dalam hujan di masa kecilku.
Sesekali kutangkupkan telapak tangan,
menampung dan menhirupmu, masuk ke rasaku…
Tahukah engkau hujan,
tetesmu serupa bunga dzikir yang dia lantunkan di sepertiga malam.
Ciptakan irama di genting rasa, halus sarat syair…
Ada, bersuara, tapi susah kuterjemahkan maknanya.
Sebening jiwa, adem, dan aku menikmati hujanMU..
(2013)
Penari,
Aku bukan penari dengan jemari yang lentik menggoda, yang berkain dan berselendang warna warni. Bergincu tebal dengan kerlingan mata memikat. Yang gemulai ikuti tetabuhan para pelakon…
Aku penari dengan selusin gelang kaki yang bisa kuhentak hingga gemerincingnya terdengar sampai ujung kampung. Tetabuhan alampun bisa kulawan dengan senandungku. Bahkan kibasan ujung selendangku mendatangkan deru angin..
Aku adalah penari dengan seribu cerita. Yang mengalunkan dongeng untuk pagi. Mengepang rambut para gadis desa, menyalakan “senthir” di meja-meja usang. Menyapa angin, dedaunan dan kejernihan namaMU…
Aku penari ciptaan alam, yang menari dengan keyakinan. Bahwa hidup tak ubahnya bermain warna. Sewarna kain, lusinan gelang, selendang, bekal mati dan segala macam keriuhan. Aku akan tetap menari dengan warna alam, yang bisa selembut semilir…
Hanya Jika,
Jika aku kekasihmu,
aku akan tunggu pagi
untuk temui setiap embun
yang dengan mesra basahi kedua betisku
Jika aku kekasihmu,
kubiarkan angin lepaskan ikatan rambutku
helai-helainya
lembut jatuh di ujung jarimu
Jika aku kekasihmu,
aku akan tulis seribu syair dengan beratus getar rasaku bait-baitnya
lebih dekat ke jiwamu
Jika aku kekasihmu,
(2014)