Puisi-Puisi Karya, Naning

127

HujanMU,

Pada hujan aku jatuh cinta,

Kuikhlaskan basah kerudung yang kupakai karena airmu,

seperti saat aku menari dalam hujan di masa kecilku.

Sesekali kutangkupkan telapak tangan,

menampung dan menhirupmu, masuk ke rasaku…

Tahukah engkau hujan,

tetesmu serupa bunga dzikir yang dia lantunkan di sepertiga malam.

Ciptakan irama di genting rasa, halus sarat syair…

Ada, bersuara, tapi susah kuterjemahkan maknanya.

Sebening jiwa, adem, dan aku menikmati hujanMU..

(2013)


Penari,

Aku bukan penari dengan jemari yang lentik menggoda, yang berkain dan berselendang warna warni. Bergincu tebal dengan kerlingan mata memikat. Yang gemulai ikuti tetabuhan para pelakon…

Aku penari dengan selusin gelang kaki yang bisa kuhentak hingga gemerincingnya terdengar sampai ujung kampung. Tetabuhan alampun bisa kulawan dengan senandungku. Bahkan kibasan ujung selendangku mendatangkan deru angin..

Aku adalah penari dengan seribu cerita. Yang mengalunkan dongeng untuk pagi. Mengepang rambut para gadis desa, menyalakan “senthir” di meja-meja usang. Menyapa angin, dedaunan dan kejernihan namaMU…

Aku penari ciptaan alam, yang menari dengan keyakinan. Bahwa hidup tak ubahnya bermain warna. Sewarna kain, lusinan gelang, selendang, bekal mati dan segala macam keriuhan. Aku akan tetap menari dengan warna alam, yang bisa selembut semilir…

Hanya Jika,

Jika aku kekasihmu,

aku akan tunggu pagi

untuk temui setiap embun

yang dengan mesra basahi kedua betisku


Jika aku kekasihmu,

kubiarkan angin lepaskan ikatan rambutku

helai-helainya
lembut jatuh di ujung jarimu


Jika aku kekasihmu,

aku akan tulis seribu syair dengan beratus getar rasaku bait-baitnya

lebih dekat ke jiwamu


Jika aku kekasihmu,


(2014)

Center Align Buttons in Bootstrap