LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Sejumlah warga kampung di pedalaman Watowara, Kecamatan Tite Hena, Kabupaten Flores Timur (Flotim) kini memiliki sebuah pusat pengolahan daun kelor.
Tergabung dalam Kelompok Tani Hubung Horang, dalam semangat gotong royong, para petani kampung ini berhasil membangun sebuah rumah produksi moringa oleifera atau kelor atau marungge alias motong. Bahkan, produk pengolahan daun kelor yang dihasilkan, mencapai kehalusan hingga 200 mesh.
“Tepung kelor sehalus terigu ini mampu dicampur dalam berbagai adonan baik makanan maupun minuman,” sebut Direktur Yayasan Gerbang Alam Timur (YAGAT), Raineldis Boleng Hayon kepada SelatanIndonesia.com, Jumat (21/5/2021).
Dikatakan Raineldis, awal mula dibangun usaha pengolahan daun kelor itu ketika adanya kesepakatan kerja sama antara Yayasan Gerbang Alam Timur (YAGAT) dan DAP Australia-Bali untuk melakukan pendampingan kepada para petani yang tergabung dalam Koperasi Tani Hubung Horang di desa Watowara, Kecamatan Tite Hena. “Kerja sama ini dilaksanakan melalui kegiatan gotongroyong pembangunan Rumah Produksi Moringa Oleifera atau Kelor atau Marungge alias Motong,” katanya.
Rumah Kelor ini dibangun di atas lahan milik anggota Koperasi atas nama Yohanes Wuek Openg. “Beliau menghibahkan lahan miliknya seluas dua hektar untuk dibangun Rumah Kelor sekaligus kebun produksi. Rumah kelor didukung oleh tanaman kelor dari kebun-kebun anggota dan petani lainnya,” ujar Reinaldis Hayon.
Dijelaskan, dukungan dari DAP Australia dalam bentuk material bangunan non lokal, sumur bor dan mesin pengering portable serta mesin penggiling yang menghasilkan tepung kelor. “Tepung kelor kemudian diolah menjadi berbagai produk olahan seperti aneka kue, aneka minuman, suplemen makanan, sabun, shampoo dan sebagainya,” jelasnya.
Raineldis mengatakan, Rumah Kelor memberi nilai tambah secara gizi dalam berbagai pangan olahan berbahan kelor juga manfaat ekonomi bagi petani. Selain itu, kelor menjadi salah satu alternative untuk mendatangkan rupiah demi meningkatkan pendapatan keluarga tani.
Manager Lapangan Venan Openg menjelaskan, saat ini produk kelor yang dihasilkan dari Rumah Kelor Watowara adalah olahan daun kelor, dimana daun segar dimasukan ke dalam mesin pengering portable berkapasitas 20kg dengan system lock nutrition selama 24 jam. “Sedangkan mesin penepung berkapasitas 20kg per jam dengan kehalusan tepung mencapai 200 mesh. Tepung kelor sehalus terigu ini mampu dicampur dalam berbagai adonan baik makanan maupun minuman,” ujar Venan.
Dikatakan, ke depan, pihaknya akan bekerja sama dengan TP PKK di desa-desa untuk melatih kelompok ibu-ibu dan pemuda dalam mengolah berbagai pangan olahan berbahan kelor. “Dengan demikian kelor tidak hanya sebagai bahan sayur saja sebagaiamana selama ini yang terjadi di masyarakat, tetapi tepung kelor menjadi alternative untuk campuran berbagai bahan makanan olahan seperti aneka kue dan aneka minuman serta produk kosmetik,” ujar Venan Openg.***Laurens Leba Tukan