Nikmati Aneka Sajian Kekinian Berbahan Kelor di Mossa Cafe dan Gallery

165
Owner Mossa Cafe dan Gallery, Frans Tio Keban

KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Para pencinta aneka makanan dan minuman bergizi yang diolah dari bahan dasar kelor, kini bisa mewujudkan kerinduannya karena semua tersaji dengan lengkap di Mossa Cafe dan Gallery.

Mossa Cafe dan Gallery yang bermitra dengan UMKM ApasA ini melakukan pengolahan dan pemasaran aneka produk turunan berbahan kelor (moringa). “Ada minuman kekinian seperti moringa bubble drink, moringa juice, moringa ginger (jahe kelor), layanan snack box kantor, serta berbagai sajian produk dari mitra UMKM ApasA,” sebut Frans Tio Keban, owner Mossa Cafe dan Gallery kepada SelatanIndonesia.com, Jumat (22/5/2021).

Frans mengatakan, sebelum pandemi Covid-19 melanda, usaha yang digelutinya itu berjalan secara offline, namun setelah pandemi, ia mengalihkan model pemasaran aneka produknya melalaui online.

Para pencinta aneka produk berbahan kelor ini juga diminta jangan khwatir tentang harga. Ia mematok harga yang terjangkau oleh semua kalangan bahkan tidak ada biaya ongkir untuk kebutuhan konsumen lokal. “Harga produk kisaran Rp 20.000-Rp 40.000 dan khusus bubble drink hanya Rp 15.000,” sebut Frans.

Untuk menjangkau Mossa Cafe dan Gallery, tidak sulit bagi warga Kota Kupang. “Tempat usaha pertama kali dibuka di Bandara Eltari Kupang, kemudian dilanjutkan di kompleks perkantoran Gubernur Lama, dan kini dibuka juga di bundaran PU tepatnya di lokasi bazar saat ini,” sebutnya.

Dikatakan Frans, bahan baku untuk membuat aneka produknya itu hampir semuanya dari NTT khususnya dari kebun organik kelor di pulau Timor dan beberapa bahan pendukung dari Bandung. “Namun kemasan dan sebagainya sudah dibuat di Kupang. Dan khusus untuk minuman Boba Mossa, rencananya akan dilakukan dengan franchise untuk membuka kesempatan kerja dan peluang bagi generasi milenial,” katanya.

Ia berharap kepada pemerintah baik Provinsi dan Kota Kupang agar perlu adanya fasilitasi untuk kemitraan dan sinergitas antara pemerintah, dunia usaha, petani dan UMKM untuk mewujudkan rantai nilai (value chain) klaster industri kelor di NTT.

Diakui Frans, modal awal ketika merintis usahanya itu dari kantong pribadinya, namun kini mulai mendapat perhatian dari perbankan dengan pola CSR maupun pinjaman KUR.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap