Selain Lamataro, Empat Suku Lain di Lembata Juga Hibahkan Tanah untuk Relokasi

248
Rapat antara Pemkab Lembata bersama Empat Suku di Ile Ape.

LEWOLEBA,SELATANINDONESIA.COM – Sebanyak 4 (empat) suku di wilayah kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, ikhlas menghibahkan lahannya untuk kepentingan relokasi warga terdampak bencana banjir dan longsor di wilayah tersebut.

Empat rumpun suku tersebut antara lain, Langoday yang diwakili Yosep Semara Langoday, Mahmud Langoday, Rahman Wahid Langoday, Elias Sili Langoday, Yoce Langoday, Yani Langoday dan Tony Langoday. Sementara dari Blaon Making dihadiri Muhammad Nama, dari Ladopurab dihadiri, Udin Ladopurab dan Syarifudin Mitem dari Sabaleku.

Pernyataan keikhlasan hibah ini disampaikan masing-masing pemilik lahan saat digelar pertemuan di kantor camat Ile Ape, desa Laranwutun, Sabtu (15/5/2021), dihadiri Asisten I Setda Lembata, Aloysius Buto, camat Ile Ape, Simon Langoday, Pius Paus dari Dinas PUPR kabupaten Lembata dan sejumlah kepala desa.

Mengawali pertemuan tersebut, Pius Paus menjelaskan, saat ini lokasi relokasi yang sudah pasti dan tengah dilakukan aktivitas pembangunan rumah untuk korban banjir bandang dan longsor di kabupaten Lembata adalah lokasi Waisesa, di kecamatan Ile Ape.

Dikatakannya, lokasi Waisesa dihibahkan suku Lamataro untuk kepentingan relokasi warga terdampak bencana dari desa Tanjung Batu, Ile Ape. Sementara beberapa lokasi lain yang selama ini diupayakan pihaknya, belum mendapat titik terang dan terus dilakukan upaya pendekatan dengan para pemilik lahan.

Karena itu, Ia berharap dengan pertemuan yang digelar ini, para pemilik lahan di wilayah Duli Woho dan Pukay Wuhan dapat menghibahkan lahannya agar menjawab ketidakpastian lahan relokasi yang belum pasti.

Menanggapi penjelasan ini, Yosep Semara Langoday selaku salah satu pemilik lahan di wilayah Duli Wuho mengatakan, ikhlas dan siap menyerahkan sebagian lahannya untuk menjawab ketidakpastian ini.

Keikhlasan suku Langoday untuk menyerahkan sebagian tanah di wilayah Duli Wuho, telah didahului dengan kesepakatan secara internal antara keluarga besar Langoday.

Penegasan yang yang sama diungkapkan Rahman Wahid Langoday diikuti Elias Sili Langoday, Yoce Langoday, Yani Langoday, Tony Langoday dan Mahmud Langoday.

Yani Langoday dalam penjelasannya mengungkapkan, pihaknya hadir untuk menjawab ketidakpastian soal lahan relokasi untuk beberapa desa terdampak di kecamatan Ile Ape. Karena itu ia mendesak segera dilakukan pengukuran agar pihaknya dapat mengetahui secara pasti luas lahan yang dibutuhkan.

“Diawali dengan diskusi antara Kakak/Adik, Orang tua, anak dalam suku Langoday soal ketidakpastian lokasi relokasi milik pihak lain di Lagadop, kami bersepakat untuk memberikan secara cuma-cuma sebagian lahan kami di Duli Wuho, tanpa ada tendensi tertentu”, ungkapnya.

Penegasan yang sama disampaikan Mahmud Langoday. Dikatakan Mahmud, pada prinsipnya pihaknya siap menyerahkan lahan yang merupakan warisan leluhurnya tersebut.

“Kebetulan kami diwarisi tanah tersebut dan sebagai anak dan cucu yang tidak memiliki andil untuk mendapatkan tanah tersebut, sehingga kalau dibutuhkan oleh ribu ratu (banyak orang), maka perlu diikhlaskan. Dengan begitu, kami berharap leluhur kami ikut bahagia karena anak cucunya mengikuti jejak mereka”, tutur Mahmud.

Ia juga berharap agar pasca penyerahan lahan dan pembangunan rumah, pemerintah daerah mesti ikhlas membangun infrastruktur jalan yang layak, khususnya jalan trans Ile Ape agar selain memudahkan mobilisasi dan transportasi warga, juga menunjang proses evakuasi apabila suatu saat kembali terjadi bencana.

Muhammad Nama dari Suku Belaon Making mengungkapkan, pada prinsipnya, pihaknya siap menghibahkan lahan miliknya. “Orang tua sudah pesan, kalau Lewotanah membutuhkan, kami harus ikhlas dan kami siap menghibahkan untuk kepentingan relokasi. Walau demikian, kami juga berharap agar ke depan jika ada ruang, anak cucu kami juga bisa ikut mengabdi di lingkup pemerintahan”, ujarnya.

Selain itu, Udin Ladopurab selaku salah satu pemilik lahan dari suku Ladopurab mengatakan, pihaknya siap menghibahkan lahan miliknya namun belum ada kesepakatan secara menyeluruh dan jawaban yang pasti dari pemerintah.

Udin juga menegaskan agar penandatanganan Berita Acara penyerahan dilakukan pasca pengukuran, termasuk gambaran terkait luas yang dibutuhkan.

Sedangkan Saifudin Mitem dari keluarga Sabaleku mengatakan, kecewa dengan rapat yang digelar karena pertemuan tanggal 25 April lalu dengan pemerintah desa Waowala, belum ditindaklanjuti. Mitem juga menegaskan, perlu ada pernyataan warga untuk meninggalkan rumah yang masih layak agar tidak merugikan pemilik lahan.

Mendengar seluruh pernyataan dan harapan dari para pemilik lahan ini, Asisten I Lembata, Aloysius Buto mengatakan, keterbatasan keuangan daerah menyebabkan tidak ada anggaran pembebasan lahan. Karena itu ia menyampaikan terima kasih kepada para pemilik lahan yang telah menyatakan keikhlasannya untuk menyerahkan lahan.

Alo Buto juga mengatakan akan segera menyampaikan hasil pertemuan ini kepada Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, termasuk harapan para pemilik lahan yang tercurah dalam pertemuan tersebut.

Pertemuan yang dimulai sekitar pkl. 10.30 dan berakhir sekitar pkl. 15.00 Wita ini diakhiri dengan kesepakatan untuk melakukan kegiatan identifikasi sekaligus pengukuran lahan pada Selasa (18/5/2021).*)Teddy Lagamaking

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap