Serli Marut, Aktivis yang Konsen untuk Pendidikan Anak Yatim

1021
Koordinator Komunitas #IndahnyaBerbagiKefa, Serli Marut bersama anak-anak yatim piatu di Desa Susulaku, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

KEFAMENANU,SELATANINDONESIA.COM – Ia mendirikan sebuah komunitas yang dikenal dengan nama #IndahnyaBerbagiKefa. Wanita berparas cantik ini tidak pernah berhenti menebar cinta untuk anak-anak usai sekolah dari kalangan yatim piatu. Berbagai aksi kemanusiaan dijalaninya lantaran ia pernah mengalami langsung sebagai anak yatim piatu.

Saya pernah ada diposisi itu sebagai anak yatim setelah bapa meninggal dunia, mama hanya sebagai pembantu rumah tangga dan kami lima bersaudara masih sekolah. Untuk makan saja susahnya minta ampun. Sampai akirnya saya bertemu dengan seorang anak gadis yang juga yatim piatu. Saat itu kebetulan saya menjadi tenaga kontrak di Dinas Pertanian Kabupaten TTU, dan bertugas di desa, saya bertemu anak itu. Jam 4 sore, anak SD kelas 2 ini belum makan. Bukan tidak ada makanan tetapi dia sendirian hidup di sebuah pondok, tidak ada yang mengurusi. Saat itu, saya seperti menemui kehidupan saya 20 tahun silam. Saya lalu berjanji untuk membantu mereka yang sama seperti saya,” sebut Serli Marut kepada SelatanIndonesia.com, Sabtu (8/5/2021).

Disebutkan Serli, saat ini ada kebijakan sekolah gratis, tetapi penunjang pendidikan tidak hanya sekolah yang gratis. Ada berbagai faktor penunjang lainnya yang juga penting diberi perhatian. “Saya hanya mau membantu anak-anak yatim piatu agar bisa sekolah dengan tenang tanpa kekurangan. Kegiatan yang saya lakukan saat ini merupakan kegiatan pribadi saya, sekedar membantu menunjang pendidikan anak yatim piatu usia Sekolah Dasar,” katanya.

Selama empat tahun hingga kini, Serli Marut telah memiliki 127 anak yatim piatu yang ditanagani. “Satu diantara mereka meninggal dunia, yang sudah tamat 23 anak, sisanya saya masi bantu sampai nanti mereka tamat Sekolah Dasar. Selain itu, saya juga punya 140 anak sekolah dari sekolah yang beratapkan daun-daun yang setiap 3 bulan, kalau kebetulan ada uang, saya bantu berikan mereka makan sehat berupa susu dan biskuit,” ujarnya.

Disebutkan Serli, aksi sosial yang dilakukannya itu juga sangat fleksibel dan terbuka untuk siapa saja yang meminta bantuannya. “Saya sempat membantu Mama Yustina Mako seorang janda di pedalaman kabupaten Belu. Awalnya saya melihat postingan teman pada bulan Maret 2021, bahwa ada seorang janda di dusun Kimbana, Kabupaten Belu yang hidup di pondok, karena tidak punya rumah tinggal. Saat itu saya menghubungi pemosting itu, lalu saya coba ajak teman-teman untuk berdonasi. Mama Yus ini tinggal dengan 5 anak yang semua anaknya putus sekolah dan sampai saat ini tidak sekolah. Mereka kesulitan memilih antara bersekolah atau bantu mamanya cari uang. Jadilah anak-anak ini memilih untuk tidak sekolah,” katanya.

Dari kelima anak itu, kata dia, laki-laki 4 orang dan satu perempuan. “Saya lalu memutuskan untuk bertemu Mama Yus, namun sebelumnya yang bertemu dengan pejabat Gereja untuk berdiskusi. Saya sarankan mereka ke Kepala Desa atau Camat untuk sampaikan kondisi mama Yus ini. Disana Pak Camat bersedia komunikasikan dengan Dinas terkait dan ternyata disambut baik oleh Dinas PUPR dan kini mereka sudah punya rumah tembok. Terimakasih Dinas PUPR Belu, Pemerintah Desa Bakustulama, dan Kecamatan Tasifeto Barat, serta semua pihak yang telah membantu,” katanya.

Satu niat tulus yang diemban Serli bahwa, anak yatim piatu bisa lebih baik lagi dalam pendidikan. “Semakin banyak bantuan, mereka semakin tenang belajar dan bisa bersaing dengan teman-temannya yang orangtuanya masih lengkap. Selain membantu mereka berupa makanan, pakaian, alat tulis sekolah dan seragam, kami juga sudah membangun 2 rumah tinggal, renovasi 2 unit rumah tinggal anak-anak yatim dan merrenovasi 1 Sekolah Dasar. Juga untuk menunjang pendidikan 2 sekolah di pedalaman TTU dengan memberikan mereka buku pelajaran sekolah,” katanya.

Ditambahkan Serli, 2 Sekolah Dasar itu memiliki 140 anak, yang setiap triwulan pihaknya memberikan makanan berupa susu dan biskuit bergizi. “Selain itu ada bantuan tambahan untuk anak-anak kurang mampu sebanyak 71 orang. Progress kedepan, makin banyak anak yatim piatu, anak sekolah pedalaman yang bisa saya bantu. Dan tentu saja ini semua akan terwujud berkat campur tangan para donatur,” ujarnya.

Serli mengatakan, sumber dana untuk membiayai semua aksi sosialnya itu semata dari perpuluhan yang ia sisikan serta bantuan dari donatur musiman. “Karna ini kegiatan pribadi, saya selama ini belum melibatkan pemerintah selain kepala desa sebagai pemilik wilayah. Untuk urusan pemerintah memang saya sengaja belum meminta bantuan karna saya pikir ini kegiatan pribadi. Biarlah pemerintah dengan pekerjaannya, saya dengan misi kemanusiaan saya. Mungkin paling tepat, kegiatan saya ini hanya menjalankan kewajiban saya sebagai orang Kristen yang baik,” pungkas Serli.***Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap