Ijin Operasional SMAK Sint John, Obati Kerinduan Warga Wano Kasa Sumba Barat

409
Ketua Yayasan Pendidikan Sint Paul (Yapensip), Rm. Kristianus B. Reda, S.Fil bersama para guru dan tokoh masyarakat dalam acara syukuran keluarnya Ijin Operasional dan perpisahan dengan siswa Kelas XII sebagai angkatan pertama SMAK Wano Kasa, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat, Kamis (6/5/2021).

WAIKABUBAK,SELATANINDONESIA.COM – Bernaung dibawah Yayasan Pendidikan Sint Paul, SMA Katolik Sint John, Wano Kasa, Kecamatan Tanah Righu, Kabupaten Sumba Barat akhirnya mendapat Ijin Operasional. Khabar gembira itu seakan mengobati kerinduan warga masyarakat di wilayah itu sejak tahun 2011.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena segala kasihNya selalu indah pada waktunya. Dari tahun 2011 sampai tahun 2021 kurang lebih 11 tahun di Kabupaten Sumba Barat mutabir 2 Sekolah Menenga Atas Katolik. Di tahun 2011 saya mencoba mengajak, membangun perhatian bersama di Waikabubak dengan dewan Paroki dan toko-toko umat untuk melihat dan membaca peluang apakah mungkin SMA Katolik hadir di kabupaten Sumba Barat,” sebut Ketua Yayasan Pendidikan Sint Paul (Yapensip), Rm. Kristian B. Reda, Prl ketika berbicara dalam acara syukuran dan perpisahan dengan siswa Kelas XII sebagai angkatan pertama SMAK Wano Kasa, Kecamatan Tana Righu, Kabupaten Sumba Barat, Kamis (6/5/2021).

Dikisahkan Romo Edi, sapaan akrab Rm. Kristian B. Reda, Pr, ia melakukan pendekatan dengan Yubi Pandango saat itu sebagai Bupati Sumba Barat untuk membangun SMA Katolik di Sumba Barat. “Pak Yubi punya perhatian besar tentang pendidikan sehingga tanpa ada pikir panjang, besoknya beliau panggil stafnya untuk memproses apa yang kami minta,” sebutnya.

Dikatakan Romo Edi, pada tahun 2015 ia datang ke desa Wano Kasa untuk mengamati pendidikan. “Saya mencari tau anak-anak kita di SMP Donga Deli sekian puluh anak kalau tamat, mereka mau lanjut ke SMA berapa banyak orang, saya mendapat gambaran sepintas bahwa enam puluhan ke atas anak-anak yang tamat SMP mungkin hanya sekitar 20 orang yang melanjutkan SMA, ini yang membuat saya prihatin mau jadi apa anak-anak kita ke depan. Akhirnya diputuskan untuk membangun SMA,” ujarnya.

Dalam membangun sekolah ini, kata dia, ada perasaan harga diri yang dikorbankan demi sesuatu yang mulia bagi banyak orang terutama generasi mudah. “Ada banyak jeri paya, ada air mata yang jatuh selama membangun sekolah ini. Kita coba membayangkan yang sekolah di sini ada 160 orang, kalau sekolah ini tidak ada akan ada beberapa anak yang mengenyam pendidikan menengah atas ke luar sana, saya agak kuatir mungkin sangat sedikit karena banyak orang yang pasra karena ekonomi yang tidak mendukung. Kedaan ini lagi-lagi yang mendorong kami untuk melakukan pendekatan pelayanan, dan syukur anak-anak kita ada di sekolah ini,” katanya.

Ia menyebutkan, selama dua tahun, SMAK ini masih nebeng di SD Kalelapa dengan segala keterbatasan. “Berkat kepala desa bersama para staf dengan masyarakat juga di dalamnya adalah umat Katolik yang ada di desa Wano Kasa sudah memberikan kontribusi yang sangat luar biasa, saya mendapatkan dana dari kepala desa dan aparatnya yaitu 10 juta untuk menggusur tempat gedung sekolah. Dan, puji Tuhan pada tanggal 23 Maret 2021 SK Ijin Operasionalnya di terbitkan ini suatu hal gembira, kabar suka cita untuk keluarga besar SMA Katolik Sint Jonh Desa Wano Kasa dan juga Yayasan. Teristimewa anak-anak dan masyarakat, ini menjadi peluang yang sangat besar untuk anak-anak yang tidak sekolah ke luar,” ujarnya.

Romo Edi mengharapkan, dengan adanya SMAK ini, anak-anak di wilayah itu terus bertumbu tidak hanya secara pengetahuan, tetapi juga secara kepribadian karakter. “Itu menjadi mimpi dan pada akhirnya melahirkan generasi-generasi berikutnya lebih baik untuk gereja, pribadi dan bangsa. Ini tidak mudah jadi kita harus adakan kerjasama lintas sektor dan berbagai pihak. Di sini ada DPRD, Pemerinta, toko masyarakat, toko adat terutama orang tua dari siswa untuk bersama-sama dengan guru memajukan dan membesarkan sekolah ini sehingga anak-anak kita dengan nyaman dan ini rumahnya mereka untuk lahir,” sebutnya.

Maria F. Nome SsI, Kepala SMAK Sint John Wano Kasa mengatakan, sejak diresmikan pada tanggal 19 Juli 2018, sekolah ini melalui perjalan panjang dan berliku sampai pada tahap adanya SK Ijin Operasional. “Dalam kurun waktu antara tahun 2018 dan pertengahan tahun 2020, saya dan rekan-rekan guru yang melaksanakan tugas, melaksanakan dengan rasa kekuatiran, was-was dan takut kapan ada ijin operasional, bagaimana nasip peserta didik, apalagi mereka sudah kelas 3. Berbagai upaya pendekatan dilakukan dan tidak membuahkan hasil yang pasti. Hanya pertanyaan yang kami terus tanyakan kepada Romo Edi, bagaimana sudah nasibnya kami, bagaimana sudah nasibnya anak kelas 3,” ujarnya.

Meski demikian, atas kehendak Tuhan, pertengahan tahun 2020 atas komunikasi Ketua Yayasan ke Dinas Pendidikan Provinsi NTT, bahwa data peserta didik dapat diinput di dapudik SMA Katolik Sint Piter Waikabubak. “Angkatan peserta didik pertama kali merupakan kelas jauh Sint Piter bisa mengikuti ujian dan sekarang ini kita rayakan perpisahan dengan mereka. Kami dari sekolah mengucapkan terima kasih kepada kepala Yayasan Romo Edi yang sudah berjuang sampai adanya ijin operasiona, kami juga mengucapkan terima kasih kepada korlas sehingga terbitnya ijin operasional sekolah kami ini,” ujarnya.*)Benydiktus

Editor: Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap