LARANTUKA,SELATANINDONESIA.COM – Pemantau Gunung Api Lewotobi di Desa Pululera Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, NTT, Anselmus Bobyson Lamanepa menyebutkan, telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Api Lewotobi sejak Senin (20/4/2021) Pukul. 00:00 Wita hingga saat ini.
“Kami sudah berkoodinasi dengan BPBD Flotim sejak siang tadi sehingga ada pengumuam resmi dari Bupati Flotim kepada masyarakat di lima kecamatan terdekat. Dan hingga saat ini kami masih terus memantau perkembangan terkini dari pos pengamatan gunung api Lewotobi di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang,” sebut Boby Lamanepa kepada SelatanIndonesia.com, Senin (20/4/2021) malam.
Boby Lamanepa juga meminta kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak jelas sumbernya. “Masyarakat agar selalu memantau perkembangan terkini melalui Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi dan juga arahan dari BPBD Flores Timur dan instansi daerah terkait,” sebutnya.
Boby Lamanepa juga menambahkan, pihaknya sudah melaporkan peningkatan aktivitas Gunung Api Lewotobi itu ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung yang masih pada level I untuk terus dievaluasi aktivitas Gunung Api Lewotobi.
Bupati Flores Timur, Anton Gege Hadjon pada Senin (20/4/2021) mengeluarkan Pengumuman kepada masyarakat Flores Timur khususnya di lima Kecamatan yaitu Wulanggitang, Ile Bura, Tite Hena, Demong Pagong dan Solor Barat agar tetap waspada walaupun menurut Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi, masyarakat setempat masih bisa beraktifitas seperti biasa.
“Kepada masyarakat umum, khususnya para pendaki gunung diperingatka agar tidak melakukan pendakian ke puncak Gunung Api Lewotobi baik Lewotobi Laki-Laki maupun Lewotobi Perempuan. Dan, kepada semua pihak diharapkan tetap waspada sebagai bagian dari upaya kita dalam mengurangi resiko bencana,” sebut Bupati Anton dalam pengumuman resminya, yang copyannya diperoleh SelatanIndonesia.com.
Sejarah Letusan Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi Perempuan ada di daftar gunung berapi di Nusa Tenggara. Lewotobi yang terletak di timur Pulau Flores sebenarnya merupakan gunung kembar. Gunung ini dikenal sebagai pasangan ‘suami dan istri.’
Sang ‘suami’ disebut dengan nama Gunung Lewotobi Laki-laki, dan sang ‘istri’ disebut dengan nama Gunung Lewotobi Perempuan. Keduanya hanya dipisahkan jarak sejauh 2 kilometer. Kawah di puncak Lewotobi Laki-laki berdiameter 400 meter, sedangkan kawah di puncak Lewotobi Perempuan berdiameter 700 meter.
Menurut lamanvolcano.si.edu, Lewotobi Laki-laki yang ketinggiannya sekitar 1.548 meter tercatat beberapa kali aktif pada abad 19 dan 20, sedangkan Lewotobi Perempuan yang ketinggiannya mencapai 1.703 meter hanya pernah meletus 2 kali sepanjang sejarah.
Berikut sejarah letusan Gunung Lewotobi seperti dirangkum John Seach, ilmuwan dan ahli vulkanologi terkemuka di dunia, dalam situs volcanolive.com:
Tahun 1932: terjadi letusan gas.
Tahun 1933: terjadi letusan abu pada tanggal 17 Desember 1933.
Tahun 1939: terjadi letusan pada 17 Desember 1936 – tepat 6 tahun setelah letusan sebelumnya.
Tahun 1991: terjadi letusan di puncak kawah pada Mei dan Juni 1991.
Tahun 1999: gemuruh dan abu keluar dari perut Lewotobi mulai 31 Maret 1999, disusul dengan letusan kuat pada tanggal 1 Juli 1999. Lava pijar tersembur hingga radius 500 meter. Letusan dan semburan lava itu menagkibatkan kebakaran hutan sampai lebih dari 2,5 km. Abu beterbangan sampai radius 8 km.
Tahun 2002: terjadi letusan pada tanggal 12 Oktober 2002.
Tahun 2003: Terjadi letusan pada tanggal 30 Mei 2003. Material abu mencapai ketinggian lebih dari 200 meter dari puncak gunung. Letusan dan hujan abu itu berlanjut sampai bulan Juni dan Juli 2003. Aktivitas seismik itu berakhir pada bulan September 2003.*)Viva.co.id
Editor: Laurens Leba Tukan