Gubernur Laiskodat: Segera Perbaiki Jembatan Lailunggi, Karera

206
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ketika meninjau jembatan Lailunggu, Kecamatan Pinu Pahar, Wilayah Karera, Kabupaten Sumba Timur, Rabu (14/4/2021). Foto: Tangkapan layar video

WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat memerintahkan Kepala Dinas PUPR Provinsi NTT, Maksi Nenabu agar segera menindaklanjuti perbaikan jembatan Lailunggi yang rusak berat akibat dihantam badai seroja pada Minggu 4 Aprul 2021 silam.

Pak Kadis PUPR agar segera perbaiki jembatan ini, termasuk dengan infrastruktur lainnya yang rusak,” sebut Gubernur Laiskodat ketika meninjau jembatan Lailunggu, Kecamatan Pinu Pahar, Wilayah Karera, Kabupaten Sumba Timur, Rabu (14/4/2021). Gubernur Laiskodat saat itu bersama Bupati Sumba Timur, Khristopel Praing dan Kadis PUPR NTT Maksi Nenabu ke wilayah itu menggunakan helikopter dari Waingapu, Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur.

Gubernur Laiskodat juga meminta seluruh Bupati dan Wali Kota, termasuk Bupati Sumba Timur untuk segera menyelesaikan SK terkait data lengkap jumlah rumah yang rusak, baik rusak berat, sedang, maupun ringan untuk segera diteruskan ke Pemerintah Pusat agar anggaran dapat dipersiapkan dan rumah-rumah tersebut dapat segera diperbaiki.

Gubernur Laiskodat dalam berbagai kesempatan ketika mengunjungi para korban bencana badai seroja di NTT, meminta agar masyarakat hendaknya tetap optimis dalam menghadapi dampak bencana siklon tropis seroja yang melanda NTT.

Implementasi Program Pemerintah yang sesuai dengan potensi wilayah segera tetap harus dilaksanakan. Khususnya Pertanian, bulan ini masih ada air, segera kita tanam lagi. Siapkan timnya di Dinas Pertanian, kemudian rumput laut kita siapkan benihnya sehingga 45 hari kedepan kita bisa panen. Masalah dapat kita tangani melalui dukungan Pemerintah pusat saat ini, “ sebut Gubernur Laiskodat.

Disebutkan, badai yang terjadi di NTT hingga saat ini, telah terjadi dua kali. “Kedepanya kita perlu mengantisipasinya dengan kebijakan yang lebih mementingkan keselamatan masyarakat. Momentum seperti ini, kita belajar, kedepanya agar konstruksi bangunan kita tahan gempa dan bencana, sehingga ketika terjadi bencana, kita siap dan tidak terkena masalah serius sebagaimana yang terjadi di negara maju. Badai di NTT itu pertama kali terjadi pada tahun 1973 dikabupaten Sikka dengan memakan korban yang cukup banyak. Dan kedua di tahun 2021 terjadi lagi di wilayah NTT. Sementara boleh perbaikan yang ada, tapi ke depan harus ada desain standar bangunannya,” ujarnya.*)CN

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap