KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Serangan hama belalang di Kabupaten Sumba Tengah kian mengganas. Tercatat, sudah 2000-an Ha tanaman jagung milik petani di wilayah pantai utara (pantura) Sumba Tengah diserang hama belalang. Bahkan, ada sekitar 2000-an Ha lebih tanaman jagung lainnya juga berpotensi diserang sehingga dipastikan bakal terjadi gagal panen dan rawan pangan. Itu pasalnya, Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu menyatakan Kabupaten Sumba Tengah Darurat Hama Belalang.
“Sumba Tengah saat ini kami nyatakan darurat hama belalang sehingga semua sumber daya manusianya saya kerahkan dan sekarang satu hari ada 3 sampai 4 SKPD dikerahkan untuk turun ke posko-posko. Tiap SKPD beranggotakan 15-20 orang, jadi setiap hari hampir 100 orang yang turun ke lokasi untuk melakukan penyemprotan dan itu full setiap hari. Sampai hari Minggu pun kita kerja dan bergilir terus karena cukup menyebar belalang ini dan kami semua menginap di kebun warga di desa-desa, saya tiga malam tidur di mobil di desa,” sebut Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu di Kupang, Jumat (12/3/2021).
Bupati Paulus ke Kupang menghadiri agenda penting di BPK RI Perwakilan NTT karena agenda tersebut tidak bisa diwakili. “Kalau saja agenda lain dan bisa diwakili maka saya pasti masih di desa-desa dan bersama ASN, Tenaga Kontrak, Honorer dan seluruh masyarakat bekerja siang dan malam untuk basmi hama belalang,” sebutnya.
Dikisahkan Bupati Paulus, dalam memimpin pemberantasan hama belalang, siang hari memantau posisi kompolotan hama belalang di wilayah mana saja dan setelah mengetahui letaknya, lalu diberikan tanda. “Selanjutnya kita mempersiapkan semua alat semprot dan obat-obatan, termasuk air tangki sekalian drom untuk pencampuran obat, dan juga senter lalu membentuk tim yang beranggotakan sampai 20 orang. Setiap kali campur bisa sampai 1 drom karena belalangnya sangat banyak dan malamnya ketika suhu dingin, kawanan belalang ini berkumpul dan berlapis-lapis, saat itu baru dilakukan penyemprotan sehingga lebih efektif,” jelasnya.
Namun ia mengaku harus lebih ekstra hati-hati dalam bekerja memberantas hama belalang karena dilakukan malam hari. “Kita butuh lampu senter, kita butuh distribusi campuran obat yang banyak, termasuk distribusi airnya. Sehingga ketika kawanan belalang itu ada di posisi medan yang sulit, di bebukitan dan lembah, kita harus menunggu karena air tengkinya tidak bisa masuk, kita harus hati-hati karena kita melewati tebing, jurang apalagi kondisi hamparan savana yang luas. Jadi kita butuh kerja keras mulai ASN, tenaga kontrak, tenaga honor, aparat desa dan tokoh masyarakat dan memang kita harus kerja bersama, tidak bisa kita sendiri,” katanya.
Bupati Paulus mengatakan, penyemprotan terhadap belalang memang lebih efektif dilakukan ketika masih kecil yang baru menetas, dengan panjang sekitar 1 atau 2 Cm. Tetapi akan sulit dikendalikan ketika belalang itu sudah bisa terbang. “Di Sumba Tengah saat ini, belalangnya sudah besar dan bisa terbang dan itu butuh kerja ekstra lagi. 1 ekor itu bertelurnya bisa sampai 200, bayangkan saja kalau sampai 10 ribu ekor maka kali 200 ada berjuta-juta belalang yang menyerang tanaman jagung bahkan sekarang pindah ke kacang-kacangan, sehingga misalkan belalangnya masuk dalam waktu 2 atau 3 jam maka semuanya ludes tidak ada sisa,” ujar Bupati Paulus.
Ia mengharapkan kerja sama kolaboratif dengan tiga Kabupaten lainnya di Pulau Sumba terutama Sumba Timur dan Sumba Barat. “Dari bulan September 2020 kami sudah bergerak membasmi belalang ini, tetapi kami membasmi tidak seperti sekarang ini yang banyak. Saat itu kami sudah batasi dan saya turun langsung di lapangan sampai sekarang. Tetapi migrasi belalang makin banyak dari wilayah Sumba Timur hingga sampai Sumba Tengah sekarang, sehingga kita mengharapkan empat kabupaten ini harus sama-sama bergerak mulai dari semua pemangku kepentingan dan komponen masyarakatnya harus terlibat dan gerakan bersama, karena ini sudah menjadi bencana,” katanya.
Dikhawatirkan, jika tidak dituntaskan sekarang maka dipastikan bakal ada gagal panen karena sudah ada buktinya kejadian lima tahun berurutan dan bahkan para petani tidak lagi menanam karena ketika tanam langsung dihabiskan belalang. “Masyarakat kita berhenti menjadi petani dan pindah ke laut untuk cari nener untuk jual supaya bisa bertahan hidup karena tidak ada kehidupan lain lagi,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi terjadinya rawan pangan, Bupati Paulus mengaku sudah menyiapkan bantuan untuk masyarakat terdampak. “Kami sudah antisipasi untuk memberikan bahan pangan sekaligus kami sudah koordinasikan dengan Bapak Gubernur NTT untuk membantu bahan pangan dan sudah pasti ada,” kata Bupati Paulus.
Dia juga mengharapkan tambahan bantuan obat-obatan pembasmi belalang serta peralatan semprot yang sampai sekarang masih manual. “Kita butuh penyemprot yang menggunakan mesin sehingga lebih efektif dan jangkauannya lebih luas. Dan kedepannya jauh lebih efektif lagi kalau setiap desa dilengkapi dan dipersiapkan minimal 10 mesin penyemprot beserta obat-obatan agar Kepala Desa dan Aparatnya serta masyarakat akan bergerak bersama menjaga wilayahnya masing-masing. Pemerintah akan turun membasmi di daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh masyarakat,” ujarnya berharap.
Selain langkah teknis, Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Jumat (13/3/2021) menggelar rapat bersama untuk menentukan langkah teknis terkait upaya mengatasi hama tersebut.
Salah satu kesepakatan yang diambil oleh Pemkab Sumba tengah dan DPRD adalah memastikan ketersediaan dana untuk penanggulangan hama belalang. Juga, Pemerintah Daerah bersama DPRD menetapkan status darurat atau kejadian luar biasa terkait penanganan hama belalang.
“Kita bersepakat untuk membuat perencanaan penanganan hama belalang secara sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan, dan menyiapkan peralatan dan obat-obatan yang memadai,” sebut Ketua DPRD Kabupaten Sumba Tengah, Tagela Ibisola kepada SelatanIndonesia.com usai sidang DPRD.
Politisi Partai NasDem ini mengatakan, Pemda Kabupaten Sumba tengah juga perlu memperhatikan dampak kesehatan bagi manusia dan ternak akibat penggunaan insektisida. “Kita juga bersepakat bersama Pemda agar mempersiapkan operasional untuk tenaga pelaksana di lapangan secara baik dan benar,” katanya.***Laurens Leba Tukan