KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kini memasuki usia ke 62 tahun sejak berdiri pada tahun 1958. Dari pemimpin ke pemimpin, telah menorehkan catatan sejarah pembangunan sesuai eranya. Kini provinsi berbasis kepulauan itu dipimpin Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef A. Nae Soi.
Membangun NTT dengan beragam persoalan krusial diantaranya kemiskinan, kebodohan, stunting dan gizi buruk serta aneka masalah lainnya tidak bisa hanya mengandalkan APBD yang terbatas, tetapi juga butuh keterlibatan investasi swasta. Menurut Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, sederet persoalan itu merupakan momok memalukan yang segera diberantas dalam semangat kerja dari super tim.
“Kalau kita sungguh-sungguh bekerja dengan hati maka stunting, kemiskinan dan kebodohan yang selama ini menjadi momok yang memalukan diri kita, akan teratasi,” sebut Gubernur Laiskodat ketika berbicara dalam acara HUT NTT ke 62 di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Minggu (20/12/2020).
Ia juga mengatakan, meski masih diterpa pandemi Covid-19, namun iklim investasi perlahan terus bertumbuh dan menunjukan bahwa produk dari NTT terus bersaing dengan daerah lain jika terus dikerjakan dengan baik. “Kita punya masalah serius pada angka kemiskinan, walupun turun tetapi tidak signifikan. Namun kita juga bersyukur bahwa di saat pandemi menghantam bangsa dan NTT pada quartal ke III, angka kemiskinan turun 20an persen dan kita harapkan bisa segera diturunkan lagi dengan kerja-kerja besar, dan harapan kita dan juga menjadi tantangan besar kita bersama Walikota dan seluruh Bupati untuk menurunkan angka kemiskinan di 15 persen, itu target kita, dan ini harus mampu didorong secara serius,” sebutnya.
Disebutkan Gubernur Laiskodat, saat ini ada banyak investasi yang masuk di NTT baik melaluinya mapuan lewat para Bupati dan Walikota. “Itu menunjukan bahwa tingkat kepercayaan pihak swasta untuk mulai musuk ke NTT. Tidak akan bertumbuh ekenomi yang hebat, kalau hanya investasi pemerintah saja maka tidak akan membawa kita pada level ekonomi tertinggi, selama investasi swsata tidak masuk di provinsi ini. Maka, kalau ada investor masuk dan diyakini bahwa investasi itu baik dan benar dan berekeinginan untuk memberikan invesatsi di NTT, saya minta jangan diperas, tetapi berada di depan mengantarkan mereka untuk mereka mampu bersama rakyat menatap masa depan bersama,” sebut Gubernur Laiskodat.
Disebutkannya, investor yang masuk ke NTT membawa dana segar. “Keuntungan kita belum tau, tetapi rugi sudah pasti, itu kalau sudah bawa uang lalu tidak dijaga, salah besar kita. Sekali lagi jangan diperas, nanti kalau dia sudah tumbuh seperti pohon beringin yang akarnya banyak, maka pastilah kalau dia sudah untung,” sebutnya.
Gubernur Laiskodat mengatakan, dalam semangat HUT ke 62 Provinsi NTT yang masih jauh tertinggal dari Bali dan NTB maka tantangan terbesar bersama untuk membentuk sebuah supertim untuk mengahadapi tantangan tersebut.
“Saya berterimakasih kepada Forkopimda khsusunya TNI dan Polri yang telah bekerja sama dengan pemerintah untuk melayani masyarakat dalam program kerja Pemprov NTT terutama Tanam Jagung Panen Sapi. Kita harapkan agar kolaborasi ini terus berlangsung untuk mewujudkan visi besar NTT. Tidak ada yang mampu mengerjakan hal besar kalau kerja sendiri. NTT tidak butuh superman, tetapi NTT butuh super tim untuk mewujudkan mimpin dan visis besar,” katanya.
Gubernur Laiskodat berpesan kepada Walikota dan para Bupati se NTT agar dalam mejalankan tugas selalu bekerja sama dengan Forkopimda untuk membangun masyarakat. “Saya berkeyakinan jika kita bersinergi maka semua persoalan krusial di NTT akan kita selesaikan dengan baik,” sebut Gubernur Laiskodat.
Mantan Ketua Fraksi NasDem DPR RI ini menambahkan, meski diterpa pandemi Covid-19, seluruh elemen masyarakat harus punya keyakinan dan tetap bekerja dan pembangunan tidak boleh terhambat. “Kita bersyukur, NTT teramasuk Provinsi yang pertumbuhan ekenominya secara negatif terendah pada quartal III di posisi 1,6 itu menunjukan bahwa kalau kita bekerja baik maka pada quartal IV kita menuju ke titik yang lebih baik. Kita akan masuk pada quartal I tahun depan degan semangat yang keras. Saya minta para Bupati untuk bersemangat menciptakan inovasi pembangunan untuk menjawab seluruh tantangan yang ada,” sebutnya.
Menurut Gubernur Laiskodat, ciri khas orang miskin itu kalau dia tidak punya kerasi dan inovasi maka dia tetap miskin. “Tetapi kalau pemimpinnya punya inovasi dan kerasi, cara berpikir maju dengan visi dan menggerakan seluruh tim kerja sebagai gerakan super tim maka NTT akan menatap masa depan tidak lama lagi,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Gubernur Laiskodat mengatakan, ketika ia dan Josef Nae Soi memimpin NTT pada tahun 2018, data stunting di NTT pada angka 42 persen. “Hari ini walaupun kerja dan langkah konfergensi belum secara baik dilakukan namun kita sudah pada posisi 24,2 persen. kalaua kita lebih serius bersama Walikota, seluruh Bupati, camat dan Kepala Desa bekerja dengan kolaborasi dan sinergi yang baik maka saya berkeyakinan di akhir tahun 2021 kita ada pada zero stunting. Kalau kita sungguh-sungguh bekerja dengan hati maka stunting, kemiskinan dan kebodohan yang selama ini menjadi momok yang memalukan diri kita, akan teratasi,” tegasnya.
Acara puncak HUT ke 62 Provinsi NTT dihadiri Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi dan Ny. Maria Fransisca Djogo, Anggota Komisi IV DPR RI Ny. Julie Sutrisno Laiskodat, serta Forkopimda NTT. Hadir juga Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore, Bupati Kupang Korinus Masneno, Bupati Manggarai Timur Andreas Agas serta diikuti secara virtual oleh seluruh Bupati se NTT. Usai perayaan HUT NTT dilanjutkan dengan pemberian penghargaan dan Asidewi Award dan Rakor Gubernur bersama Wali Kota dan seluruh Bupati. ***Laurens Leba Tukan