RUTENG,SELATANINDONESIA.COM – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak Gereja untuk bergandengan tangan dengan Pemerintah Provinsi untuk membangun NTT. Terutama Gereja Manggarai agar bisa terlibat aktif dan memberikan sumbangsih dalam pengembangan pariwisata super premium Labuan Bajo.
Gubernur Laiskodat mengatakan itu ketika berbicara dalam Perayaan Misa atau Ekaristi Pesta Perak 25 tahun imamat Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, di Kampung Bea Mese, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Kamis (8/10/2020).
Diprediksikan, pada tahun 2022 atau 2023 setelah manusia di seluruh dunia mengalami stres luar biasa akibat pandemi Covid-19, maka manusia di dunia akan mencari kedamaian. “Dan pasti minimal 0,1 persen dari manusia seluruh dunia yang hobby traveling atau keliling akan memilih Labuan Bajo,” ujarnya.
Menurut Gubernur Laiskodat, peranan gereja sangat penting di sini untuk memberdayakan masyarakat agar orang NTT, khususnya orang Flores tidak jadi penonton dan terpinggirkan akibat kemajuan pariwisata.
Disebutkan Gubernur Laiskodat, seorang pemimpin harus punya empati dan memberikan motivasi kepada masyarakat atau umat terutama dalam situasi sulit. “Pemimpin itu harus punya empati yang luar biasa. Hal ini akan mendorong perubahan. Empati ini dibutuhkan oleh kita karena banyak tempat di provinsi ini yang penuh dengan penderitaan. Pemimpin itu harus bisa menangis melihat penderitaan masyarakat dan cari jalan keluar untuk berubah,” katanya.
Dalam upacara yang dihadiri oleh empat orang Uskup yakni Uskup Agung Pontianak, Uskup Agung Ende, Uskup Denpasar, Uskup Emeritus Bogor, ratusan imam, Bupati Manggarai Barat, Bupati Manggarai Timur dan Penjabat Sementara Bupati Manggarai, Direktur Polairud Polda NTT serta ratusan umat dilaksanakan dengan protokol kesehatan secara ketat.
Setiap umat dan tamu undangan yang hadir wajib mengukur suhu, memakai masker, mencuci tangan serta kursi-kursi umat diatur berjarak sesuai dengan ketentuan.
Menurut Gubernur VBL, seorang pemimpin dan gembala sangat dinantikan kehadirannya terutama dalam situasi pandemi covid19. Tantangan bagi seorang pemimpin adalah selalu berada di lapangan.
“Pandemi covid19 ini merupakan kesempatan bagi kita untuk mengetahui berbagai situasi di bumi Flobamorata serta merencanakan segala sesuatunya dengan baik. Seorang pemimpin yang baik hanya berada di ruangan maksimal 10 persen saja, sebagian besar di luar ruangan dan lapangan. Tidak mungkin dengan situasi kemiskinan masyarakat NTT yang tinggi, kita pimpin dari kantor. Tidak mungkin itu. Harus turun dan melihat penderitaan masyarakat secara langsung. Tugas Gubernur dan Bupati adalah membuat masyarakat sejahtera,” jelas Gubernur Laiskodat.
Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat mengatakan, tugas dan tanggung jawab sebagai seorang uskup bukanlah tugas yang mudah. Sebagai pastor atau gembala di keuskupan Ruteng, adalah sebuah kepercayaan dan tanggung jawab yang mesti dijalankan dengan penuh kesetiaan, pengorbanan, kesabaran dan rendah hati.
“Mari kita berjalan dan bergandengan tangan. Adalah tugas seorang gembala untuk tidak hanya menuntun, tapi menempatkan diri sebagai seorang teman, rekan dan sahabat bagi umat. Gembala tidak boleh minum air sebelum domba minum. Yang diutamakan dan diprioritaskan adalah kesejahteraan umat dan masyarakat,” jelasnya.*)Aven/Hms
Editor: Laurens Leba Tukan