KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Sejak merebak di wilayah Nusa Tenggara Timur hingga kini, Covid-19 telah terdeteksi menjangkiti 121 orang di provinsi yang berbasis kepulauan ini. Meski demikian, berbagai upaya medis dilakukan Pemerintah Provinsi NTT melalui Gugus Tugas sehingga dari jumlah kasus positif Covid-19 itu, terdata pula sebanyak 92 orang dinyatakan sembuh, satu meninggal dunia dan lainnya sedang menjalani perawatan.
Meski kini tengah menjalani kehidupan baru atau the new normal life di Provinsi NTT sejak Senin 15 Juni 2020 lalu, namun masyarakat di seluruh Provinsi NTT diminta untuk tidak lengah terhadap Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 yang hingga kini belum ditemukan vaksin dan belum diketahui kapan akan berakhir.
“Walaupun yang sembuh di NTT itu semakin banyak tapi jangan lengah. Karena kita masih kedatangan saudara-saudari kita dari luar negeri sebagai pekerja migrant. Sudah ada klaster migran seperti di Kabupaten Sumba Barat beberapa waktu lalu,” sebut juru bicara Covid-19 di Provinsi NTT, Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si dalam keterangan tertulis yang diterima dari Kasubag Pers dan PPU Biro Humas dan Protokol Setda NTT, Valeri Guru, Rabu (08/07/2020).
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTT itu lebih lanjut menjelaskan, karena klaster baru ada di Kabupaten Sumba Barat maka otoritas pelabuahn dan bandara pun diminta untuk menjaga secara ketat setiap penumpang yang akan masuk ke wilayah Provinsi NTT. “Itu sudah ada klasternya. Kita harus hati-hati. Karena itu, kita juga mengimbau agar otoritas pelabuhan dan otoritas bandara tetap jaga secara ketat. Setiap penumpang yang masuk ke NTT harus kita pastikan dalam keadaan terkontrol dan selalu ikuti dimana dia berada alamatnya. Harus jelas; supaya nanti ketika terjadi sesuatu kita mudah melacaknya atau melakukan penelusuran,” kata Marius.
Terkait sejumlah kabupaten yang masih menerapkan pembatasan dan pemeriksaan kesehatan terhadap para pelaku perjalanan, Marius menilai hal itu sangat baik. “Yah, artinya dengan berlakunya new normal, kita harapkan masyarakat sudah memulai kembali kegiatannya dari seluruh tata kelola pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan baik pemerintahan maupun swasta. Namun demikian di setiap kabupaten masih ada pembatasan-pembatasan. Kita harapkan, itu bisa diterapkan dengan baik; ya kita memberikan apresiasi kepada para bupati yang tetap menjaga wilayahnya khususnya dari zona merah menuju zona hijau,” kata dia.
Dia menambahkan, memang harus diantisipasi; harus tetap diwaspadai. Namun demikian sebut Marius, pembatasan-pembatasan itu tidak boleh menghalangi semua dinamika atau arus lalu lintas orang dan barang antara wilayah dan sebagaimana. “Di beberapa kabupaten kami menjumpai adanya upaya pemerintah daerah; sebelum masuk wilayahnya untuk mengontrol setiap pendatang. Saya kira itu baik,” katanya.
Maksudnya sambung mantan Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatid Provinsi NTT adalah untuk mengontrol apakah seseorang itu sehat; suhu tubuhnya normal dan mencuci tangan. “Itu sesuatu yang positif. Karena walaupun kita berada dalam masa new normal namun kewaspadaan harus lebih tinggi. Karena kita tidak lagi stay at home seperti sebelumnya. Kalau sebelumnya kita lebih banyak tinggal di dalam rumah; sekarang kita keluar rumah; konsekuensinya pasti bertemu orang; bertemu masyarakat; saling bertemu dan kita tidak bisa menghindari kerumunan; karena ada kegiatan-kegiatan yang pasti orang berkumpul,” tandas dia.
Namun demikian, menurut Marius, disaat seperti itu, setiap pribadi harus tetap waspada, kalaupun ada perkumpulan; pertemuan; kerumunan dan sebagainya. “Harus tetap diusahakan jarak fisik antara seseorang dengan orang lain minimal satu meter sambil memakai masker; mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir dan sebagainya,” harap dia.
Menurutnya, para Bupati diharapkan tetap mengontrol agar pembatasan yang dilakukan tidak sampai menimbulkan gesekan sosial di tengah masyarakat. “Jadi, kita harapkan para bupati seluruh NTT dan Walikota Kupang; silakan tetap mengontrol wilayahnya dalam rangka mengantisipasi penyebaran virus corona. Namun kontrol itu tidak boleh menimbulkan konflik sosial. Harus diatur sedemikian rupa sehingga antisipasi kita ini bertujuan baik; tidak menimbulkan gesekan-gesekan sosial di masyarakat. Tentu para bupati punya maksud yang baik untuk mengontrol pendatang atau siapapun yang masuk di wilayahnya; itu baik. Saya sendiri alami ketika masuk kefamenanu mobil kita minggir mengukur suhu tubuh dan saya kira itu suatu yang positif. Artinya pemerintah daerah punya inisiatif untuk mengontrol. Karena kenyataan, ketika tubuh kita normal kita dibiarkan berjalan melintasi wilayah itu dan juga dibutuhkan kesabaran dari semua kita karena memang kita memang belum tahu sampai kapan virus corona ini berakhir,” ungkap doktor jebolan IPB Bogor.
Disinggung soal keresahan masyarakat ketika melewati wilayah perbatasan antar kabupaten yang masih diperiksa petugas, Marius mengatakan, tinggal dicek; keresahannya seperti apa ?
“Yah, tinggal dicek resahnya seperti apa? Kalau memang aparatur pemerintah; gugus tugas Covid-19 melakukan kontrol dan pengawasan; bagus itu. Karena yang dilakukan oleh gugus tugas di provinsi, kab/kota adalah untuk memastikan bahwa kita semua berada dalam kondisi yang baik,” tandasnya.
Hanya sebut Marius, dibutuhkan kesadaran yang baik dari masyarakat. “Jadi, diminta kesadarannya. Kecuali misalnya kita dilarang sama sekali untuk melakukan kegiatan itu tentu tidak seperti itu maksudnya. Tapi kalau misalnya gugus tugas dengan Pemkab melakukan kontrol di pintu masuk dengan tujuannya baik; no problem. Tujuannya baik. Sabar saja untuk dua atau tiga menit diukur suhu tubuh; masa anda tidak sabar. Saya pernah melintas ke Atambua ketika Menko Polhukam RI dan Menteri Dalam Negeri RI datang ke Atambua. Kita sebelum masuk ke Kefa, kita sudah diukur suhu tubuh dan baik-baik saja adanya. Apanya yang membuat resah ? Artinya bersabar sedikit untuk diperiksa suhu tubuh supaya memastikan anda dalam keadaan sehat. Jadi kita harus berjiwa besar. Karena memang keadaan kita masih dalam suasana pandemic Covid-19; kita harus tetap waspada. Karena kita tidak tahu gelombang kedua Covid-19 seperti apa. Walaupun NTT dipilih sebagai provinsi model yang baik untuk pengendalian Covid- 19. Tapi kita tetap waspada. Kerja sama antara masyarakat; kesabaran masyarakat dan sebagainya,” tegasnya.
Untuk itu, Marius mengimbau kepada seluruh masyarakat di NTT untuk tetap mematuhi protocol kesehatan. “Justru di era new normal ini kita jauh lebih disiplin dari sebelumnya. Kalau sebelumnya kan stay at home dengan kita lebih banyak di rumah; tidak bertemu sesama; yah kita bisa memutus mata rantai virus corona. Tetapi sekarang, kita semua aktif; semua bekerja; semua saling bertemu dan sebagainya. Justru saat sekarang, kualitas kedisiplinan harus lebih tinggi dari sebelumnya,” pinta Marius.***Laurens Leba Tukan