Warga Ile Ape Timur Desak Pemkab Bangun Tower Telkomsel

817
Siswa SMP N 3 Satap Hamahema, Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata pada suatu kesempatan dimasa pandemi Covid-19, semuanya bermasker. Foto: SelatanIndonesia.com/Teddi Lagamaking

LEMBATA,SELATANINDONESIA.COM-Ketua Komite SMP Negeri 3 Satu Atap Hamahena Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Thomas Bugis Kerong meminta Pemerintah Kabupaten Lembata untuk membangun Tower Telkomsel agar masyarkat di sekitaran wilayah Atawatung, Waimatan dan Kelar bisa mengakses jaringan telkomsel dan internet dengan mudah.

Thomas Bugis Kerong mengatakan itu dalam acara temu-pisah antara siswa kelas sembilan dengan para guru se-SMP Negeri 3 Satap Hamahena-Ile Ape Timur, Senin (8/6/2020).

Thomas Kerong menjelaskan, meski untuk wilayah Ile Ape Timur sudah ada tower telkomsel di Desa Lama’au namun jangkauan signal dan jaringanya internet tidak sampai ke wilayah Atawatung, Waimatan dan Kelar.

Keadaan seperti ini, menurutnya sudah berjalan kurang lebih empat tahun dan hal itu membuat warga disekitaran wilayah Watun Lewo Pito kesulitan melakukan komunikasi via telpon bahkan mengakses informasi di internet.

Terkait adanya kebijakan pemerintah merumahkan semua siswa untuk belajar dari rumah menggunakan internet sebagai salah satu saran pembelajaran, dirinya menilai sangat efektif dan efisien.

Namun dilain sisi menurutnya, tidak bisa berjalan maksimal, pasalnya para siswa yang selama masa pandemi belajar dari rumah harus pontang panting cari signal dan jaringan internet untuk kerja PR dan tugas-tugas sekolah lainnya.

“Anak-anak harus jalan sampe ke desa tetangga. Ada yang ke Lama’au, Tokojaeng, ada juga cari bukit yang tinggi di gunung sana. Bahkan ada yang sampe lari ke Lewoleba dan nginap beberapa hari untuk kerja tugas sekolah,” sebut Thomas Bugis Kerong.

Melihat kondisi ini, ia menaruh ibah bagi anak sekolah, akan tetapi selaku ketua komite ia tetap mengharapkan ada upaya lanjutan dari pemkab Lembata sehingga beberapa wilayah di Watun Lewo Pito ini bisa keluar dari krisis jaringan telepon dan internet.

Hal senada disampaikan Kepala SMP Negeri 3 Satap Hamahena, Yustinus Mado, S.Ag. Dikatakannya, semenjak ada aturan belajar dari rumah lalu anak-anak kita berikan PR dan ujian mereka kesulitan.

Menurut Mado, semenjak adanya Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 yang salah satu point strategisnya yakni proses pembelajaran jarak jauh (daring) atau belajar dari rumah membuat siswa sekolahnya kewalahan.

Pasalnya, model belajar dari rumah/daring adalah hal baru bukan saja bagi guru tapi juga siswa, karena semuanya terjadi secara online. “Belum lagi kita harus pelajari aplikasi, belum lagi kita pikirkan ketiadaan signal telpon atau jaringan 4G. Pokonya susah sekali,” katanya.

Menyikapi probelm itu, ia mengambil kebijakan untuk turun langsung ke rumah-rumah siswa sekolah dengan mengerhkan semua guru yang ada di sekolah. “Tujuannya hanya satu, buat pendampingan dan arahan dengan durasi waktu yang bervariasi, meski dalam suasana sosial distancing dan phisical distancing,” tuturnya.

Kepala Desa Waimatan, Mus Betekeneng kepada SelatanIndonesia.com, membenarkan kondisi tersebut. “Jauh sebelum adanya android, kami sudah alami susahnya berkomunikasi via telepon. Setelah ada android dan jaringan 4G kami semakin lebih parah lagi. Apalagi untuk situasi sekarang ini, semua harus butuh informasi terupdate, supaya semua perkembangan di kecamatan atau kabupaten kita harus bisa tau dengan cepat,” Katanya.

Menurut Kades Betekeneng, jika komunikasi dan informasi terhambat maka semua hal bisa macet dan lumpuh. Mengingat semua hal, baik di sekolah, birokras dan gereja sekalipun menggunakan internet atau via telepon seluluer.

Itu pasalnya, kades Betekeneng merisaukan krisis signal telepon dan jaringan internet yang terjadi berkepanjangan, karena internet sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, terlebih pemerintah desa dan lembaga pendidikan sekolah baik SD, SMP dan SMA. “Anak-anak perlu bisa akses internet untuk kerja soal, tugas dan ulangan. Sekarang semua anak belajar dari rumah, semua urusan sekolah terjadi di rumah. Lalu kalau signal tidak ada, jaringan internet tidak ada, kira-kira mereka mau kerja dan belajar pake apa,” tanya Kades Betekeneng.

Ia berharap ada bantuan dari pemerintah tingkat atas, berupa fasilitas penguat signal telepon dan jaringan 4G supaya beberapa titik krisis di wilayah itu bisa terbuka akses telepon dan internet.*)Teddy Lagamaking

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap