Covid-19 Lumpuhkan Ekonomi Desa di Lembata

617
Llapak kuliner yang menjadi tempat jualan ibu-ibu di pantai Lewolein, Desa Dikasare, Kecamatan Lebatukan, nampak sepih, Sabtu (25/4/2020). Foto: SelatanIndonesia.com/Teddi Lagamaking

LEWOLEBA,SELATANINDONESIA.COM – Pandemi Covid-19 berimbas pada terputusnya rantai perekonomian masyarkat desa. Konidis itu dirasakan serius oleh 144 desa yang tersebar di sembilan kecamatan di wilayah Kabupaten Lembata.

Kepala Desa Waienga, Kecamatan Lebatukan, Bernabas Belia kepada SelataIndonesia.com, Jumat (24/4/2020) di kantor desa Waienga mengatakan, salah satu sumber pendapatan masyarakatnya yang terkena dampak pandemi adalah ternak sapi, disamping hasil pertanian dan sumber lainnya.

Kades Bernabas menyebutkan, sekitar 75% Kepala Keluarga di desanya beternak sapi. “Setiap bulannya dijual, tetapi karena corona mengakibatkan sudah dua bulan (Maret-April) warga peternak sapi alami kesulitan untuk lakukan penjualan. Biasnya jumlah sapi yang terjual setiap bulan mencapai 10 ekor bahkan lebih, dengan kisaran harga mulai 5 juta sampai 7 juta, tetapi sekarang rata-rata para peternak alami kendala,” ujarnya.

Disebutkan, sudah dua bulan masyarakat kehilangan puluhan bahkan ratusan juta. “Bahkan, sapi-sapi yang seharusnya jadi sumber pendapatan utama, sekarang sebatas dipelihara, kasi makan tanpa di jual. Ini masalah serius dan harus segera diatasi,” ujar Kades Bernabas.

Kepala Desa Waienga, Kecamatan Lebatukan, Bernabas Belia

Ia juga menyoroti hasil pertanian warga desa Waienga tahun ini. “Kali ini untuk kami sembilan desa pesisir baik padi, jagung dan hasil lain hanya 25% saja berhasil, sedangkan 75% gagal. Sebaliknya enam desa di gunung 75% hasil tani jadi, 25% gagal,” ujarnya.

Kondisi yang sama diungkapkan Kepala Desa Dikesare, Kecamatan Lebatukan, Eustakius Suban. Disampaikan Kades Suban, dampak corona membuat perputaran uang di masyarakat, terutama wisata kuliner pantai Lewolein menjadi terpuruk.

“Ada 43 lapak kuliner yang biasa dijual ibu-ibu di pantai Lewolein tidak beroperasi lagi. Pembakul ikan juga tidak ada pendapatan lagi. Kios-kios kecil juga sama,” katanya.

Kades Suban mengatakan, pantai Lewolein yang selama ini dikelola BUMDes dengan omset per bulannya mencapai 5 juta terpaksa ditutup. Bulan kemarin (Maret) omset per bulan untuk BUMDes naik jadi 6 juta.

Dalam target BUMDes, kata Suban, pada bulan April dan Mei harus naik 8 juta bahkan 9 juta, tetapi melihat kondisi pandemic seperti saat ini maka dipastikan target itu tidak bakal tercapai.

“Lapak jualan ibu-ibu yang setiap hari biasa mendapat pemasukan yang besar kini nihil. Mama-mama mereka tiap hari per lapaknya dapat 300-400 ribu. Dan kalau hari Sabtu-Minggu dan ramai naik sampai 1 juta lebih untuk satu hari,” sebutnya.

Camat Lebatukan, Piter Ruing yang ditemui mengatakan, masyarakat di wilayahnya untuk sekarang masih aman dari sisi kebutuhan setiap hari. Ia mengatakan, harga kemiri sekarang anjlok sampai 3 ribu per kilonya (dengan kulit), yang bersih (tanpa kulit) 10 ribu.

“Jika tidak ada masalah corona maka, harga normal per kilonya (dengan kulit) 10 ribu, bersih (tanpa kulit) 20 ribu,” katanya.

Camat Ruing mengatakan, persoalan ekonomi masyarakat merupakan problem serius sehingga harus segera direpson oleh pemerintah tingkat atas. Ia berharap agar pandemic Covid-19 cepat berlalu agar ekonomi warga yang sekian waktu ini lumpuh bisa dipulihkan lagi.

“Kita berdoa agar corona ini cepat berlalu sehingga aktifitas dan akases bisnis dagang masyarakat dengan pasar bisa pulih Kembali. Walaupun saat ini sudah ada bantuan yang diberikan pemerintah seperti BLT, Kartu Pra Kerja dan bansos,” katanya. *) Lagamaking

Editor: Laurens Leba Tukan

Center Align Buttons in Bootstrap