
LEWOLEBA,SELATANINDONESIA.COM – Wakil Bupati Lembata, Dr. Thomas Ola Langoday menegaskan agar seluruh warga diaspora (perantau) asal Lembata yang ada di seluruh wilayah baik dalam negeri maupun di luar negeri untuk tidak pulang kampung dulu dalam waktu dekat.
Wabup Langoday menegaskan itu lantaran penyebaran Covid-19 yang telah meluas di berbagai negara dan juga hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
“Para TKI/TKW asal Lembata dimanapun berada untuk tidak pulang ke Lembata dalam waktu dekat. Warga yang punya keluarga di Malaysia, Kalimantan, Batam dan lainnya, untuk sementara jangan pulang dulu. Keluarga di kampung bisa telpon dan berikan penjelasan, situasi kembali normal baru bisa pulang,” ujar Wabup Langoday ketika melakukan pemantauan Posko Pencegahan Covid-19 di Desa Kolontobo, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Senin (1/4/2020).
Wabup Lembata saat itu juga menjelaskan sistem penganggaran dalam skema pencegahan Covid-19 sesuai dengan instruksi Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat. “Sesuai instruksi Gubenur NTT maka setiap kabupaten dan kota harus menyiapkan anggaran minimal Rp 13 Miliar,” sebutnya.
Kabupaten Lembata, kata dia, Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) telah melakukan rasionalisasi dan pergeseran anggaran dan sudah tersedia dana sebesar Rp 12,5 miliar. “Dengan demikian maka kita masih harus melakukan pergeseran lagi sehingga minimal memenuhi angka Rp 13 miliar,” katanya.
Wabup Thomas Ola Langoday menambhakan, selain melakukan pergeseran atau rasionalisasi APBD, pemerintah daerah juga mengharapkan stimulus pendanaan atau subsidi silang dari pemerintah pusat dalam percepatan penanganan Covid-19.
Ia menjelaskan, jika dilakukan kajian dan perhitungan dari segi matematik dan ekonom maka untuk waktu enam bulan ke depan, Kabupaten Lembata membutuhkan anggaran lebih kurang Rp 40 miliar. “Jikalau dilakukan perhitungan dan skenario, maka kebutuhan sejak masa pencegahan, pengobatan dan pemulihan termasuk penyiapan APD, obat-obatan dan fasilitas lainnya termasuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Langsung Non Tunai (BLNT), bantuan pangan dan non pangan bagi OPD/PDP dan orang dengan positif Covid-19 yang di karantina/diisolasi secara masal maka kita butuh anggaran lebih kurang Rp 40 miliar untuk waktu enam bulan ke depan, “ ujar Doktor Ekonomi Unwira Kupang ini.
Dikatakannya, Pemda Kabupaten Lembata intens melakukan pemantauan dan tindakan pencegahan Covid -19 disemua wilayah di Lembata. Menurutnya, pemerintah daerah bekerja keras melakukan apa saja untuk mencegah penyebaran pandemi yang hari ini sudah merambah secara luas di Indonesia.
Menurut Wabup Langoday, Lembata merupakan kabupaten satu pulau sehingga antara pemerintah kabupaten dan pemerintah desa perlu bergerak cepat dan bersama-sama melakukan tindakan pencegahan dan antisipasi.
“Masyarakat wajib mengikuti himbauan dan instruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten,” katanya.
Senada dengan itu, Camat Ile Ape, Stanis Kebesa mengatakan, selalu melakukan konsultasi dan koordinasi ke tingkat kabupatan tentang progres yang terjadi. “Saya intens melakukan roling dan pemantauan di desa bersama teman-temaan medis dari Puskesmas, Bidan Desa dan aparat desa untuk mengetahui status ODP yang ada di beberapa desa di Ile Ape,” ujar Kebesa.
Camat Kebesa mengatakan, saat ini sudah tersedia posko-posko di setiap desa di Ile Ape menjadi bagian penting dalam pengamanan dan pencegahan penyebaran Coronavirus sehingga para petugas medis beserta aparat desa yang bertugas harus maksimal.
Camat Kebasa juga mengatakan, sudah ada gerakan dari masing-masing desa melakukan ritual atau seremonial sesuai dengan tradisi dan adat budayanya sebagi bentuk memutus mata rantai Covid-19.
“Kemarin Desa Kolontobo sudah buat seremonial “Tolak Bala”. Ritual adat di lakukan oleh para tuan tanah dan kepala suku di desa. Tujuan hanya satau, menangkal virus mematikan itu. Disusul desa lainnya di Ile Alen Gole,” katanya.

Kepala Desa Kolontobo, Philipus Payong mengatakan, pemerintah desa sudah menyediakan Posko Cegah Covid-19. Ia mengharapkan agar para aparat desa dan tim medis yang bertugas perlu optimal dan maksimal sebab Virus Corona penyebarannya sangat cepat.
“Corona Virus itu sangat mematikan. Ibarat perang kita sedang berperang, karena itu pemerintah dan masyarakat harus siap untuk melakukan kiat-kiat pencegahan baik oleh diri sendiri dan juga secara massal,” katanya.
Kades Payong juga menambahkan bahwa di Kolontobo ada tujuh orang ODP namun hingga hari ini hasil pemeriksaan dari tenaga medis di Posko Cegah Covid-19 menunjukan status normal, baik dari suhu tubuh dan keadaan medis lannya.
Kepala Desa Payong juga telah menyiapkan fasilitas umum milik desa yang akan digunakan untuk melakukan karantina bagi warga masyarakatnya. “Kami sudah siapkan dua gedung karantina. Satu itu Gereja lama Kolontobo dan Pasar Wisata Kolobtobo yang kebetulan bangunan itu letaknya agak jauh dari pemukiman warga,” ujarnya.
Kades Payong juga mengingatkan Pemerintah Kabupaten Lembata agar melakukan identifikasi ketat terhadap para penumpang kapal Pelni yang sesuai informasi dalam waktu dekat akan masuk Lewoleba. “Kami harapkan agar pemerintah lebih ketat bila perlu kapal dilarang masuk Lembata karena penumpangnya itu kami curiga sebagian besar berasal dari Malaysia,” ujarnya kepada Wakil Bupati Lembata.)*Lagamaking
Editor: Laurens Leba Tukan