
KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Ratusan manusia memenuhi lantai 5 aula utama Kampus Universitas Citra Bangsa Kupang, Rabu (4/3/2020). Tampak di podium kehormatan dengan mengenakan toga kebesaran sebagai Guru Besar, Prof. Frans Salesman menyampaikan orasi politik dihadapan kaum intelek. Ia diapiti oleh deretan para guru besar yang duduk di panggug kehormatan sisi kiri dan kanan podium. Bagian tengah ada jajaran senat Univesrsita yang didirikan oleh Senator NTT Ir. Abraham Paul Liyanto itu.
Sedangkan di deretan terdepan kursi undangan, nampak serius menyimak orasi ilmiah dari Guru Besar Kesehatan Masyarakat ada Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena, mantan Wakil Gubernur NTT Esthon Foenay, Mantan Ketua DPRD NTT H. Anwar Pua Geno, Bupati Manggarai DR. Deno Kamilus, Bupati Manggarai Timur Agas Andreas, Sekda NTT Benediktus Polo Maing serta sederet pejabat lainnya.
Banyak hal yang dipaparkan dalam orasi politik Prof. Frans Salesman di forum terhormat itu. Sebuah informasi yang disajikan Prof. Frans adalah masalah stunting di NTT yang lagi marak terjadi pada pertumbuhan dan perkembangan gizi anak.
Dikatakan Prof. Frans, stunting pada anak dapat menyebabkan dampak yang serius terhadap mental, fisik dan emosional anak-anak. “Bukti menunjukan bahwa efek dari stunting pada usia balita kususnya pada perkembangan otak sulit untuk meperbaiki pada usia lanjut, oleh karena itu sedapat mungkin memberikan nutrisi yang cukup pada anak,” ujarnya.
Indonesia termasuk 47 negara dari 122 negara yang memiliki prefelensi tertinggi di dunia terkait angka stunting. Prof. Frams menguraikan, ada dua sebab terjadinya stunting yaitu penyebab langsung berupa kurang gisi, dan penyakit menular. Dan penyebab tidak langsung berupa penitipan anak selama masa pertumbuhan, fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan kebersihan makanan yang menjadi akar penyebabnya adalah kemiskinan dan rendahnya angka pendidikan, kurangnya ketersediaan makanan di masyarakat dan kurangnya lapangan pekerjaan.
Disebutkan, prefalesi stunting di Indonesia pada tahun 2018 seberar 37,20 persen dan NTT sebesar 42,6 persen atau menyumbang 3,79 persen terhadap angka stunting Nasional. “Peningkatan asupan gisi berimbang sejak usia dini dalam jangka panjang dapat meningkatkan tinggi dan berat badan pada usia kerja,” katanya.
Menurut Ptof. Frans, stunting hanya bisa diatasi jika semua pihak memiliki kesadaran kolektif, bahwa menciptakan generasi emas adalah tanggung jawab bersama. Baginya, keluarga menjadi utama dalam pembentukan asupan gizi terhadap anak dan menjaminkan tingkat Pendidikan. Sedanhgkan pemerintah dan stekholder terkait harus memberikan atensi bagi pemenuhan gizi masyarakat, pencegahan-pencegahan penyakit menular dan stabilisasi lingkungan.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena yang ditemui usai orasi ilmiah itu mengapresiasi dan memberikan proviciat kepada Prof. Fransiskus Salesman yang resmi menjadi guru besar kesehatan masyarakat.
“Saya melihat, peristiwa pengukuhan Prof. Frans ini sebagai satu pencapaian yang luar biasa karena di Nusa Tenggara, beliau profesor pertama di bidang kesehatan masyarakat. Dan tadi kalau melihat dari materi yang disampaikan dalam orasi ilmiah, Prof. Frans sangat membantu NTT terutama dalam kaitan persiapan program untuk menangani stunting di NTT, juga mempersiapkan warga NTT, anak NTT, untuk jadi manusia unggul di kemudian hari sehingga kemudian index manusia kita menjadi bagus.
Laka Lena juga berpesan kepada Prof. Fransiuskus Salesman agar ilmunya betul-betul bermanfaat bukan saja bagi kampus tetapi bagi masyarakat NTT.*Vian/Peppy
Editor: Laurens Leba Tukan