KUPANG,SELATANINDONESIA.COM – Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT DR. Inche Sayuna mendesak pemerintah provinsi NTT untuk menetapkan kondisi darurat serangan hama ulat grayak yang kini menyerang lebih dari 7.889 ha lahan jagung masyarakat. Apalagi, sebaran serangaan hama yang menyerang tepat di titik tumbuhnya jagung itu sudah menyebar sampai ke 18 Kabupaten di provinsi kepulauan ini.
Kepada SelatanIndonesia.com di Kupang, Rabu (12/2/2020) Inche Sayuna menyebutkan, kondisi ini merupakan fenomena baru yang harus diurus secara serius oleh pemerintah.
“Jika penyebarannya sudah merata maka ini adalah bencana serius yang mengancam kehidupan petani kita di NTT dan Pemerintah harus segera menetapkan kondisi ini sebagai darurat agar bisa mendapatkan perhatian segera dari pemerintah pusat,” ujar Sekretaris DPD Golkar NTT ini.
Menurut Inche, dinas tekhnis harusnya sudah melakukan tindakan pengendalian awal sebelum menyebar secara merata dan sudah harus proaktif melakukan koordinasi intensif dangan pemerintah pusat melalui Dirjen, bukan pasif menunggu di tempat bantuan pemerintah pusat.
“Seharusnya dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi NTT segera melakukan bimtek pengendalian hama kepada semua petugas lapangan dan petani kita dan bila perlu menggandakan pendampingan semua petugas di lapangan untuk mengantisipasi penyebaran yang lebih meluas lagi,” katanya.
Politisi asal Kabupaten Timor Tengah Selatan ini menilai, serangan hama ulat ini lantaran pemerintah dan warga yang tidak menghargai dan tidak mengusahakan keseimbangan lingkungan hidup. ‘Apa yang kita sebut kesimbangan alam, harus menjadi tugas kita. Predator tak ada lagi, kalau sesungguhnya harmonisasi dalam lingkungan hidup bisa bagus, maka tak terjadi kondisi seperti ini. Oleh karena itu, pemerintah memiliki kewajiban untuk mendidik masyarakat dalam mengupayakan keseimbangan lingkungan hidup,” ujarnya.
Sesuai data yang dihimpun Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTT tercatat, sejak bulan Nopember 2019 hingga saat ini ditemukan 7.889ha lahan jagung masyarakat di Provinsi NTT terserang hama grayak. Akibatnya, tanaman jagung masyarakat tidak bisa tumbuh dan berkembang lantaran hama jenis ini menyerang langsung pada titik tumbuh tanaman jagung.
Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi NTT Ir. Mikdon Abola yang dihubungi terpisah menjelaskan, hama grayak itu telah menyerang 18 Kabupaten di NTT dan paling banyak terjadi di Flores Timur yang mencapai 4000 ha.
Dijelaskan, hama jenis ini muncul ketika curah hujan tidak menentu dan menyerang tanaman pada usia kapan saja. “Ulat grayak ini sudah lama, tetapi jenis ini muncul di Indonesia pada pertengahan tahun lalu dan di NTT dan muncul pada bulan Nopember 2019 pertama kali di Sumba Timur,” katanya.
Mikdon menjelaskan, penyebaran hama jenis grayak ini sangat cepat karena siklus hidupnya hanya 40 hari dengan jangkauan terbang mencapai 100 Km. “Ini yang membuatnya cepat tumbuh dan berkembang biak ketika di fase kupu-kupu,”ujarnya.
Mikdon yang saat itu didampingi Kepala UPT Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Gabriel Gara Beni, SP menjelaskan, saat ini hama jenis itu hanya menyerang tanaman jagung dan semoga tidak menyerang tanaman lain.
Dikatakannya, sepanjang cuaca dan curah hujan masih seperti ini maka hama grayak masih tetap berkembang. “Saat ini di semua daratan Sumba, Flores, Timor dan Alor sudah terserang, minus Sabu dan Rote yang belum ada laporan,” katanya.
Mikdon menambahkan, saat ini ada dua cara yang ditempuh untuk mengatasi hama ulat grayak yaitu dengan cara manual dan penyemprotan. “Kita minta masyarakat untuk periksa tanaman, sehingga ada tanda atau ada ulat, pagi dan sore, kita minta dipungut lalu dimusnahkan. Tetapi dalam populasi yang besar, tidak bisa manual tetapi dengan menggunakan bahan kimia dengan tetap mengedepankan pengendalian hama terpadu,” katanya.
Dikatakan, penyemprotan dengan bahan kimia merupakan alternatif terkahir setelah yang lainnya tidak memungkinkan. Dia juga menyebut, pihaknya sudah memiliki gudang brikade untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. “Kita sudah punya gudang brigade di Lewa untuk wilayah Sumba, di daratan Flores ada di Magepanda, Lembor dan Mbai, dan daratan Timor ada di Kupang, dan semua peralatan dan bahan-bahan kebutuhan kita siapkan tetapi kondisi saat ini bahan kimia untuk ulat dalam posisi kosong,” jelasnya.
Pihaknya sudah membuat permintaan ke Pemerintah Pusat dan dipastikan akan segera dikirim terlebih dahulu untuk Kabupaten Flores Timur karena lahan jagung yang terserang ulat grayak lebih luas karena mencapai 4000ha dibanding kabupaten lain.
**laurens leba tukan