SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Olahraga
Beranda / Olahraga / Seremoni Adat di Stadon Apebuan: Tanah Sudah Diampuni, Bola Boleh Ditendang

Seremoni Adat di Stadon Apebuan: Tanah Sudah Diampuni, Bola Boleh Ditendang

Rirual Adat di Stadion Apebuan, Desa Sukutokan, Kecamatan Klubagolit, Adonara, Flores Timur, Senin (23/6/2025). Foto: AFN/Ipul

Seremoni ‘An Tanah di Stadion Apebuan Jadi Awal Sakral Turnamen Sepak Bola Apebuan Cup 2025

ADONARA,SELATANINDONESIA.COM — Di bawah langit mendung yang menahan hujan, duduk bersilah para tetua adat di tengah Stadion Apebuan, Desa Sukutokan, Adonara, Kabupaten Flores Timur. Tak ada sorak penonton atau teriakan wasit, yang terdengar hanyalah rapalan syair keramat dalam bahasa leluhur. Sebuah upacara adat digelar pagi itu: ‘An Tanah, ritual sakral untuk memulihkan kembali harkat tanah sebelum ditapaki laga kompetisi.

“Tanah ini sudah kita ubah. Kita gali, kita ratakan, kita bangun stadion. Tapi tanah bukan benda mati. Ia punya roh dan kehendak,” ujar Sayman Peten Sili, Ketua Panitia Apebuan Cup 2025, usai seremoni, Senin (23/6/2025). “Karena kita yang mengubah, kita pula yang harus minta izin dan mengembalikan posisinya secara adat.”

Seremoni ‘An Tanah, secara harfiah berarti “mengembalikan tanah”, merupakan tradisi adat yang dijalankan masyarakat Adonara sebelum menggunakan lahan yang telah dimodifikasi secara fisik. Prosesi ini menandai penyerahan kembali ruang kepada roh penjaga tanah, agar tidak murka dan agar seluruh kegiatan yang digelar di atasnya berlangsung aman, lancar, dan berkah.

Dengan dipimpin oleh tetua adat dan tokoh masyarakat, tanah yang telah diratakan menjadi lapangan bola “diampuni” melalui doa, pengorbanan simbolik, dan sesajen lokal. Tetesan tuak putih disiramkan ke tanah sebagai bentuk permintaan maaf atas penggalian dan penimbunan yang telah terjadi.

Umbu Rudi Kabunang Serukan Sportifitas, Gaspolkan Ekonomi Sumba Timur Lewat Drag Bike

Seremoni ini bukan sekadar formalitas kultural. Bagi panitia, itu adalah pondasi spiritual dari sebuah kompetisi. “Kalau tanah belum direstui, bola tak akan pernah benar-benar bulat,” ucap Sayman sembari tersenyum.

Kick Off Budaya dan Bola

Dengan seremoni adat yang telah rampung, persiapan Apebuan Cup 2025 memasuki fase akhir. Turnamen yang bakal menjadi agenda tahunan ini rencananya diikuti 42 tim dari berbagai desa di Adonara, Lembata, dan beberapa wilayah di Flores Timur. Panitia tengah menuntaskan urusan teknis: dari perbaikan drainase lapangan, pemasangan lampu sorot tambahan, hingga penjadwalan pertandingan babak penyisihan.

Tahun ini, atmosfer kompetisi dipastikan lebih panas. Beberapa klub favorit, sudah mulai melakukan sesi latihan tertutup. Desas-desus transfer pemain lokal pun ramai dibahas di warung-warung kopi dan pondok-pondok warga. “Apebuan Cup bukan sekadar turnamen, ini panggung harga diri kampung,” celetuk seorang pemuda sambil menunjukkan sepatu bola barunya.

Selain pertandingan, turnamen juga akan diramaikan dengan festival UMKM lokal, bazar kuliner khas Lamaholot, dan pertunjukan seni tradisional. Pemerintah desa dan tokoh pemuda turut dilibatkan sebagai bagian dari pengamanan dan promosi turnamen.

Manuver Sunyi Gamnata Witihama FC di Balik Pagar Stadion Ape Buan

“Ini bukan cuma soal bola, tapi soal bagaimana kita membangun semangat kolektif, memuliakan adat, dan menyalakan semangat generasi muda,” kata Sayman.

Tanah sudah ‘dimaafkan’, stadion sudah dipoles. Saatnya bola digulirkan, dan semangat Apebuan menyala kembali.*/AFN/Ipul/Laurens Leba Tukan

 

Center Align Buttons in Bootstrap

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement