KUPANG,SELATAN INDONESIA.COM – Hamparan lapangan terbuka Puspenmas di Kota SoE, ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, dipastikan bakal semarak pada penghujung April ini. Bukan karena kampanye politik atau konser artis ibu kota, melainkan oleh lantunan puisi dalam tiga bahasa.
Sebanyak 10 ribu siswa dan guru dari seluruh penjuru Kabupaten TTS dijadwalkan membacakan puisi secara serentak pada puncak kegiatan 29 April 2025 mendatang. Mereka akan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam pembacaan puisi serentak terbanyak dengan menggunakan bahasa Dawan, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
“Ini bukan sekadar soal rekor. Ini tentang identitas kita, tentang warisan budaya yang nyaris punah, dan tentang menyuarakan harapan lewat literasi,” kata Ambrosius Kodo, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, saat ditemui SelatanIndonesia.com, Rabu (23/4/2025).
Festival Literasi Sastra Daerah ini untuk mendukung 100 Hari Kerja Gubernur dan Wakil Gubernur NTT Melki Laka Lena dan Johni Asadoma. Pemerintah Provinsi NTT menyebutnya sebagai bagian dari gerakan “Kembali ke Akar”, menghidupkan kembali bahasa dan sastra daerah sebagai pilar kebudayaan lokal.
Menurut Ambrosius, kegiatan ini menjawab dua tantangan besar sekaligus: krisis pelestarian sastra daerah dan masih tingginya angka stunting di NTT. Data Dinas Kesehatan Provinsi menunjukkan bahwa pada tahun 2023, sedikitnya 15,2 persen atau 63.804 anak di NTT mengalami stunting.
“Puisi kami jadikan senjata. Isu stunting tidak kami kampanyekan lewat seminar, tapi lewat puisi karya siswa tentang gizi, kemiskinan, harapan, dan masa depan,” ujarnya.
Seluruh puisi bertema sosial, termasuk stunting, akan dikompilasi menjadi antologi puisi siswa NTT. Para guru pendamping dan tim kurator dari Balai Bahasa NTT akan menyeleksi karya-karya terbaik untuk diterbitkan dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah.
Festival ini juga menjadi sorotan karena bakal melibatkan langsung Gubernur NTT, Melki Laka Lena yang dijadwalkan ikut membacakan puisi di tengah ribuan siswa. “Ini komitmen politik dan kultural sekaligus. Bapak Gubernur ingin memulai pembangunan NTT dari pendidikan dan literasi,” kata Ambrosius.
Pelaksanaan acara akan berlangsung selama lima hari, mulai 26 sampai 29 April 2025. Selain pembacaan puisi massal, festival ini juga akan diramaikan dengan pertunjukan musik tradisional, peluncuran Kamus Bahasa Daerah, serta diskusi lintas generasi mengenai masa depan bahasa ibu.
“Kalau kita tidak menjaga bahasa daerah sekarang, lima tahun ke depan bisa tinggal cerita,” kata Ambrosius. “Festival ini bukan akhir, tapi langkah awal menuju kebangkitan literasi lokal,” ujarnya menambahkan.*/)llt
Komentar