WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Nama besarnya dikenang seantero Sumba bahkan di Nusa Tenggara Timur. Ia merupakan salah satu tokoh budaya, tokoh adat, tokoh masyarakat serta tokoh politik. Lantaran kharsima yang dimilikinya, ia juga dikenal sebagai tokoh pemersatu Pulau Sumba.
Namanya Umbu Yadar. Ia Raja Nggongi yang mencakup wilayah Selatan Kabupaten Sumba Timur. Umbu Yadar mangkat pada 8 Juli 2019 dan baru dikebumikan pada 7 Oktober 2022 setelah melalui rangkaian panjang prosesi adat pemakaman seorang Raja.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat punya kedekatan khusus dengan Umbu Yadar. Mereka bersahabt sejak lama. Bahkan ketika masa kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2018 silam, Gubernur Laiskodat masih minum Bersama Alm. Umbu Yadar. “Beliau dulu saya kampanye terakhir di sini beliau yang sambut saya. Malamnya kami minum, besoknya saya kampanye dan itu minum terakhir saya dengan beliau. Beliau sudah mendahului kita dan beliau menyiapkan tempat untuk saya di Surga,” sebut Gubernur Laiskodat ketika berbicara di hadapan keluarga besar kerajaan Nggongi dan perwakilan masyarakat dari tujuh kecamatan di wilayah Selatan di desa Praimadita, Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur, Selasa (8/9/2020) silam.
Gubernur Laiskodat saat itu melakukan kunjungan kerja di wilayah Sumba dan mampir melayat Alm. Umbu Yadar. Momentum itu juga, Gubernur Laiskodat dinobatkan oleh Kerajaan Nggongi dan perwakilan masyarakat wilayah Selatan Sumba Timur sebagai Sulung Selatan.
Lantaran kedekatan personal antara Gubernur Laiskodat dengan Alm. Umbu Yadar, penghormatan terakhir diberikan Gubernur Laiskodat ketika upacara pemakaman Umbu Yadar di Desa Praimaditha, Kecamatan Karera, Kabupaten Sumba Timur (7/10/22).
Selain Gubernur Laiskodat, turut hadir dalam prosesi pemakaman tersebut, Ketua DPRD Provinsi NTT Emi Nomleni, Bupati Sumba Timur Khristofel Praing, Wakil Bupati Sumba Timur David Melo Wadu, Pimpinan dan anggota DPRD Sumba Timur, Unsur Forkopimda, Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, dan para Pimpinan Perangkat Daerah serta tamu undangan penting lainnya.
Gubernur bersama para rombongan yang hadir juga memakai busana adat khas Sumba Timur sebagai wujud penghormatan untuk mendiang Raja Umbu Yadar beserta keluarga besar. Sebagai Sulung Selatan (Saudara tertua) bagi Masyarakat Sumba Timur khususnya wilayah Selatan membawa serta tiga ekor Kerbau Madappa (kerbau dengan tanduk panjang), untuk diserahkan langsung secara adat kepada pihak keluarga besar Mendiang Raja Umbu Yadar sebagai wujud rasa persaudaraan.
Untuk diketahui, Sumba dengan pesona alam yang eksotik serta warisan anekaragaman budaya serta adat istiadatnya memiliki keunikan ritual tersendiri pada setiap kegiatan maupun event yang akan dilakukan, termasuk pada prosesi pemakaman.
Dalam tradisi orang Sumba Timur, khususnya dalam kalangan raja ataupun dalam kalangan rakyat biasa, pemakaman orang mati adalah hal yang sangat penting. Karena menurut kepercayaan mereka, jika orang yang sudah mati diadati atau dihormati, maka orang yang telah mati tersebut akan memberi berkat kepada orang yang masih hidup.
Dan tradisi pemakaman yang unik ini merupakan tradisi sakral yang sudah berjalan ratusan tahun dan tetap dilestarikan serta dipegang teguh oleh masyarakat Sumba yakni prosesi pemakaman Marapu Sumba.
Prosesi adat pemakaman Almarhum Raja Umbu Yadar sendiri dihadiri oleh ribuan warga masyarakat dari seluruh penjuru Pulau Sumba serta undangan tamu kehormatan yang berasal dari dalam dan luar Pulau Sumba.
Menandai dimulainya prosesi adat pemakaman Raja Umbu Yadar, seekor anak kerbau dipotong di depan pintu makam sebelum peti jenazah diangkat. Setelah itu peti jenazah yang telah ditutup menggunakan kain tenun sumba tersebut diangkat ke luar dari rumah adat raja menuju ke tempat pemakaman oleh perwakilan keluarga yang telah ditunjuk sebelumnya dengan diiringi musik tradisional. Jarak rumah duka dengan kubur batu tempat Raja Umbu Yadar dimakamkan sekitar 30 meter. Di belakang peti, berjalan seluruh keluarga almarhum, dipampingi empat ekor kuda tunggangan yang telah dihiasi serta para penjaga jenazah raja.
Sebelum memasuki liang lahat, jenazah dan para pengiring mengelilingi makam sebanyak delapan kali. Saat jenazah dimasukkan ke liang lahat, dua kerbau, seekor kuda, seekor sapi dan seekor babi besar dipotong untuk dikurbankan tepat di didepan rumah adat sebagai simbol pembersihan dosa.
Budaya Adat Harus Berbanding Lurus Dengan Kesejahteraan Masyarakat
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Laiskodat mengajak masyarakat Sumba dapat menghayati dan melestarikan secara turun temurun teladan mendiang Raja Umbu Yadar.
“Sebagai keluarga, sahabat, handaitaulan kita semua hadir di sini untuk memberikan penghormatan terakhir kepada saudara Almarhum Umbu Yadar. Almarhum kita kenal adalah seorang tokoh, bangsawan yang memiliki nilai-nilai konsepsional dalam bidang-bidang pembangunan sumber daya manusia, pendidikan, dan juga peduli dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan oleh karena itu nilai-nilai tersebut harus kita lestarikan,” ujar Gubernur Lasikodat.
Ia juga sangat mengapresiasi dan bangga karena budaya adat dan kearifan lokal Sumba yang telah ada dari zaman dahulu tetap eksis hingga saat ini. Ia berharap budaya yang tetap terjaga tersebut selalu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
“Sangat luar biasa, karena budaya orang Sumba yang telah ada beribu-ribu tahun yang lalu tetap terjaga hingga hari ini. Oleh karena itu saya selalu berharap budaya itu harus mempersatukan kita, juga budaya itu harus buat masyarakat sekitar sejahtera. Karena kalau tidak buat sejahtera, dan tidak mencerdaskan generasi penerus, berarti budaya itu salah,” ujarnya.
“Dunia sudah berubah. Saya tidak ingin menatap masa depan dengan keadaan yang buruk. Oleh sebab itu, di dalam budaya, ketika orang datang bawa hewan, jangan kita potong semua, tapi cukup satu dua ekor, disitu orang akan lihat budayanya. Saya ingin kita menyesuaikan cara pandang kita dengan perubahan zaman demi kesejahteraan kehidupan masyarakat dan kelestarian budaya kita,” tambahnya.
Gubernur Laiskodat juga mengajak para kepala desa, serta seluruh masyarakat di Sumba untuk memanfaatkan pekarangan dan lahan kosong dengan menanam tanaman produktif.
Ajakan untuk memanfaatkan pekarangan dan lahan kosong dengan menanam tanaman produktif tersebut disampaikan Gubernur Laiskodat dalam menyikapi ancaman resesi ekonomi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 dimana Provinsi NTT juga akan terkena imbasnya.
Ia menyebutkan bahwa dampak resesi ekonomi dunia juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di NTT. Selain itu, Inflasi yang tinggi akan berpengaruh besar terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
“Saya juga terus mendorong agar kita semua mulai sadar untuk menanam, terlebih untuk ketersediaan pangan kita. Manfaatkan setiap lahan kosong yang kita miliki, jangan disia-siakan satu jengkalpun. Ini semua saya omong agar kita dapat terhindar dari mimpi buruk kelaparan di tahun yang akan datang. Saya ingin perekonomian masyarakat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bisa tercukupi dan tidak akan terpengaruh dengan resesi dunia dan masyarakat jauh dari kelaparan,” tegas Gubernur Laiskodat. */)BiroApim/Radit
Editor: Laurens Leba Tukan



Komentar