GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Kesehatan
Beranda / Kesehatan / Melki Laka Lena dan Sri Sultan: Dua Gubernur, Satu Yogyakarta, Seribu Kenangan

Melki Laka Lena dan Sri Sultan: Dua Gubernur, Satu Yogyakarta, Seribu Kenangan

Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Isteri, Asty Laka Lena ketika bertemu dengan Sri Sultan HB X dan Kanjeng Ratu Hemas di Kraton Yogyakarta, Sabtu (14/6/2025). Foto: Dok.MLL

YOGYAKARTA,SELATANINDONESIA.COM – Sabtu (14/6/2025) siang merambat tenang di jantung Yogyakarta. Setelah menyampaikan orasi ilmiah di almamaternya, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Gubernur Nusa Tenggara Timur Emanuel Melkiades Laka Lena mengayunkan langkah ke arah yang lebih sunyi namun sarat makna. Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di dalam istana berusia ratusan tahun itu, Gubernur Melki didampingi sang istri, Asty Laka Lena, disambut langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kanjeng Ratu Hemas.

Bagi Melki, pertemuan ini bukan sekadar silaturahmi usai pidato akademik. Ini adalah ziarah kepemimpinan, kembali belajar pada sosok yang tak hanya Raja Jawa, tapi juga Gubernur paling senior di negeri ini.

“Beliau adalah Gubernur yang paling lama menjabat karena kekhususan DIY. Kami belajar banyak hal tentang pengelolaan daerah, efisiensi anggaran, hingga reformasi birokrasi,” kata Gubernur Melki yang dihubungi SelatanIndonesia.com, usai pertemuan.

Di ruang yang menyimpan aura kerajaan dan kebijaksanaan itu, Melki dan Sultan bertukar pikiran tentang banyak hal. Mulai dari strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), optimalisasi peran ASN dan PPPK sebagai motor penggerak pembangunan, hingga tata kelola pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik.

Namun, diskusi tak berhenti di soal teknokrasi. Mereka juga membuka wacana besar tentang kerja sama lintas budaya dan pendidikan antara Yogyakarta dan NTT. “Kami sepakat untuk menindaklanjuti berbagai rencana ini. Sekda dan jajaran sudah mencatat dan akan menyiapkan kerangka konkretnya,” kata Melki.

Bank NTT Menunggu Nahkoda Baru, Publik Menanti Putusan OJK

Ia menyebut bahwa Yogyakarta selama ini menjadi rujukan nasional dalam hal pengelolaan keuangan daerah dan tata kelola birokrasi. Bahkan, menurutnya, Kementerian dan Lembaga pusat pun menjadikan DIY sebagai contoh reformasi pelayanan publik yang konsisten.

Pertemuan ini juga menyimpan aroma nostalgia. Melki mengenang masa-masa ketika ia masih aktivis mahasiswa 1998 di Yogyakarta. Saat itu, ia kerap berinteraksi dengan Sultan dalam berbagai forum. Kedekatan itu berlanjut dalam jejaring organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat, mempererat komunikasi dan tukar ide lintas generasi kepemimpinan.

Kini, sebagai sesama pemegang mandat publik, Melki ingin membawa energi transformasi Yogyakarta ke wilayah timur. Ia bahkan berencana mengundang Sri Sultan ke NTT sebagai bagian dari upaya membangun kerja sama konkret antar-provinsi.

“Kami ingin birokrasi NTT belajar dari Yogyakarta, bukan hanya soal tata kelola, tapi juga bagaimana membangun jiwa pelayanan dan budaya kerja yang berakar pada tradisi dan kemajuan,” ucap Melki.

Di balik semua itu, tersimpan semangat yang lebih dalam, membangun jembatan antara keraton dan kampung, antara pengalaman panjang kepemimpinan Sultan dan semangat reformis Gubernur muda dari timur Indonesia.*/Laurens Leba Tukan

Axel Habert dari Prancis Menang Tipis di Garis Finis, Gubernur Melki Ucapkan Proficiat

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement