MAUMERE,SELATANINDONESIA.COM – Kisruh yang sempat membuat RSUD TC Hillers Maumere nyaris lumpuh total akhirnya berakhir di meja musyawarah. Setelah berhari-hari menjadi sorotan publik dan memicu keprihatinan nasional, Gubernur Nusa Tenggara Timur Melki Laka Lena dan Bupati Sikka Juventus Prima Kago turun langsung meredakan badai.
Minggu malam, 13 April 2025, di Kantor Bupati Sikka, sebuah pertemuan tertutup yang berlangsung hangat dan alot membuahkan hasil. Dua dokter anestesi yang sempat “angkat kaki” dari ruang operasi karena konflik internal yaitu dr. Remidason Riba, Sp.An., dan dr. Yosefin Erfleniati Jati akhirnya sepakat untuk kembali bertugas.
Senin, 14 April 2025, dr. Remi akan mulai bekerja Kembali sedangkan dr. Efi menyusul setelah Hari Raya Paskah, 19 April 2025.
Sebelumnya, ketidakhadiran kedua dokter ini menyebabkan kekosongan layanan anestesi di rumah sakit rujukan utama wilayah Flores itu. Dampaknya fatal, dua pasien meninggal dunia. Situasi ini menimbulkan kegelisahan publik dan tekanan terhadap pemerintah daerah.
“Atas nama pemerintah, saya mohon maaf sedalam-dalamnya kepada keluarga korban dan masyarakat NTT. Ini menjadi tamparan keras bagi kami semua,” kata Gubernur Melki dalam pernyataan usai pertemuan.
Gubernur menegaskan, krisis ini akan dijadikan momentum untuk membenahi sistem kesehatan NTT. Ia telah menginstruksikan evaluasi total terhadap manajemen rumah sakit dan puskesmas se-NTT.
“Mulai besok, kita kirim tim pendamping ke seluruh rumah sakit. Kita tidak bisa lagi bermain-main dengan nyawa manusia,” tegasnya.
Bupati Sikka, yang ikut dalam penyelesaian konflik ini, juga menyoroti pentingnya komunikasi dan koordinasi antara pihak manajemen dan tenaga medis. “Bukan hanya soal prosedur, tapi kepekaan kemanusiaan yang harus diutamakan,” ujarnya
Sebagai langkah strategis, pemerintah provinsi bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan akan menambah dua dokter anestesi baru ke RS TC Hillers. Evaluasi besar-besaran terhadap manajemen rumah sakit dan puskesmas se-NTT juga akan dimulai pekan ini.
“Tak boleh ada lagi kecolongan karena ego sektoral. Sistem harus kuat, komunikasi harus sehat, dan pelayanan kesehatan tidak boleh berhenti hanya karena konflik internal. Ini bukan lagi soal siapa benar dan siapa salah. Ini soal bagaimana kita duduk bersama untuk menyelamatkan nyawa manusia. Semua pihak sudah saling memaafkan dan berkomitmen untuk bekerja lebih baik ke depan,” pungkas Gubernur Melki.*/)js/llt
Komentar