GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Kesehatan Nusantara
Beranda / Nusantara / Mahasiswa di Zona Merah Covid-19, Dihimbau Jangan Dulu Pulang Lembata

Mahasiswa di Zona Merah Covid-19, Dihimbau Jangan Dulu Pulang Lembata

Ketua Ikatan Keluarga Ile Ape Lembata-Yogyakarta (Tala Ia) Kristina Nino Tuto Tedemaking dan Ari Paokuma

LEWOLEBA,SELATANINDONESIA.COM – Ketua Ikatan Keluarga Ile Ape Lembata-Yogyakarta (Tala Ia) Kristina Nino Tuto Tedemaking mengingatkan seluruh mahasiswa di daerah Jawa dan luar Jawa, atau daerah zona merah pandemi Covid-19 agar jangan dulu pulang ke kampung halaman di Lembata. Jika harus pulang, maka ikuti aturan pemerintah dan harus tertib.

Ketua Umum Tala Ia Yogyakarta, Kristina Nina Tuto Tedemaking mengatakan itu Ketika dihubungi, Sabtu (18/4/2020). Hal itu disampaikan lantaran dari hasil rapid test di Lembata, sudah terindikasi ada mahasiswa Yogyakarta yang postif. “Kita akan membuat himbauan tertulis kepada semua mahasiswa Lembata di Yogyakarta untuk tetap memilih tenang dan jangan panik, dan selalu indahkan anjura pemerintah daerah setempat,” ujarnya.

Ia mengatakan, kepada teman-teman mahasiswa yang mau pulang, agar ikuti prosedur pemerintah dan harus tertib. Kalau tetap di Yogya maka tetap stay di kost masing-masing.

Kristina menyebutkan, rata-rata anggota Tala Ia punya orang tua petani dan tidak sedikit bekerja sebagai TKI di Malaysia. Kondisi itu berdampak pada semakin sulitnya membeli kebutuhan makan minum setiap hari bagi sebagian besar anak-anaknya, mengingat Malaysia telah lockdown dan Yogyakarta masuk zona merah pandemi corona virus.

“Orang tua di perantauan ada beberapa mereka sudah mengeluh. Misalkan di Malaysia sudah lockdown semua sehingga lebih banyak mereka tidak kerja. Pemasukan tidak ada, kirim untuk makan minum anak-anak jadi susah”, ungkap Alumni Poltekes BSI Yogyakarta ini.

Gubernur Melki Laka Lena: IPACS Jadi Momentum NTT Menatap Dunia

Kristina menilai, jika laju polemi corona semakin lama, maka dampak besar pada keberadaan anak-anak Lembata yang ada di pulau Jawa dan daerah lain ikut bergejolak.

“Ketersediaan bahan makanan, uang dan kebutuhan lainnya akan sangat penting, jika tidak implikasinya serius,” sebutnya.

Itu paasalnya, menurut Kristina, jikalau boleh pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten bisa melihat hal ini secara komperhensif dengan tidak meninggalkan upaya penanganan dan pencegahan di wilayahnya masing-masing.

Senada dengan itu, Ari Paokuma, salah satu mahasiswa ITN Yogyakarta, jurusan Teknik Pertambangan mengharapkan, pemerintah Provinsi, kabupaten dan desa perlu memberi perhatian kepada para perantau dan mahasiswa yang merasakan dampak dari penyebaran Covid-19.

Dikataknnya, orang tua di perantauan Malaysia, Kalimantan, Batam dan daerah lain sebagian besar sudah tidak bekerja lagi. Dan terhitung semenjak corona masuk Indonesia orang tua baik dalam negeri dan luar negeri merasakan susah mencari uang. “Kami mahasiswa pasrah dengan hal ini, banyak teman mahasiswa pulang Lembata, alasan susah mendapatkan bahan makanan dan kebutuhan lainnya dan kami berharap ada insentif dari pemerintah untuk menahan keinginan mahasiswa yang mau pulang ke kampung halaman di NTT terkhususnya ke Lembata,” ujar Paokuma.*) Lagamaking

Ketika HAM Menyapa Nggongi: Umbu Rudi Kabunang dan Gerakan dari Selatan Sumba

Editor: Laurens Leba Tukan

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement