Audiensi SSR Dekenat Waingapu dan SSR RSK Lindimara Bersama Pemda Sumba Timur
WAINGAPU,SELATANINDONESIA.COM – Aula Patola Kamba di kompleks Sekretariat Daerah Sumba Timur tampak lebih ramai dari biasanya pada Selasa pagi, (10/6/2025). Kursi-kursi tertata rapi, sebagian diisi para tamu berpakaian rapi dan berseragam. Di hadapan mereka, Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali duduk berdampingan dengan Wakil Bupati Yonathan Hani. Mereka menyambut audiensi dari dua pemangku kepentingan penting dalam layanan kesehatan akar rumput: SSR Dekenat Waingapu dan SSR Rumah Sakit Katolik (RSK) Lindimara.
Pertemuan ini bukan sekadar agenda seremonial. Keduanya datang membawa misi memperkuat sinergi lintas lembaga untuk percepatan eliminasi malaria di Sumba Timur, lewat jejaring Program Malaria PERDHAKI (Perhimpunan Karya Dharma Kesehatan Indonesia). Program ini selama beberapa tahun terakhir menjadi tulang punggung upaya pengendalian penyakit menular yang masih menjadi momok di pulau Sumba.
“Kami berharap audiensi ini menjadi wadah untuk berbagi informasi, menyampaikan perkembangan lapangan, sekaligus menjalin kolaborasi lebih erat dengan pemerintah daerah,” ujar salah satu perwakilan SSR Dekenat Waingapu dalam forum.
Pemerintah kabupaten merespons positif. Dalam sambutannya, Bupati Umbu Lili menegaskan pentingnya membangun strategi bersama. “Pengendalian malaria bukan hanya kerja rumah sektor kesehatan. Ini menyangkut pembangunan manusia seutuhnya,” kata Umbu Lili.
Wakil Bupati Yonathan Hani menambahkan bahwa pemerintah tengah mengintensifkan dukungan terhadap komunitas dan fasilitas kesehatan tingkat dasar. “Tanpa keterlibatan mitra seperti SSR dan RS Katolik, upaya kami tidak akan maksimal,” ujarnya.
Audiensi itu juga dihadiri Ketua TP-PKK Kabupaten Sumba Timur Ny. Diana Novita Rambu Bangi Ata, S.P., M.Ap. beserta Sekretarisnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumba Timur, Rambu M.R.K.U. Djima, SF, M.AP, serta Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Mereka menyimak paparan para mitra tentang capaian lapangan, tantangan logistik, hingga peran kader kesehatan gerejawi dalam edukasi masyarakat.
Keterlibatan SSR, Sub-Sub Recipient dari mitra faith-based seperti Dekenat dan RSK selama ini menjadi penggerak utama di tingkat komunitas. Melalui pendekatan pastoral dan partisipatif, mereka tidak hanya membagikan kelambu atau obat, tetapi juga membangun kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan dari potensi sarang nyamuk malaria.
Sumba Timur, dengan topografi lembah-lembah dan kantong-kantong pedesaan yang terpencar, masih menghadapi beban malaria endemis. Namun, komitmen kolaboratif seperti ini menunjukkan arah yang menjanjikan: bahwa nol kasus malaria bukan sekadar wacana, melainkan tujuan yang bisa dicapai dengan kerja bersama.*/ProkopimST/laurens leba tukan
Komentar