WAIBAKUL,SELATANINDONESIA.COM – Di tengah hamparan ladang kering Mamboro, sebuah gerakan kecil namun sarat makna lahir dari Desa Ole Dewa, Kecamatan Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah. Pemerintah setempat meluncurkan Program Pekarangan Pro Oli Mila (PK POM) Model pada Kamis (25/9/2025). Tidak sekadar program bantuan, melainkan komitmen bersama yang digerakkan oleh cinta untuk melawan kemiskinan.
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu, menegaskan bahwa PK POM Model merupakan bentuk komitmen daerah dalam membangun kemandirian masyarakat secara berkelanjutan.
“Program ini bukan sekadar bantuan, tetapi gerakan kolaboratif untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Bupati Paulus saat launching Program Pekarangan Pro Oli Mila (PK POM) Model
PK POM Model melibatkan 14 rumah tangga pada tahap awal uji coba yang berlangsung hingga Desember 2025. Di balik angka kecil itu, tercatat 20 sektor terlibat aktif, mulai dari bank, BUMN, BUMD, hingga TNI dan Polri.
Program ini dilaksanakan dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan keberlanjutan. Dinas Sosial menyalurkan bantuan beras, Dinas Kesehatan memberikan pemeriksaan gratis dan makanan tambahan, Dinas PPO menyiapkan beasiswa dan perlengkapan sekolah, sementara sektor lainnya turut menopang kemandirian ekonomi dan peningkatan SDM.
PK POM menyasar warga pada desil 1–3, dengan pendapatan kurang dari Rp900.000 per bulan. Targetnya ambisius: menjangkau 10.000 penerima manfaat hingga 2030, dengan laju penurunan angka kemiskinan sebesar 2 persen per tahun.
Bupati Paulus menekankan bahwa PK POM bukan program bansos, melainkan pemberdayaan. Ia mencontohkan pola keberlanjutan: setiap penerima kambing wajib mengembalikan dua anak kambing kepada keluarga miskin lain pada periode 2027–2030. Satgas program pun ditugasi membuat kartu kendali untuk memantau perkembangan tiap rumah tangga.
“Ini bukan sekadar keluar dari kemiskinan, tetapi menuju peningkatan kesejahteraan,” kata Bupati Paulus.
Di akhir acara, ia mengajak seluruh elemen untuk menjaga semangat tulus dan ikhlas. “Jika kita saling membantu dan berbagi, kebahagiaan sejati akan kita raih bersama,” katanya.
Gebrakan pembangunan yang tengah digencarkan Bupati Sumba Tengah itu mendapat apresiasi dari mantan Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof. Frans Umbu Data. Ia menilai, program Rumah Mandiri dan Pekarangan Pro Oli Mila bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan wujud pembangunan yang bertolak dari martabat manusia.
Program Rumah Mandiri merupakan inisiatif pemerintah Sumba Tengah untuk membangun hunian layak bagi keluarga miskin dengan memadukan aspek papan, pangan, dan gizi. Setiap rumah tidak hanya berdiri sebagai tempat tinggal, tetapi dilengkapi dengan lahan pekarangan produktif yang dikelola melalui gerakan Pro Oli Mila, pemanfaatan halaman untuk menanam sayur, buah, hingga beternak skala kecil. Konsep ini ditopang oleh kolaborasi 15 OPD, sehingga menyentuh aspek kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi.
“Di setiap rumah yang berdiri, terkandung denyut ekonomi keluarga, pemenuhan gizi, dan perbaikan kualitas hidup. Ini model pembangunan yang menempatkan manusia sebagai pusat, sekaligus menjadikan kearifan lokal sebagai fondasi transformasi,” kata Umbu Data, Selasa (9/9/2025).
Menurutnya, kolaborasi lintas sektor menjadikan program ini bukan hanya kebijakan, melainkan gerakan sosial. “Konsep KIS; Kolaborasi, Integrasi, Sinergi menjadikan Rumah Mandiri sebagai mesin pembangunan multidimensi yang relevan untuk menjawab tantangan kemiskinan dan stunting,” ujarnya.
Ia juga menyoroti aspek kepemimpinan. Di tengah keterbatasan anggaran, kata Umbu Data, Bupati Paulus berani menolak logika status quo dan menghadirkan inovasi. “Krisis bukan alasan untuk berhenti, melainkan momentum untuk membuktikan daya juang kepemimpinan. Pepatah lokal ‘orang miskin tidak boleh sendirian’ diwujudkan dalam program konkret yang memuliakan warga,” katanya.
Umbu Data menilai, dampak program ini akan jauh melampaui hari ini. “Rumah-rumah sederhana yang berdiri di Sumba Tengah sesungguhnya laboratorium masa depan. Dari pekarangan yang produktif lahir generasi sehat, anak-anak yang bisa bersekolah, dan keluarga yang berdaya,” katanya.
Ia bahkan menyebut model pembangunan berbasis kemandirian di Waibakul ini layak menjadi inspirasi nasional. “Dari pekarangan kecil yang dikelola penuh tanggung jawab, lahir transformasi sosial yang nyata. Jika direplikasi, inisiatif ini bisa menjadi sumbangsih besar menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.*/ProkopimSTeng/Laurens Leba Tukan



Komentar