SOE,SELATANINDONESIA.COM – Tiga orang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) terkonfirmasi positif terpapar Covid-19.
Hal tersebut disampaikan salah seorang dokter berinisial RT kepada Selatanindonesia.com melalui pesan singkat WhatsApp Senin (18/1/2021). “Hari ini ada tambahan 23 kasus termasuk saya. Swab tanggal 4 Januari 2021 dan hasilnya baru keluar tadi (Senin 18/1/2021 red) tulis dokter RT.
Lebih lanjut tulis dokter RT, dirinya sekarang dalam masa pemulihan dan kondisinya dalam keadaan baik dan sehat dan meminta kepada semua pihak terutama masyarakat TTS untuk berdoa meminta hikmat Tuhan agar pemerintah, para nakes, relawan covid 19 tetap berjuang dalam memerangi covid 19.
“Sekedar berbagi, saya juga Positiv Covid-19, Puji Tuhan saya sekarang dalam masa pemulihan. Semua proses yang terjadi saya jalani karena saya yakin Tuhanku Tabib yang ajaib. Saya hanya bisa bilang Terima Kasih Tuhan untuk semuanya. Dan saya minta mari kita berdoa bersama-sama minta hikmat Tuhan agar pemerintah, para nakes, relawan Covid-19 tetap berjuang. Saya yakin kita bisa melewati ini semua karena Tuhan baik, terakhir tetap taati protokol Kesehatan. Tuhan Berkati kita semua, “tulis dokter RT.
Dokter RT meminta agar semua pihak untuk mematuhi protokol kesehatan termasuk dengan teman ataupun saudara sekalipun.
“Saya minta agar masyarakat untuk tetap patuhi protokol kesehatan walaupun dengan teman dan saudara sekalipun,” tutup dokter RT.
Dr. Edward Manurung SPOg
Salah satu dokter di RSUD Soe yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah dr. Edward Manurung. Ia lalu mencurahkan isi hatinya kepada SelatanIndonesia.com. “Hari ini saya menyelesaikan perawatan Covid-19 di RS, ya benar saya terinfeksi dan paru-paru radang mengharuskan saya isolasi di RS. Awalnya badan sakit sakit, nyeri belakang mata, demam, batuk, dan lemah, rasanya hanya ingin berbaring,” sebut dr. Edward
“Saya masih berusaha kerja, karena saya sendiri di KabupatenTTS sebagai ahli kandungan, saya tetap berusaha melayani emergensi diruang bersalin. Walau badan sudah mau pingsan rasanya, mata sudah gelap. Saya cek lengkap, malaria dan penyakit tropis negative,” sebutnya.
Dr. Edrard menambahkan, “Karena swap PCR hasil keluar lama, saya difoto, hasilnya sesuai untuk Covid-19. Saya dirawat, diberikan avigan, hari ke 8 saya demam tinggi, sulit makan, mual, sulit bernafas. Evaluasi 5 hari antivirus tidak respons harus diganti jenis lain. Kadang saat sesak saturasi turun sampai 93%,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Saya berusaha tenang, berdoa, setiap pagi latihan nafas. Saya berusaha tidak complain banyak ke perawat, bahkan saya minta biar obat-obatan saya masukkan sendiri, karen saya tau peningkatan Covid di RSUD yang terbatas mengharuskan perawat harus bekerja extra. Saya ingin merek bisa istirahat supaya imunitas sejawat perawat dapat terjaga. Semoga sejawat perawat Tuhan kasih kekuatan dan Kesehatan,” ujarnya.
Dr. Edward juga mengatakan, selama dalam perawatan ia berusaha makan sekuat tenaga. “Kadang saya tutup hidung dan telan makanan bubur yang memang tidak ada rasa di lidah supaya bisa makan. Saya tau untuk survive saya harus berusaha. Tetapi ajaibnya, saya tidak pernah merasa takut, saya tau umur manusia Tuhan sudah tentukan, dan kita hanya menjalani apa yang sudah Dia tetapkan. Tugas kita hanya berusaha. Dan jika seandainya waktu saya tiba, saya tidak akan minta umur ditambah, karena buat saya kematian adalah sesuatu yang pasti, jalan kepada kebahagiaan, dan jika mati saya akan bahagia bersama Dia, kecuali masih ada tugas lain yang Dia ingin saya selesaikan di bumi,” ujarnya pasrah.
Menurutnya, peristiwa yang dialami itu membuatnya lebih tenang dan justru banyak berfikir bagimana kondisi pasien Covid di sekitarnya yang sedang dirawat. “Bagaimana pasien hamil yang seharusnya saya operasi, bagimana pasien kebidanan emergensi yang menolak dirujuk karena alasan biaya dan hal lain menyangkut pekerjaan kebidanan yang terbengkalai karena saya harus istirahat total untuk jangka waktu lama. Setiap malam saya tidak bisa tidur karena nafas berat, dan mungkin juga terganggu mendengar suara pasien-pasien isolasi yang stress berat. Mereka stress karena mereka sulit bernafas dan kadang ketika mereka minta bantuan, tetapi tidak bisa segera dilaynai karena pasien isolasi memang tidak boleh dijaga keluarga. Setiap malam kadang saya mendengar teriak frustasi mereka, saya bahkan bisa dengar dari beberapa ruangan kesulitan mereka seperti orang tenggelam. Sedangkan perawat hanya dua dan untuk gerak dan masuk ke ruangan pasien butuh waktu lama karena harus memakai APD yang sangat kompleks, untuk memakai APD mungkin mereka butuh waktu 30 menit,” jelasnya.
Ia bhakan ingin sekali keluar membantu para pasien isolasi tersebt tetapi kondisinya juga lemah. “Saya hanya bisa berdoa untuk mereka dalam hati supaya Tuhan kuatkan mereka. Selama dirawat ada beberapa pasien yang meninggal dan saya bisa bayangkan penderitaam mereka sebelum meninggal dengan kesulitan bernafas seperti apa rasanya,” ujarnya.
Dr. Edward menambahkan, konidi RSUD Soe sangat terbatas dan pasokan oksigen juga sangt terbatas. “Tidak ada fasilitas ICU, tidak ada dokter spesialis penyakit dalam, namun mengharuskan merawat pasien Covid berat walau dengan comorbid sebisanya karena RS di Kupang juga penuh. Sedihnya tidak ada RS alternatif lain yang memadai untuk membantu RSUD,” katanya.
Ia berpasarah pada Tuhan. “Ah, mungkin Tuhan ijinkan saya agar saya lihat, dengar dan rasakan sendiri betapa penderitaan pasien Covid-19 dan kesulitan RS dan permsalahn ini bukan hal jauh tetapi ada disekitar kita. Puji Tuhan saya sudah dipulihkan, hari ini keluar RS untuk isolasi mandiri di rumah, jalani tahap recovery, terima kasih rekan, sudara dan sahabat yang berdoa untuk saya. Saya berdoa rekan yang sedang berjuang: para pasien, perawat, managemn RS, para supir, cleaning service dan dokter untuk tetap semangat. Perjuangan kita masih panjang, dan sedihnya tidak akan semakin mudah, terlebih di RSUD Kabupaten yang semua serba apa adanya dan terbatas, namun saya yakin Tuhan yang memberi kekuatan kepada kita. Tidak sedikit yang skeptis, nyinyir, memcemooh bahkan memfitnah. Tetapi saya yakin Tuhan tau apa yang sedang saudaraku kerjakan. Dan saya mengingatkan kita, covid di TTS tidak akan semakin berkurang, malah terus bertambah, stay healthy, jaga kesehatan dan waspada, terlebih sayangi diri anda, keluarga dan hargai orang disekitar anda dengan protokol kesehatan.**Paul Papa Resi
Editor: Laurens Leba Tukan