LEWOLEBA,SELATANINDONESIA.COM – “Niku tulung tede, tugu jaga pereta geriang ribu ratu pi lewo tukan tana lolon, nong lewo anaken pulo lema kae te tuak puken mang onen, susa turu di hala, belara tobo di hala”
Demikian mantra adat itu diucapkan oleh Bernardus Bali Lemanuk, Tuan Tana Desa Waimata, Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata untuk keselamatan segenap warga kampungnya dan mereka yang berada di tanah perantauan.
Bali Lemanuk adalah tokoh yang dipercaya oleh suku tuan tanah lainnya, yakni suku Lewoleba dan Bleker untuk memimpin ritual adat menyeruhkan, semua bahaya dan kesusahan yang ditimbulkan oleh nu’n mayang apun anginen (sebutan adat untuk Covid-19) tidak akan masuk dan mengancam keselamatan warga kampung. Demikian seremonial adat Tolak Bala yang terjadi di pusat kampung (Namang) Desa Waimatan pada Selasa (19/5/2020).
Kepala Desa Waimatan, Onesimus Sili Betekeneng kepada SelatanIndonesia.com, Selasa (19/5/2020) mengatakan, sejak Covid-19 merebak di Wuhan-Cina pada akhir 2019 lalu dan menyebar sporadis ke seluruh dunia bahkan manyebar dengan cepat di Indonesia pada awal Maret membuat panik semua warga nusantara tanpa terkecuali.
Selain pemberlakuan protokol kesehatan oleh pemerintah tingkat atas hingga desa dengan segala macam syarat seperti mengenakan masker, mencuci tangan, social distancing, physical distancing, bahkan shelf distancing sekalipun tetapi aspek adat dilewati sama halnya dengan menganggap remeh Alam, Arwah dan Adat, terangnya.
“Ada tiga kekuatan besar di Lamaholot, Alam, Arwah dan Adat. Ketiga unsur ini perlu diberi penghormatan dan pengakuan secara terus menerus. Cara itu dengan jalan melakukan seremonial adat (Tula Molan) dan memberi mereka makan berupa sesajian (Pao Boe) sehingga semua yang ada di kampung, di luar kampung dilindungi dan dijaga dari bahaya dan bencana,” katanya.
Menurut dia, masyarakat perlu memaknai fenomena Covid-19 bukan saja dari sisi medis atau dari sisi konspirasi seperti yang diberitakan dalam siaran televisi, chanel youtube maupun di media-media mainstream lainnya, tapi lebih dari itu perlu dilihat dari sisi lainnya. Salah satunya adalah adat.
Kades Waimatan menilai, salah satu langkah menjegal penyebaran rantai Covid-19 di Lembata ialah, melakukan ritual adat seturut versi budaya masing-masing kampung atau daerah.
Hal itu menurut dia, jika dilakukan sungguh-sungguh maka tiga kekuatan tersebut dengan sendirinya memprotek dan melindungi semua orang dari ancaman Covid-19 atau bahaya lainnya.
Ketua BPD Waimatan, Viktorius Lango Langkeru menjelaskan, ritual tolak bala ini tradisi warisan leluhur dan dilakukan secara turun temurun. “Ritual atau seremoni ini sakral secara adat, dan hanya orang-orang tertentu saja yang disebut Ata Molan atau Musaken Beleweten yang mendapat ilham atau kharisma saja yang bisa melakukan,” katanya.
Viktorius yakin, leluhur lewotana, alam semesta tidak akan membiarkan ketururunnya sendiri dalam kesusahan apalagi ditengah pandemi ini. “Semua yang telah kita lakukan ini dengan perantaraan leluhur, terarah kepada wujud tertinggi Lera Wulan Tana Ekan, (Bapa Langit dan Ibu Bumi) dan niscaya wabah sedahsyat apapun pasti akan kita lewati,” tutupnya optimis. *)Teddy Lagamaking
Editor: Laurens Leba Tukan