GESER UNTUK LANJUT MEMBACA
Eksbis
Beranda / Eksbis / EDC Bank NTT Masuk Pasar Ende

EDC Bank NTT Masuk Pasar Ende

Ketut Edy Suryantha, Pemimpin Cabang Bank NTT Kantor Cabang Ende, saat mengikuti rapat kerja bersama Komisi II DPRD Ende, 23 Juni 2025. Foto: Dok.Bank NTT

Bank NTT mengedarkan puluhan mesin EDC ke OPD Pemkab Ende untuk menekan kebocoran retribusi dan mendongkrak PAD. Tapi, tarik-tunai masih saja terjadi.

ENDE,SELATANINDONESIA.COM – Senin pagi yang lengang di Pasar Mbongawani, Ende, tak sepi dari lalu-lalang petugas retribusi. Di antara kerumunan pedagang dan pembeli yang menawar harga, tangan-tangan masih menyodorkan lembaran rupiah ke petugas berseragam. Bukan ke layar kecil mesin EDC seperti yang dijanjikan pemerintah.

Padahal, Pemerintah Kabupaten Ende bersama Bank NTT tengah berupaya keras menutup celah kebocoran retribusi. Salah satu senjata mereka: puluhan mesin Electronic Data Capture (EDC) yang tersebar di sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD), seperti Dinas Lingkungan Hidup, Bapenda, dan Dinas Perhubungan.

“Kami ingin memastikan semua pungutan masuk langsung ke kas daerah, tanpa kebocoran,” ujar Ketut Edy Suryantha, Pemimpin Cabang Bank NTT Kantor Cabang Ende, usai mengikuti rapat kerja bersama Komisi II DPRD Ende, 23 Juni 2025.

Bank NTT tak sekadar mengedarkan mesin. Mereka juga memberi pelatihan bagi operator EDC dan, setiap tahunnya, menyetor deviden sebesar Rp 3,8 miliar ke Pemkab Ende. Selain itu, lewat skema Corporate Social Responsibility (CSR), tahun ini mereka menggelontorkan dana Rp 270 juta untuk mendukung pengadaan fasilitas kebersihan di DLH Ende.

Satu Nama, Seribu Harapan: Restu di Panggung Musda HIPMI NTT

Namun teknologi rupanya belum sepenuhnya menembus kebiasaan lapangan. Mikael Badeoda, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Ende, menyoroti fakta bahwa sejumlah petugas di pasar tradisional masih memungut retribusi secara manual.

“Saat saya ke pasar, masih ada yang gunakan cara lama. Pemerintah mesti awasi lebih ketat. Mesin sudah ada, kenapa tidak digunakan?” ujarnya dalam forum yang dipimpin Ketua Komisi II, Abdul Kadir Hasan.

Pemerintah daerah sendiri terus mencari formula untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain menggandeng Bank NTT, Komisi II juga memanggil PT Sokoria Geothermal Indonesia (SGI) dalam rapat yang sama, untuk mengklarifikasi kontribusi perusahaan kepada daerah.

Di tengah janji digitalisasi, tarik tunai masih jadi realitas. EDC boleh merambah OPD, tapi hingga menyentuh lorong-lorong pasar tradisional, pemerintah masih punya pekerjaan rumah.*/ab/llt

Menambat Parkir di Dermaga Digital: Inovasi Bank NTT di Kota Wisata Super Premium

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Advertisement
× Advertisement